#14 Haters

205 9 2
                                    

"Hal tersulit dalam hidup adalah memenangkan diri sendiri."

***

Selasa pagi yang cerah. Secerah suasana hati Hanin yang sedang dilanda euforia atas kemenangannya di perlombaan kemarin. Bahkan ibunya sampai menangis terharu karena bangga ketika putri semata wayangnya menceritakan pengalaman perdananya itu hingga berhasil memperoleh predikat juara. Ketika baru saja tiba di sekolah, ia sempat kaget karena tiba-tiba teman-temannya berbondong-bondong mengucapkan selamat padanya. Bahkan banyak siswa tak dikenal yang berpapasan dengannya melakukan hal serupa. Entah dari mana mereka mengetahuinya, padahal Hanin sama sekali belum menceritakan kemenangannya pada siapapun termasuk Novi dan Fani.

"Maasyaallah, selamat atas kemenangannya, Han!" seru Fani dengan riang begitu Hanin memasuki kelas dan memposisikan duduk di sampingnya.

Hanin lantas tersenyum, "Makasih, Fan. By the way, sebenarnya orang-orang dapat kabar gue menang dari mana, sih? Lo tahu nggak?"

"Oh itu, mereka kayaknya tahu dari postingan akun Instagram sekolah, deh. Sebenarnya nggak cuma Instagram sih, hampir semua media sosial official sekolah ngomongin kalian bertiga. Bahkan kalian sampai masuk berita tahu!" terang Fani bersemangat sambil menunjukkan tampilan sebuah berita lokal di layar teleponnya, "lo keren banget, Han!" pujinya.

Dalam hitungan hari, Hanin benar-benar tidak mengira namanya akan melejit sebegitu cepatnya. Mungkin karena namanya dikaitkan dengan dua nama The Most Wanted yang memang sudah tidak perlu ditanyakan lagi ketenarannya. Dirinya mendadak menjadi populer di kalangan siswa yang bahkan tidak seangkatan dengannya. Banyak siswa yang mulai menaruh perhatian dengannya. Sebenarnya hal ini membuatnya agak tidak nyaman mengingat dirinya tidak terlalu menyukai menjadi pusat perhatian, walaupun di sisi lain ia juga merasa bangga dengan pencapaian barunya itu.

Tetapi, ternyata kehidupan tidak semulus yang dibayangkan. Siang itu, Hanin sedang mencari sebuah buku referensi pelajaran yang ditugaskan oleh salah satu guru di perpustakaan. Jam istirahat kali ini ia memutuskan berdiam di balik rak-rak buku setelah berusaha keras menolak Novi yang terus memaksanya ke kantin. Sialnya, ia malah bertemu dengan Zahra di sana.

Sepeninggal kemenangannya di perlombaan debat bahasa Inggris beberapa hari lalu, ia bersama Rio dan Alvin sempat menjenguk kembali Zahra yang waktu itu masih dirawat di rumah sakit. Mereka bertiga berkunjung sambil membawa piala dan piagam sebagai bukti bahwa mereka berhasil mempertahankan juara satu sebagaimana tahun lalu. Pada waktu itu Zahra memang terlihat sangat senang dan bangga atas kemenangan mereka. Ia bahkan sampai menangis terharu karenanya. Tetapi, entah kenapa Hanin merasa saat itu perlakuan Zahra padanya sedikit berbeda. Ia masih ingat betul waktu itu Zahra sama sekali tidak mengajak bicara dirinya, seakan kehadirannya di situ hanyalah udara kosong yang tidak berarti apa-apa. Semenjak pertemuannya di rumah sakit itu, Hanin tidak pernah bertemu apalagi berbincang lagi dengan Zahra. Pertemuan tak direncanakan ini jelas membuatnya canggung.

Hanin sekilas melirik Zahra yang sedari tadi duduk berkutat dengan tumpukan buku di hadapannya. Sepertinya Zahra belum menyadari keberadaannya. Entah kenapa ia ingin menghindari seniornya yang satu ini. Tetapi, jika ia memilih kabur sekarang maka percuma saja ia sudah meluangkan waktu tetapi tidak meminjam buku apa pun—mager juga sebenarnya kalau harus kembali ke perpustakaan di lain waktu. Masalahnya, rak buku referensi yang ia butuhkan ternyata terletak di samping Zahra duduk persis. Akhirnya, setelah semenit bergulat dengan pemikirannya, Hanin memutuskan untuk menutupi wajahnya dengan sembarang buku yang ia ambil. Dengan ragu ia kemudian melangkahkan kakinya mendekat ke rak yang ada di samping Zahra sambil terus menyembunyikan wajahnya di balik buku tadi.

KLONTANG! Hanin seketika kaget dan refleks menjatuhkan buku yang ia pegang ketika tanpa sengaja justru kakinya menyenggol kruk Zahra yang disandarkan di samping meja. Ia lantas merutuki kecerobohannya barusan. Inilah akibatnya jika ia berjalan tanpa memperhatikan apa yang ada di depannya. Zahra yang sejak tadi fokus, mendadak perhatiannya teralihkan pada sosok gadis yang kini tidak berani menatapnya itu.

The Missing LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang