言い訳 Maybe (Alasanku Maybe)

6.6K 429 32
                                    

Sesaat hawa di ruangan itu turun beberapa derajat, Ghaida dan Lidya masih saling tatap, keduanya sama-sama memasang raut wajah heran dan tidak percaya. Lalu tiba-tiba Frieska muncul dari belakang Ghaida.

"Lidya? Masih disini ternyata."

Lidya pun beranjak dari sofa, "Iya kak, jadinya nemenin kak Mel makan dulu tadi."

"Lah itu dianya malah tidur disitu."

Semuanya mengikuti arah jari telunjuk Frieska yang mengarah pada Melody yang masih terlelap. Lidya pun hanya bisa mengangguk, "Tadi waktu diurut lagi dia ketiduran, kecapean kayanya."

"Tapi udah gapapa kakinya?"

"Tinggal di istirahatin sih, nanti juga sembuh."

"Makasih loh Lid, si mbak pasti ngerepotin banget deh."

Lidya hanya menggeleng, hari ini entah sudah berapa kali ia mendengar kata-kata 'ngerepotin' itu. Padahal kan nggak sama sekali, malah hari ini bisa disebut hari keberuntungan Lidya banget.

"Lah, bang ngapain berdiri doang disitu. Ngalangin tau, cepet sini masuk." Ujar Frieska setelah melihat Ghaida yang masih mematung di lorong menuju ruang tengah.

Gadis berambut pendek itu pun melangkah menuju sofa dimana Melody masih tertidur nyenyak, ia pun duduk dengan perlahan di ujung sofa sebelah kiri, dekat kaki Melody.

Lidya yang merasa tidak pada tempatnya langsung berdeham canggung, "Aku pulang dulu ya kak," ujarnya sambil menghampiri Frieska. "Terus tadi kita beli makan juga buat kak Frieska, ada di meja makan. Tinggal angetin aja."

"Wah serius? Makasih loh."

"Sama-sama kak, cuman kita cuma beli satu soalnya gatau kalau kak Ghaida bakal kesini juga." Tambah Lidya sambil sesekali melirik Ghaida.

Merasa namanya disebut, Ghaida langsung mendongkak. "Gapapa kok, aku minta punya Mpries aja hehe."

"Dih. Enak aja, gaboleh."

"Yaelah pelit banget."

"Lagian tadi diajak makan dulu gamau, malah buru-buru pengen kesini."

"Iya kan kasian si teteh, kirain sendirian gitu disini. Eh ternyata ada Lidya." ujar Ghaida sambil mengedikkan dagu kearah Lidya yang masih berdiri dengan canggung.

"Tadi tuh kak Mel minta ditemenin sampe kak Frieska pulang, sepi katanya disini."

"Hmm gitu?" Ghaida mengangguk mengerti, "Padahal tadi aku udah ngechat dia beberapa kali buat nemenin dia disini, tapi gak di read."

"Oh," Lidya hanya bergumam pelan, "Dari tadi aku gak liat kak Mel main henpon sih."

Frieska yang baru selesai menghangatkan makanan menggunakan microwave langsung menyela obrolan mereka yang entah kenapa terasa kurang bersahabat. "Heh babang apaan mau nemenin si teteh disini, mau bolos latihan apa?"

Ghaida hanya tertawa pelan, "Iya bolos, lagian lumayan sering juga bolos cuman buat nemenin si teteh."

"Kelakuan deh, kurang-kuranginlah." Gerutu Frieska sambil meletakan makanannya di meja setinggi lutut yang dikelilingi sofa tersebut.

Kemudian ia menoleh kepada kakaknya yang masih belum bangun padahal disekelilingnya lumayan berisik. "Duh ini orang ngalangin banget sih."

"Aku gendong ke kamarnya deh." Tawar Ghaida, dan Lidya langsung melotot mendengar itu.

"Gak usah, katanya laper kan? Makan dulu nih." Frieska langsung menyodorkan sendok kearah Ghaida, "Si teteh biar Lidya aja yang mindahin, kasian juga kalo dibangunin, kecapean kayanya."

StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang