Part 2

4.9K 114 5
                                    

Clarisa pov

Bertemu dengan ka Fadli membuat ku benar-benar dapat melupakan Reno walaupun hanya beberapa menit saja. Saat kembali masuk ke kamar ku aku kembali duduk terdiam diatas tempat tidurku bayangan Reno kembali muncul dalam ingatanku.

"Shiit! Apa yang terjadi denganku tuhan? Bayangan laki-laki itu masih ada dalam ingatanku. Apa yang harus ku lakukan tuhan agar aku dapat melupakannya? Apa aku bisa melupakannya apa aku bisa melakukannya?" Tanyaku lirih sambil menahan air mata yang nyaris keluar dari dalam mataku ini.

"Reno Sebstian Mukhti kau hampir membuatku gila. Apa yang kau lakukan padaku hingga aku sangat teramat mencintaimu? Reno bisakah kau kembali padaku? Bisakah kita bersama seperti dulu? Bisakah kau tinggalkan  wanita sialan itu untukku? Bisakah kau mencintaiku seperti aku mencintaimu Reno? Bisakah kau melakukan  apa yang aku lakukan padamu?". Dengan kondisi yang sama seperti beberapa jam lalu menangis ketika aku mengingatnya dan mencoba meluapkan emosi ku dengan memakinya walau sebenarnya aku hanya berbicara kepada cermin riasku saja berharap bahwa Reno akan mendengar semua makian yang kutunjukkan untuknya.

Aku berusaha untuk melupakannya namun apa yang kudapat? Bayangannya terus kembali dalam ingatan ku. Dan semua usaha ku melupakannya sia-sia.

"Baiklah Clarisa jika kau tidak dapat melupakannya sekarang, mungkin kau akan melupakannya nanti" ucapku untuk menenangkan kekacauan dihati dan fikiran ku.

"Dan sekarang kau harus bersiap-siap karna ka Fadli akan menjemputmu malam ini. Jangan kecewakan dia Clarisa jangan hancurkan harapannya". Ucapku pelan dan aku segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diriku.

Selesai membersihkan diriku aku mulai mengeluarkan satu persatu pakaian dalam lemari besar ku.

Apa ini cocok? Kaus berwarna merah maroon dengan gambar pita-pita kecil walaupun terlihat simpel namun ini terlihat elegant dan sangat feminim jika digunakan dengan celana jeans pensil dan jaket levis berwarna biru navy, atau short dress berwarna hitam polos panjangnya hanya sampai diatas pahaku saja, atau kemeja putih polos ditambah dengan celana jeans hitam? Dan akhirnya pilihanku jatuh kepada short dress berwarna hitam tersebut. 
"Semoga baju yang kukenakan tidak membuatnya kecewa atas penampilanku malam ini."  Doaku dalam hati

Authorn pov

"Ris ada temanmu nih katanya akan mengajakmu berjalan-jalan cepat turun Ris jangan biarkan dia menunggu" teriak mamaku memanggil nama ku

"Nak Fadli mau minum apa? Biar tante ambilkan nanti" tanya mamahku dengan senyum manis di wajahnya

"Terimakasih tante, tidak usah repot-repot nanti kalau saya haus biar saya ambil sendiri" jawab ka Fadli sopan dengan senyum ramah diwajah tampannya itu.

Bergegas aku turun setelah selesai berdandan tadi.

"Maaf ka kalo kk kelamaan nunggu nya" ucapku merasa bersalah kepada ka Fadli karna telah membuatnya menunggu.

"Tidak, tidak apa Clarisa aku belum lama sampai koq" dengan senyum manis kearah ku serta mata yang melihat penampilanku dari kepala  hingga ke ujung kaki ku.

"Mah Clarisa dan ka Fadli pergi dulu yah ma" memanggil mamahku yang sedang asyik menonton sinetron kesukaannya di televisi flat yang kami punya.

Tanpa menunggu jawaban dari mamahku. Aku dan ka Fadli pun bergegas pergi meninggalkan rumah.

Dan layaknya seorang putri ka Fadli membukakan pintu mobilnya untukku. Dan aku hanya tersenyum kepadanya.

Clarisa pov

Begitu tampanya ka Fadli malam ini dengan kaus berwarna biru dan sweter yang ia kenakan ia tampak begitu mempesona dan harum parfum muskya membuat ia semakin terlihat sempurna dihadapan para wanita.

Betapa heningnya didalam mobil hingga suara ka Fadli memecah keheningan yang ada didalamnya.

"Ris, malam ini km sangat kelihatan cantik dress yang km gunakan makeup yang km kenakan sangat terlihat begitu mempesona dan rambut yang tergerai panjang dengan kunciran hanya pada tengah rambutmu membuat aku semakin menyukaimu." Ucap ka Fadli dengan senyum di wajahnya yang sangat meyakinkan membuat aku spechless di hadapan nya.

"Tteee-rii-makasih ka. Kk juga sangat terlihat tampan." jawabku gugup di hadapan nya.

"apakah wanita secantikmu memiliki kekasih Ris? Jangan panggil aku kk Ris apakah aku terlalu tua hingga dipanggil kk? Panggil saja aku Fadli." Ucap ka Fadli dengan nada agak sedikit menyebalkan dengan senyuman meledekku.

"Tidak ka, aku tidak memiliki kekasih belum menginginkannya karna takut terulang lagi. Baik aku akan memanggil mu Fadli" jawab ku tersenyum padanya.

"Mengapa dengan masa lalu mu Ris? siapakah laki-laki yang tega menyakiti wanita secantik dirimu?" Ucap ka Fadli dengan nada yang sangat serius.

"Sudah tidak usah dibahas aku hanya tidak ingin membuka luka lama ku. Kita mau kemana ka? Emm maksudku Fadli." Jawabku kepada ka Fadli dengan nada yang sedikit malu.

Ka Fadli tidak menjawab pertanyaanku dan terjadi lagi keheningan didalam mobil ini.
Hingga sampai pada suatu tempat yang begitu sangat mempesona dan terlihat sangat indah.

"Ris, aku menyayangimu sejak SMA namun aku tidak berani mengungkapkannya padamu. Aku takut kau menolakku aku takut kau tidak memiliki perasaan yang sama denganku. Hingga kuputuskan aku akan jujur dengan perasaanku padamu saat aku kembali dari Jerman. tak peduli jawaban apa yang akan kudengar nanti." Ucap ka Fadli dengan nada serius dan memeggang tanganku dengan erat.

"Maaf Li aku tidak dapat menjawabnya. Kita nikmati saja malam yang indah ini hanya kita cukup menjadi seorang sahabat atau bahkan kakak dan adik saja. Aku tidak mau terluka lagi. Aku sangat mencintainya lalu dia pergi meninggalkanku dan lebih kejamnya wanita itu ialah sahabat ku Virginia pasti kau mengenalnya. 5 tahun kami berhubungan namun itu semua tidak berarti baginya hingga dia tega meninggalkanku dengan luka yang amat dalam ia tancapkan kedadaku hingga seakan aku tak dapat bernafas lagi karenanya." jawabku dengan diikuti isak tangis yang sedari td mulai membanjiri kedua mataku.

"Ris." Ucap ka Fadli memeluk ku dengan sangat erat seakan tidak akan melepaskan pelukannya itu.

"Sudahlah li, aku disini ingin menemani mu berjalan-jalan bukan? ayo turun dari mobil dan kita berjalan-jalan. Apa kita akan terus didalam mobil?" Jawabku perlahan melepas pelukan ka Fadli dan membuka safety belt yang aku kenakan sedari tadi dan bersiap menuju pantai yang sangat mengagumkan itu.

Mata ka Fadli memerah. seperti ingin menangis. Apakah aku salah menjawabnya seperti itu? Aku menyayanginya namun aku hanya takut jika kami bersama, kami akan bernasib sama Seperti aku dan Reno aku tidak ingin ini terjadi lagi kenanganku dengan Reno masih sangat menyayat hatiku masih membekas dalam luka yang Reno tancapkan dalam dadaku.

Fadli pov

"Mengapa kau menolaku Risa? Apakah kau tau aku benar-benar mencintai dan menyayangimu? Mengapa kau seperti  tidak percaya dengan perkataan ku? Siapa laki-laki brengsek yang berani meretakkan hati wanita ku? Apakah dia tau banyak sekali laki-laki yang ingin memilikinya? Aku tau Clarisa menyukai ku tapi ia tidak mau kami bernasib sama seperti ia dan mantan kekasihnya dulu, Sudahlah Fadli untuk apa kau pikirkan ini jangan menyerah hanya karena ia menolakmu tunjukan padanya bahwa kau benar mencintainya" batinku dalam hati dan baranjak turun meninggalkan mobil lalu berjalan bersama wanita ku yaitu Clarisa Zeofany Putri.

Jangan lupa vote yaah dan minta kritikannya. Maaf kalo ceritanya enggak bagus ini pertama kalinya aku buat cerita:)

terimakasih:)
*happy reading yaah:D

MoveonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang