"Oh yes! Kita berhasil lagi kawan, si Ketua Osis udah jadian sama Bu Sarah, guru Kima kelas kita. Wohoo!" pemuda berkulit hitam itu mendobrak pintu sangat keras. Teriakannya yang barusan membuat seisi kelas mengangkat tinju mereka ke langit-langit sambil menjerit, girang.
Mulai sekarang tidak akan ada ulangan Kimia dadakan! Itulah pikir mereka semua.
Kertas-kertas mulai bertebaran ke seluruh ruang kelas. Teriakan demi teriakan kemenangan mereka serukan, lelaki berkulit gelap itu naik ke meja yang telah dirapatkan, membentuk panggung kecil di tengah-tengah. "Mulai hari ini, Kimia bukan lagi ancaman!"
"Yeayy!!!" sorak yang lain. Ada yang bersiul sembari memberi pujian 'Reksa kau hebat!' dan sebagainya. Senyum mereka sepertinya tidak akan surut selama seminggu karena keberhasilan ini.
Tak berapa lama, seorang pemuda tinggi besar ikut manaiki panggung itu, dia berkulit putih, bertubuh kekar--tertampak dari lekuk-lekuk seragamnya, wajahnya dihiasi biji mata legam dengan alis tebal. "Bentar kawan-kawanku, seperti biasa, aku mau bilang terimakasih buat kalian semua. Rencana kita tak mungkin berhasil tanpa kalian semua. Untuk itu, kemarin kita diam-diam buat rencana brilian," Si pemuda kekar itu melirik ke Reksa-si pemuda berkulit hitam-dan segera mengangkat alis bersamaan sebagai kode.
"Rencana brilian apa, Kenan?" pertanyaan salah satu teman kelas mereka membuat Kenandar melirik sekali lagi ke arah Reksa, apakah mereka siap mengatakan rencana yang sukses itu sekarang ini? dan terangkatnya kedua alis Reksa memberi jawaban.
"Rencana apa, kalian tanya itu, haha?" Sok misterius Kenan jadinya. "Jadi, kemarin aku sama Reksa udah buat rencana untuk Ketua Osis kita, biar dia pura-pura sakit perut. Tapi sakitnya itu aneh, hanya bisa disembuhkan pakai ramuan khusus buatan Bu Sarah. Dan itu berhasil. Maka ... hari ini, Bu Sarah tidak akan datang pas pelajaran Kimia!"
"Whooaaa!!!" papan meja digebrak segaduh mungkin. Saling melompat dan berpelukan. Buku-buku kembali dirobek lalu diterbangkan, papan tulis dicoret-coret, tertuliskan kalimat dengan huruf sangat-sangat besar. "Kimia Suck!"
Keriuhan mereka sama sekali tak berhenti setelah bel tanda jam istirahat selesai berbunyi. Sekarang jam Kimia. Sampai salah satu dari mereka, yang sedari tadi diam saja tak ikut-ikut bersenang-senang itu menggeleng seraya tersenyum tak percaya. Oke, laki-laki itu juga ikut ambil bagian dalam rencana-rencana menyatukan ketua Osis dan Bu Sarah, tapi dia berpikir tak perlu sampai seperti ini untuk merayakan keberhasilannya.
"Hai, Fardian, kenapa tidak ikut naik ke panggung?"
"Iya Fardian, kau itu pahlawan kita semua. Ayolah naik ke panggung."
Ajakan teman-temannya cuma ditanggapi dengan senyum tipis, dia tak akan mau terlihat kekanak-kanakan seperti dua teman yang lainnya. Tapi saat dia mengibas tangan untuk menolak, salah seorang teman langsung menarik tangannya dan menggiring Fardian menuju ke panggung. Hingga akhirnya dia menyerah dan memutuskan naik,
"Semuanya diam!" teriak Reksa. Seketika keriuhan jadi senyap.
Dan kesempatan ini diambil alih oleh Kenandar. "Mari semuanya, kita sambut penemu Lovable, sekaligus seorang pahlawan yang telah berjasa banyak untuk kelas kita. Yang membuat kelas kita terbebas dari pelajaran Kimia serta pelajaran berguru killer lainnya. Ini dia ... Fardian Raja!"
"Wohooo!!!" keriuhan lebih dahsyat pun bergemuruh. Kelas ini seperti dilanda gempa berkekuatan lima skala richer jika didengar dari luar.
Fardian naik ke panggung, semuanya kembali diam. Reksa dan Kenan mengangguk memberi kode.
Fardian pun berdehem sebelum memberikan sambutannya. Dia menarik nafas panjang setelahnya.
"Terimakasih atas kerja keras kalian. Berkat kalian, semuanya jadi mudah. Tapi perlu aku ingatkan, Lovable itu menyatukan dua hati yang saling mencintai dengan tulus, kalian harus hapal hal itu. Kita masih punya satu tugas lagi, masuk ke masa pengujian, di masa ini kita harus hancurkan hubungan si ketua osis dan Bu Sarah. Kita lihat, apa mereka berhasil mempertahankan cinta mereka atau tidak. Di situ kita akan tahu, kita benar-benar berhasil atau tidak!"
Semuanya mengangguk lemas. Ya, memang benar apa yang dikatakan Fardian. Menggandengkan dua hati itu mudah, tapi membuat dua hati menyatu, itu sulit.
Misi mereka masih selangkah lagi menuju kata berhasil.
"Hei, Hei," panggil Fardian sesaat setelah melihat teman-temannya menunduk tak ceria. "Tapi yang penting, hari ini, jam pelarajan kimia, mari berpesta!!!"
"Yeayy!!!" dan mereka kembali menggila seperti tadi. Lebih gila lagi malah. Akan tetapi....
Krek! Suara pintu berderit membuat semua orang membeku seketika. Berhenti bergerak seperti patung. Tidak ada yang berani menatap ke arah pintu kelas. Kebetulan sekali, semua penghuni kelas memang sedang memunggungi pintu. Jadi tidak ada yang tahu wajah si pembuka pintu.
"Psst, lirik dong, siapa tuh?"
"Nggak ah, serem!"
Saling berbisik.
Hingga akhirnya Fardian yang sedari awal tidak terlalu mematung itu berdiri dari duduknya. Melompat dari meja, dan menengok ke pintu. Dia mendapati dua orang tengah berdiri di ambang sana.
Lantas Fardian menepuk jidat lalu mengusap muka, menandakan masalah lah yang datang. Semuanya menunduk bersalah, kesenangan telah berakhir, pikir mereka semua.
"Psst, siapa Far?" Reksa yang tak jauh dari Fardian membisik.
Fardian mendesah pasrah. Lalu berteriak dengan senyum lebar. "We have new customer, guys!"
Tubuh mematung mereka sontak melemas lega. "Yahhh, nakut-nakutin aja nih si Fardian!" lalu semuanya larut dalam tawa. Tetapi timbul satu pertanyaan dalam benak mereka.
"Masalah percintaan apa yang harus mereka tangani selanjutnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovable (END)
RandomTiga pemuda ini jagonya masalah cinta. Tiga pemuda ini ahlinya menyatukan hati. Tiga pemuda ini Eyang Comblang sejati. Tetapi, ketika gadis itu datang dan pemintaannya ia utarakan. Entah rencana seperti apa yang bakal Tiga Pemuda ini pakai. "Tolong...