~Problem~

228 5 0
                                    

Dua orang gadis tengah berjalan menyusuri koridor sekolah yang sepi pada sore menjelang malam hari itu. Mereka memiliki paras yang sama.

"Wuaahh...! Sekolah ini besar. Hampir sama dengan rumah. Apa benar kakak sekolah disini?" Tanya seorang dari mereka

"Ya, menurut data yang kudapatkan" jawab seorang, "Shiro yakin ingin bersekolah disini? Bagaimana jika ayah marah?" Lanjutnya

"Habiss..! Dirumah membosankan! Kuro tenang saja! Ayah tidak mungkin marah ke kita" jawab Shiro santai

"Tapi..." Kuro mengurungkan niatnya. Ia tidak yakin dapat beradu mulut dengan saudara kembarnya. Shiro.

Keduanya berhenti disebuah pintu asrama. Sebuah suara ketukan pintu terdengar diselingi bunyi pintu terbuka

"Permisi~ kami murid dadakan. Aku Grindi Shiro dan dia Grindo Kuro. Kami tinggal dikamar ini" kata Shiro

"Eh?"

~

~ Mika P.O.V~

~

Aku kaget melihat dua anak kembar bermodalkan tas ditangan dihadapanku. Mereka berdua rasanya cukup familiar bagiku. Tapi siapa? "Emm... kamar disini tinggal satu"

"Ngaak apa-apa. Kami bisa berbagi. Benarkan Kuro?"

"Ya"

"Kalau gitu gak masalah. Aku Remilia Mika"

...

Makan makanan di sini adalah hal yang sangat jarang kulakukan. Di istana, biasanya aku memakan salad atau yogurt sebagai makan malamku. Pakaian Killy juga terasa sedikit besar ditubuhku. Ughh. Aku sungguh sial. Tidak ada yang mengatakan tentang hal ini kepadaku jadinya aku tidak membawa satupun baju. Untungnya aku tidak sampai pingsan mendengar kata Killy tentang tinggal di asrama dan Killy lah teman sekamarku. Aku melihat Killy yang sepertinya memiliki selera makan yang berbeda denganku.

Suasana hening diantara kami. Sepertinya kami masih canggung. Grindi dan Grindo? Entah. Aku tak melihat mereka. Mungkin masih mengemas barang?

Semua orang di ruang makan tampak memperhatikanku. Mungkin karena rambut silver ini? Jadi aku kembali ke kamarku sendiri, Killy mendapat tugas mencuci piring hari ini. Aku berbaring. Tempat tidur disini tidak seempuk dirumah tapi modelnya lumayan. Dalam satu kamar asrama terdapat seperti ruang tamu kecil dan di setiap sisinya terdapat pintu yang berbeda. Satu pintu untuk keluar-masuk kamar ini, dan tiganya pintu menuju kamar masing-masing yang dilengkapi toilet. Jadi, ini bisa dibilang sekamar bisa juga tidak. Benar bukan?

Aku mengesampingkan hal itu sekarang. Yang penting adalah apa yang harus kulakukan disini.

Aku sadar dengan keputusan ku ini. Bisa jadi ada alasan tersembunyi "perjanjian perdamaian" dilaksanakan secara mendadak. Maka dari itu aku akan menjaga kenyataan bahwa aku adalah penguasa Silvandia rapat-rapat.

"Hai, lama tak jumpa" suara ini....

"... ada apa, Mine?" Aku bangun lalu melihatnya

"Sepertinya kau kesusahan ya?" , dia berhasil membacaku, sepertinya dialah harapan terakhir

"Kebetulan, aku ingin minta tolong. Bisakah kau berperan sebagai 'aku' di kerajaan selama aku bersekolah disini? Atau kau berperan sebagai 'aku' yang bersekolah? Yang mana?" Tanyaku langsung, "kau begitu mirip denganku dan aku harus fokus pada satu hal, jadi..." aku mulai memohon kepadanya kuharap dia bisa walau dia mungkin hanyalah khayalan semata

"Maaf Mika, aku tidak bisa. Ini bukan tugasku" tapi ternyata tidak.

"Ooh... maaf sudah memaksamu. Makasih sudah mendengar permintaanku" sepertinya secercah harapan hilang.

My Beautiful KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang