6.

2.7K 278 0
                                    

Jungkook meneguk minumannya. Berkali-kali mengerang kesal. Pikirannya kacau ntah kenapa.

"Sudah mandi, Jungkook?" Tanya wanita paruh baya yang datang ke kamarnya. Ia hanya membalas dengan anggukan kecil.

"Aku berangkat." Ucapnya. Wanita paruh baya itu berkacak pinggang.

"Kau bahkan belum sarapan," Jungkook membuang tatapannya.

"Tidak lapar." Wanita paruh baya itu menatapnya tajam.

"Sudah kubilang berkali-kali. Hilangkan sifatmu yang keras kepala dan egois itu! Kau kira kau bisa bertahan dengan sifat kasarmu itu?!" Bentak ibunya. Jungkook menatapnya malas.

"Aku sudah bilang aku tidak lapar. Jangan paksa aku," ia meninggalkan wanita itu disana.

Ia mengambil kunci mobilnya lalu pergi dari sana.

Jeon Jungkook. Terkenal dengan egois, keras kepala, dingin, dan pengatur. Jika satu kemauannya tak terpenuhi, anak itu dengan mudah akan merusak seluruh barang-barang dirumahnya.

Kecepatannya saat membawa kendaraan diatas rata-rata. Dan mungkin jika ada seseorang yang lewat, akan hancur berkeping-keping saat itu juga.

Ia benci berada dirumah ia benci dengan semu---

CIIIITTTT!!!!!

Jungkook membanting setirnya dan menginjak remnya mendadak. Seluruh pikirannya kalut. Suara klakson mobil dan beberapa orang meneriakinya. Ia hampir menabrak seorang gadis. Atau mungkin sudah tertabrak?

Jungkook keluar dari mobilnya dan mendapat seorang gadis berseragam serupa terjatuh disana. Gadis itu menangis. Meringis kesakitan.

"Maaf noona, aku tadi--" gadis itu tak memperdulikan Jungkook. Ia hanya diam meringis lalu berusaha bangkit. Dan keseluruhannya itu adalah kesalahan Jungkook.

Ia melihat ke arah lampu lalu lintas. Saat itu lampunya menunjukkan ke arah merah dan Jungkook dengan egois ingin menerobos lampu merah itu. Dan berakhir begini.

"Noona? Maaf," ujarnya berkali-kali. Ia membantu gadis itu berdiri dan masuk ke dalam mobilnya. Wajah gadis itu tak asing dimatanya.

"Jung Yein?" Gumamnya saat melihat Yein menangis didalam mobil. Kedua lutut gadis itu berdarah. Ia masih meringis sambil menangis pelan.

"Yein~ssi, aku minta maaf. Aku tidak tahu kalau itu--"

"Tadinya kukira aku akan mati duluan," Ia masih terisak pelan.

"Tadinya ini adalah akhir aku perjalanan hidupku," gumamnya.

"Maafkan aku. Aku emosi dan membanting setirku seperti tadi," Jungkook masih memperhatikan luka itu. Luka yang diyakini Jungkook sangat sakit itu.

"Kau mau kubawa ke rumah sakit?" Yein hanya menggeleng kecil. Kemungkinan ia takkan pergi ke sekolah jika keadaannya memburuk seperti ini.

"Ke rumahku saja, bagaimana?" Tanya Jungkook. Yein tetap menggelengkan kepala.

Jungkook tak tahu ingin kemana. Yang jelas, ia takkan pernah bisa ke sekolah bersama gadis itu. Ditambah, dengan keadaan yang seperti ini.

Jungkook melajukan kendaraannya menuju sebuah rumah sakit. Gadis itu menoleh dibuatnya.

"Jungkook aku.."

"Kau masih ingin ke sekolah? Dengan keadaan drop seperti ini?" Yein hanya diam sambil menunduk dalam.

"Tapi Jungkook, aku tidak apa-apa," ucapnya bersikeras. Jungkook melirknya tajam.

"Sudah lihat kedua lututmu? Tanganmu luka-luka seperti itu? Kau ingin dibilang korban bully disekolah?" Yein menggeleng pelan.

SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang