IV

21 0 0
                                    

Keesokan harinya, di jam sitirahat. Kelas XI B sedang ditutup untuk umum. Semua murid yang ada di dalam mengerombol dengan Kenan, Fardian, dan Reksa sebagai pusatnya.

"Jadi, itu dia gadis yang harus kita buat jatuh cinta." Fadian sambil memegang ponselnya. "AKu kirim di grup, oke!"

Setelah mengutik sejenak ponselnya. Ponsel-ponsel milik yang lain pun berdering. Semunya mendapatkan foto gadis itu.

"E... Buset, boneka?!" cicit seorang teman dengan suara menggelegar.

"Bukan, dia memang kayak gitu penampilannya," Reksa menyahut. Semua pandangan teman-temannya pun berubah. Mereka semua langsung save foto, dan zoom in teoat di muka si gadis.

"Mancay, men. Lolii. Gila!" seru salah seorang. "Aku aja deh kalau gitu," sambungnya lantang.

"Apaan, aku aja Rek," sergah yang lain.

"Aku aja."

"Apaan sih kau! Ngajak berantem?"

"Hayok!"

Dan semuanya mulai ribut sendiri, saling jenggut rambut, poles kepala, peluk-pelukkan kasar. Keributan tak bisa dihindari.

BRAK! Kenan menggebrak meja lebih keras dari suara gaduh mereka. Semuanya diam, lalu saling melepas tangan mereka yang ada di tubuh kawannya.

"Kita bakal absen satu-satu, kita ambil dari absen paling belakang," ujar Reksa. Yang namanya berinisial A-B-C-D mendesah lesu.

Kemudian Fardian berdiri dari duduknya. "Aku mau bilang sesuatu sama kalian, misi ini sangat susah, gadis yang jadi incaran bukan gadis biasa. Dia itu suer pendiam, super duper judes dan sangat tidak mungkin didekati. Kalau dalam waktu 10 menit kalian tidak bisa mendapatkan simpati darinya, mundur. Kalian berarti gagal, mengerti?"

"Dimengerti!" sorak semua anak kelas XI B.

"Oke, satu lagi. Waktu kita tidak banyak, hanya satu atau dua bulan. Karena semalam saat aku dapat foto itu dari sahabatnya, dia bilang alasan kenapa dia ingin sahabatnya itu merasakan jatuh cinta adalah karena, waktu hidupnya tidak panjang."

Setelah Fardian mengatakan itu, sebagian besar dari mereka menunduk lesu. Ada yang diam-diam mengelus poto gadis itu lembut penuh kesedihan.

"Makanya, sahabat mereka tidak mengizinkan kalian jatuh cinta sama dia. Cukup buat dia merasa bahagia telah jatuh cinta, bisa dipahami?"

Semuanya mengangguk lemah.

"Oke, Reksa!" panggil Fardian. Reksa langsung menyiapan bukunya. "Kalkulasikan waktunya, kita punya berapa menit dalam sehari untuk berusaha mendekati gadis itu?"

Reksa setelah mengambil bukunya dari tas, bergegas ke meja. Dia langsung membukanya, dan sudah terdaat rumus matematika cukup rumit yangtak dimengerti dalam sekali lihat. Saat Reksa bicara, yang lan pun mengerubungi.

"Satu orang jatahnya 10 menit, waktu istirahat itu 20 menit, jadi bisa dua orang yang maju. Satu hari ada dua kali jam istirahat. Maka sehari bisa empat orang." Reksa kemudian memanggil dua orang sebelum membubarkan rapat ini.

"Ada 24 siswa di kelas ini, tidak termasuk Aku, Kenan, sama Fardian. Kalau satu hari 4 orang, kita cuma punya 8 hari. Kuharap salah satu dari kalian berhasil, kalau tidak, maka aku atau Kenan dan Fardian yang maju."

Semuanya mengangguk. Mereka siap untuk memburu cinta.

"Oke, semua ayo mendekat. Kita tim, jadi harus kompak. Jangan seperti tadi, hilangkan ego, toh, kalian tidak boleh jatuh cinta sama dia. Buat apa punya keinginan memiliki dia." Fardian mengulurkan tangan ke depan, yang langsung ditumpuk dengan tangan-tangan siswa lain.

Dalam hitungan ke-tiga mereka menggaungkan misi mereka sangat semangat!

Delapan hari kemudian.

Mereka semua duduk di pojok belakang kelas dengan bulir airmata trus mengalir, mereka tak berdaya, mereka sangat tak ingin hidup. Ke mana semua keahlian memikat gadis itu? ke mana kata-kata manis ynag biasanya meluluhkan membuat gadis-gadis menjerit itu? ke mana kemampuan orang yang katanya playboy tingkat dewa itu? ke-ma-na?!

Reza, bermuka tampan, bertopeng tampan pula. Kata-katanya tak pernah gagal membuat gadis di seluruh sekolah ini merona. Selalu saja bisa membuat mereka meleleh seperti lilin terkena bara cinta. Reza saja punya pacar sepuluh sekarang, tapi lihat, dia kini terbujur kaku dengan air mata lebih deras daripada aliran sungai ciliwung. Fardian, Kenan, dan Reksa yang melihatnya pun yakin, seminggu saja tangisan Reza tidak berhenti, volumenya pasti melebihi banjir Jakarta tahun 2006.

"Za, kenapa sih? Kalain semua harus cerita, apa yang kalian dengar dalam sepuluh menit bersama itu cewek, kenapa pulang-pulang ke kelas kalian langsung pada nangis sih?" Kenan yang berotot itu bertanya, nadanya tegas, sedkit meremehkan. Baginya, anak laki-laki menangis itu, memalukan.

"Hwaa, Aku... sedih, Bro." Reza tidak menjawab, malah tangisannya kian mengeras.

Nahasnya, ini terjadi bukan cuma ke Reza, ada Miko, Andi, Rendra, dan lainnya. Semua anak kelas XI B menangis setibanya mereka menunaikan tugas menggaet hati gadis mirip boneka itu. Padahal, pernah, Reksa dan Fardian mengintip Reza saat menjalankan misi ini. dari balik semak-semak keduanya terlihat baik-baik saja. Reza dan Aina-gadis itu-nampak dekat. Sepuluh imenit kemudian, waktu Reza memutuskan kembali ke kelas. Dia langsugmerangu tangis bersama yag lainnya, yang jadi korban Aina lebih dulu.

"Kalau begitu cerita dong, Za. Kita mana tahu kalau kamu nggak cerita!" Hardik Kenan. Dia mulai geram sendiri.

Reza masih menitikkan air matanya sembari berkta, "AKu ngak sanggup ngomongnya, Nan.mendi kamu dekati dia aja, minta dia ceritain hal yang sama yang dia ceritain ke aku dan teman-teman. Pasti dari situ kamu bakal tahu."

"Gila kamu, Za. Meskipun aku dengar cerita dia, aku nggak bakal nangis kayak kamu!" lalu dia bergaya sok hebat dengan oamer otot bisep dan trisepnya.

Kenan berdiri, dia akan buktikan pada Reza kalau dia bisa. "Ya sudah, aku saja kalau begitu yang maju sekarang." Kenan tetapmelangkah maju walau Reksa dan Fardian memandangnya ragu.

Fardian yang berdiri tidak jauh dari sana, memikirkan sesuatu. Mungkin ini cuma teorinya, tapi dia bisa bayangkan, kalau 24 temannya yang terkenal pemain saja takluk, apalagi Kenan, yang diam-diam sudah melanggar aturan pertama Lovable. Oh soal Kenan, Fardian jelas tahu. Kenan kini menjalani hubungan mode backstreet dengan Renia. Cuma dia diam, tidak mengumbar masalah ini kepada yang lain, karena ada alasan tertentu.

Kalau Reksa, laki-laki ini sekarang sedang menggebu-gebu menyemangati Kenan. Mengangkat tanganya tinggi-tinggi dengan harapan Kenan bisa menyudahi misi ini. dia sendirijuga tidak percaya, ternyata benar, misi ini sangat sulit. Bahkan sampai menyita waku mereka yang harusnya mengurus misi ketua Osis dan Bu Sarah, guru kimia.

"Sa, aku mau kamu temenin Kenan. Pantau dia seperti biasa." Fardian mendekat lalu menepuk pundak Reksa sebelum membisikkan kata tadi. "Oh ya, masih ingat cara menyadap telepon kan?"

Reksa mengangguk, menjawab perintah sekaligus pertanyaan Fardian. "Kamu mau aku hapenya si Kenan?"

Fardian mengangguk.

"Oke deh kalau gitu." Reksa langsung menuju ke bangkunya. dia mengambil laptop dan menginstal ulang sebuah software. Semua ponsel anak kelas XI B sudah dipasangi penyadap oleh Reksa, jika diperlukan dia akan melakukan itu. Dia mulai mengotak-atik software tersebut dan, "Selesai."

"Bagus, aku temui Lenia dulu. Aku mau tanya latar belakang Aina sama dia. Aku tidak mau main teka-teki seperti ini." lalu Fardian pergi setelah memberi jempol ke Reksa, yang dibalas juga dengan acungan dua jempol.

Lovable (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang