#1 First Impression

1.3K 43 7
                                    

"Teruntuk diriku di masa lalu, yang pernah merindukan kehangatan dari sebuah kata—cinta."

***

Hanina Azalea. Itulah nama seorang gadis yang baru saja menginjakkan umur tidak lebih dari lima belas tahun. Hanin, begitulah dia sering disapa. Hanin baru saja meninggalkan bangku SMP. Tepat besok Senin rupanya adalah hari pertamanya memasuki kehidupan SMA. Ya, seperti biasa tiga hari ke depan ini dia akan mengikuti kegiatan MOS yang sangat menjengkelkan itu.

Bagaimana tidak menjengkelkan? Dia diamanatkan agar memakai rompi dari karung bekas, beruntunglah dia tidak diwajibkan untuk mencari karung goni! Karung itu kemudian digunting dan dijahit sedemikian rupa dengan tali rafia yang sama sekali tidak membuatnya tampak seperti "baju" itu. Dia juga harus memakai dasi dari bahan serupa, topi dari kardus yang dipasang rumbai-rumbai di samping kiri-kanan dengan tali rafia warna pelangi.

Rambutnya dia ikat menjadi sepuluh bagian, dan warna ikat rambutnya masing-masing harus berbeda! Ditambah satu hal lagi, tas yang dia bawa hanya sebuah tas kresek hitam yang biasa digunakan ibu-ibu di pasar untuk membeli ikan. Kresek itu kemudian diberi tali rafia di masing-masing ujungnya. Hanin tak habis pikir, apa gunanya ketentuan-ketentuan MOS yang sangat tidak ada hubungannya dengan pengenalan lingkungan sekolah. Padahal esensi dari MOS itu sendiri bukannya untuk mengenalkan lingkungan sekolah agar siswa baru terbiasa? Benar-benar menyebalkan!

***

Hanin sedang duduk di pinggir sudut ranjang kamarnya, tangan kirinya memegang sebuah catatan sementara tangan kanannya memutar-mutar pulpen yang kini menjadi mainan barunya. Beberapa kerutan terlihat di dahinya menandakan dia tengah berpikir keras.

"Gue disuruh bawa satu air konsentrasi isi empat delapan. Oh, ini sih udah jelas air Aquwah. Kalau kayak gini, sih, kecil!" Hanin tergelak kepada dirinya sendiri.

"Alat yang ditemukan oleh Tsa'i Lun? Lah, ini Tsa'i Lun siapa coba? Nanti gue tanya teman-teman aja, deh."

"Roti golden gabah? Jelas deh roti Padi Mbak. Terus yang terakhir air hitam. Hmm, air hitam apaan?! Banyak kali yang item. Ini instruksi enggak jelas banget, sih!"

Hanin menjadi kesal sendiri memikirkan teka-teki yang diberikan oleh kakak kelas di sekolah barunya yang menurutnya tidak masuk akal itu.

Terlebih lagi kemarin saat technical meeting (TM) untuk persiapan MOS, ada seorang senior yang membuatnya heran sekaligus jengkel setengah mati.

"Adik-adik jika tidak ada yang ingin ditanyakan seputar perlengkapan yang dibawa besok, setelah ini kalian boleh pulang. Kalau nanti ada yang masih bingung di rumah, silakan kalian tanya pake nomor yang sudah kalian catat tadi, ya. Terima kasih," kata seorang gadis berkerudung putih panjang yang Hanin ketahui bernama Putri itu, dengan kaca mata menghias di kedua matanya.

Dia menyunggingkan senyum ramah kepada para siswa baru yang membuat siapa saja yang melihatnya pasti ingin melihatnya lagi untuk yang kedua kalinya.

Dilihat dari wajahnya yang cantik, tinggi yang semampai, penampilan yang anggun, gaya bicaranya yang sopan dan ramah, serta wibawanya, sepertinya dia adalah tipe gadis pengurus OSIS yang baik dan lumayan tenar di kalangan siswa laki-laki. Paling tidak, itulah yang pertama kali terpikir di benak Hanin.

Ketika para siswa kelas sepuluh akan beranjak keluar kelas, ada salah seorang kakak kelas laki-laki yang dari tadi berdiri mematung bersandar di pintu, tiba-tiba berbicara kepada mereka.

"Perlengkapan yang kalian bawa harus benar dan enggak boleh salah. Kalau ada yang salah siap-siap aja nyapu satu lapangan. Sudah itu aja."

Dia langsung pergi begitu menuntaskan instruksi yang sangat final itu. Laki-laki itu mengatakan dengan super singkat, padat, dan terlalu jelas! Dilihat dari mana pun sepertinya dia adalah tipe orang yang cuek, pelit bicara, dan satu lagi, menyebalkan!

The Missing LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang