Part 10

1.4K 39 0
                                    

Maap yak baru sempet nulis lagi. Baru ada waktunya heheh:) maklum udah mau UN doain yaah guys semoga UNnya lancar dan usaha yang sekarang aku jalanin sukses. Amiin:). Okeh lanjut cerita minta vote dan kritik yaah. Terimakasih:):*
----------------------------
Clarisa pov

Pagi pun datang.
"Sebenarnya aku masih ingin berada di sini, di villa ini. Tentunya bersama dengan Fadliku tapi apa boleh buat aku harus kembali ke Jakarta kembali melanjutkan kuliahku dan yang membuatku malas adalah kembali melihat Reno dan kekasihnya itu. Huftthh sangat membosankan." Gerutuku dalam hati sesekali menghela nafas panjangku.
Hingga terdengar dari luar kamar suara ketukan pintu, siapa lagi kalo bukan laki-laki yang seminggu ini bersamaku, benar saja ketika aku membuka pintu Fadli telah berdiri dipintu kamarku dengan membawa sebucket bunga berwarna-warni. Tentu saja itu membuatku merasa sangat spesial dan berhasil menghilangkan kejenuhanku.

"Ahh Fadli. Pagi-pagi gini kau sudah membuatku bahagia." Ucapku menyender pada pinggir pintu dengan tangan terlipat didadaku.
"Tentu saja, aku akan terus membuatmu tersenyum seperti itu Clarisa. Aku tau kau masih ingin disini bersamaku. Tapi kita harus pulang bukankah kau harus melanjutkan sekolahmu?"
"Iyah baiklah. Tapi sebelum kita pulang aku ingin kau menemani ku untuk berjalan-jalan disini dan aku ingin pergi ke rumah makan itu."
"Baikalah sayangku. Apakah kau lupa bahwa aku selalu menemanimu kemana pun kau mau." Jawabnya dengan kening yang mengkerut.
"Tentu saja aku tidak lupa. Baiklah aku akan berganti pakaian dan km cepat pergi dari kamarku. Apa km mau aku berganti pakaian didepan mu." Jawabku dengan meledeknya dan menjulurkan lidah kepadanya.
Dia tidak menjawab dan dia langsung mendekat kearah ku membuatku berjalan mundur hingga sampai pada pinggir tempat tidurku. Dan dia mendorongku hingga aku jatuh diatas tempat tidur ku dan dia semakin mendekat.

"Ya tuhan, apa yang akan kau lakukan padaku Fadli." Fikirku dalam hati dan denyut jantungku yang bergerak sangat cepat membuat aku hanya bisa berpikir tanpa mengatakan apapun.

Dia semakin mendekat, bahkan sangat dekat posisinya sekarang sudah ada di samping ku dengan tangannya menyentuh tanganku. Lalu dia menciumku keningku dan bergegas pergi. Aku hanya terdiam melihat tingkah nya.

"Mengapa kau melamun? Apa yang kau fikirkan? Kau fikir aku akan menodaimu? Tidak Clarisa aku bukan lelaki seperti itu. Aku akan menodaimu ketika kau menjadi istri ku. Aku hanya meledekmu sama seperti kau tadi. Sekarang bersiaplah." Ucapnya dengan senyum menjengkelkan dan bergegas pergi dari kamarku.

"Ya tuhan, Clarisa apa yang kau fikirkan? Dasar otak mesum. Kau fikir dia akan menelanjangimu dan membuatmu seperti wanita jalang. Kau memalukan." Ucapku dengan memukul-mukul kepalaku dengan tanganku.

Dan segera bersiap untuk mengganti pakaianku. Kali ini aku menggunakan jeans putih dan sweter wol rajut berwarna hitam dengan motif bunga dan sepatu kets berwarna hitam.
Setelah berganti pakaian aku memasukan pakaianku ke dalam koperku mengingat hari ini aku akan kembali ke Jakarta. Setelah selesai aku langsung keluar dan menghampiri Fadli yang menungguku di teras villa.

Dan bergegas pergi menuju ke rumah makan setelah itu berjalan-jalan bersama.

Sesampainya dirumah makan. Aku dan Fadli duduk dtempat yang biasa kami tempati yaitu dibalkon rumah makan sambil menikmati indahnya suasana pagi di puncak.

Selesai makan. Kami menuju ke mobil dan bergegas kembali ke villa untuk berjalan bersama-sama. Seperti biasa sesampainya kami di villa Fadli memarkirkan mobilnya dan aku menunggunya di teras.

Setelah selesai memarkirkan mobilnya kami berjalan menuju kebun teh yang berada di dekat villa.

Sesampainya di kebun teh aku langsung menghampiri seorang ibu yang sedang memetik teh. Dan aku berniat untuk membantunya, sekaligus belajar bagaimana cara memilih teh yang bagus dan tidak.

Setelah diajarkan oleh sang ibu tadi aku mulai mempraktekkannya aku ambil pucuk teh yang masih muda. Menurut ibu teh yang muda inilah yang nantinya akan dikirim ke rumah produksi untuk dijadikan teh yang sebenarnya.

Karena terlalu asik belajar memetik teh aku sampai lupa jika aku tadi bersama Fadli. Dan aku melihatnya duduk sendiri dibawah pohon besar yang ada di tengah-tengah kebun teh.

"Maafkan aku, karena aku asik memetik teh aku sampai lupa jika aku bersama kamu." Ucapku dengan mengulurkan tanganku pertanda meminta maaf kepadanya.
"Tidak apa, aku senang jika kau senang. Yah meski kesenanganmu sampai melupakan aku." Jawabnya sambil menarik tanganku dan kini aku duduk di sebelah nya.
"Woo. Dasar Fadli baper." Ledekku dan aku pun meletakan kepalaku diatas bahunya. Terasa nyaman bahkan sangat nyaman jika aku sedang di dekat nya berharap bahwa ini bukan mimpi dan ini semua tidak akan berakhir.

"Apakah kau sudah puas jalan-jalannya Clarisa?"
"Sebenarnya belum, tapi karena kamu harus bekerja dan aku juga harus kembali kuliah apa boleh buat."
"Masih bisa kita lakukan lain kali. Jangan sedih jika kamu rindu aku. Saat itu juga aku akan ada didepan rumahmu." Jawabnya dengan tatapan mata yang hampir membunuhku.

Ia melihat jam tangan brandednya itu dan segera berdiri, lalu ia mengulurkan tangan mulusnya kearahku. Akupun memegang tangannya dan kami segera pulang ke villa karena hari ini aku akan balik ke Jakarta.

Sesampainya di villa aku segera masuk mengambil koperku sebenarnya aku tidak ingin kembali ke sana tapi ya sudahlah apa yang bisa kulakukan. Dengan wajah lesu dan langkah kaki kecil aku pergi menuju mobil yang sudah terparkir di depan teras villa dan sosok pria yang sangat tampan menunggu ku di depan pintu mobilnya. Ketika melihat ku jalan dengan membawa koper dia langsung menghampiriku dan membawakan koperku lalu ia masukan kedalam bagasi mobilnya dan seperti biasa ia membukakan pintu mobilnya.

Lalu kami bergegas menuju kota yang sangat membosankan dimana semua orang itu sangat individualis, tidak saling menyapa dan tidak pernah bercengkrama dengan orang lain yah kecuali jika mereka membutuhkan bantuan.

1,5 jam perjalanan akhirnya aku sampai dirumah. Aku sangat lelah tapi aku menikmatinya.

"Fadli. Aku pulang dulu yah, km langsung pulang jangan pergi kemana-mana lagi. Sampai dirumah istirahat. Aku menyayangimu."
"Okay sweety. Sweet dreams darling." Jawabnya dengan mengecup keningku.

Lalu aku segera masuk kedalam rumahku.
Dan langsung pergi menuju kamar tidurku.

"Hari ini aku harus tidur yang cukup karena besok adalah mata kuliah matematika cukup membosankan memang, tapi itu salah satu mata kuliah terpenting dan apalagi gurunya yang killer membuatku harus terpaksa menyukai pelajarannya."

"Good night Fadli. And I love you." Pesan yang kukirim kepadanya hingga akhirnya aku terlelap dengan handphone yang masih dalam genggamanku.

Jangan lupa vote yaah dan minta kritikannya. Maaf kalo ceritanya enggak bagus ini pertama kalinya aku buat cerita:)

terimakasih:)
*happy reading yaah:D

MoveonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang