#9 Sky and Earth

463 14 0
                                    

"Layaknya langit dan bumi. Sampai kapan pun mereka tidak akan sama apalagi bersatu. Kecuali Tuhan sendirilah yang menyamakan dan menyatukan mereka."

***

Hari ini adalah hari di mana seluruh ekstra kulikuler pilihan SMA Putra Bangsa dilangsungkan pertama kali bagi kelas sepuluh. Kegiatan tersebut dilaksankan seusai kegiatan belajar mengajar yakni sekitar bada asar. Hanin, Fani, dan Novi baru saja keluar dari masjid dan hendak langsung menuju gedung ekstra kulikuler.

"Lo jadi ikut kepenulisan, Fan?" tanya Novi sambil berjalan.

"Emm, sayangnya nggak jadi, Nov," timpal Fani.

Novi menoleh sedikit kaget, "Kok bisa? Kenapa? Terus jadinya pilih apa sekarang?"

"Tanyanya satu-satu dong. Kebanyakan nanya nanti dikira Bani Israil, lho," celetuk Hanin.

Novi melirik Hanin kesal, "Gue nggak nanya pendapat lo kali," Novi kembali menoleh ke Fani, "jadi gimana, Fan?"

Fani tersenyum kecil, "Yah, setelah dipikir-pikir, gue ngerasa ada yang lebih penting. Gue emang suka baca novel, cuma kalau disuruh nulis? Kayaknya bukan passion gue, deh."

"Terus?" tanya Novi lagi.

"Terus apa?" Fani berbalik tanya.

Novi mendengus gemas, "Menu Bu Gatot siang ini apa? Ya, ekskul pilihan lo sekarang dong, Fani sayang!"

Fani terkekeh pelan, "Oh, gue jadinya ikut ekskul Rohis."

"Rohis?" tanya Hanin spontan.

"Iya, Rohis—Rohani Islam," jelas Fani singkat, "kalau kalian sendiri jadinya pilih apa?"

"Gue tetap pilih Sastra Jepang, dong! Kalau dia sih udah pasti nggak milih," tukas Novi sambil melirik Hanin.

Spontan Hanin melotot, "Sok tau! Gue ikut ekskul bahasa Inggris."

Novi pura-pura menganga, "Wah, keajaiban dunia lo ikut ekskul."

"Kalau gue nggak ikut, buat apa gue ke sini," Hanin mendengus kesal.

"Masyaallah, berarti Hanin jago bahasa Inggris, ya?" tanya Fani antusias.

Hanin sedikit berpikir, "Nggak juga, sih. Gue cuma suka aja."

Akhirnya mereka bertiga telah sampai di gedung khusus ekstra kulikuler. Suasana di sana cukup ramai oleh siswa-siswi kelas sepuluh yang berlalu lalang mencari gedung markas ekstra kulikuler masing-masing. Beruntung Hanin sudah pernah mencari sehingga tidak sulit baginya menemukan ruangan estra kulikuler bahasa Inggris.

Beberapa saat setelah siswa-siswi memasuki ruangan masing-masing. Mereka langsung berkenalan dengan para pengurus OSIS yang bertugas sebagai penanggung jawab ekstra kulikuler.

"Baiklah jadi nanti jika ada yang ingin ditanyakan seputar English Club bisa hubungi kakak, ya," kata seorang gadis yang bernama Zahra, "sekarang kita akan berkenalan dengan salah satu tutor kita, kebetulan dia masih kelas sebelas kayak kakak."

Akhirnya masuklah seorang laki-laki bertubuh jangkung ke dalam ruangan. Sontak membuat seluruh pasang mata menatapnya penasaran.

"Halo, perkenalkan nama saya Alvin Jonathan. Bisa dipanggil Alvin. Saya masih kelas sebelas saat ini, tepatnya kelas 11 IPA 1," katanya ramah.

Seisi ruangan langsung terkagum-kagum melihat sosok di depannya. Bagaimana tidak? Dia masih kelas sebelas! Normalnya seorang tutor diambil dari guru bahasa Inggris atau pihak luar, hal ini membuktikan bahwa kemampuan orang di depan mereka tidak diragukan lagi.

The Missing LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang