白いシャツ (Baju Putih)

4.7K 345 31
                                    

Terdengar ketukan dari balik pintu kamar tamu, lalu pintu itu terbuka dan terlihat Lidya yang menyembulkan kepalanya sambil mencari-cari Melody.

"Mels? Udah bangun?" Setelah melihat Melody tengah merapihkan selimut, Lidya bergegas masuk. "Mandi dulu gih, nanti kita sarapan bareng sama mamah."

Seketika pergerakan Melody terhenti, wajahnya yang tirus terlihat memucat mendengar perkataan itu keluar dengan begitu enteng dari mulut Lidya.

"Sarapan?" Suara gadis itu tidak lebih dari sekedar cicitan.

Lidya yang bingung hanya melengos, "Iya sarapan, masakan mamahku enak banget loh, walaupun masih enakan masakan anaknya sih hohoho."

Melody yang jelas-jelas sedang tidak dalam suasana hati yang tepat untuk bercanda langsung meletakkan selimut ke atas kasur dengan agak kasar, lalu ia menatap Lidya dengan kesal.

"Aduh Lids, kemarin aja waktu ketemu mamah kamu, aku nyaris asma. Dan bahkan aku gak pernah punya penyakit asma tapi hampir bengek gara-gara dikenalin ke mamah kamu."

"Ya kamu sih lebay banget degdeg-annya," lagi-lagi Lidya mengangkat bahu lalu menjatuhkan diri di kasur, "Lagian mamah gak akan ngigit kok, dia seneng banget ketemu Melody jeketi fortieit. Terus udah ada rencana minta foto bareng buat di pamerin ke tetangga."

Bukannya jadi tenang, degup jantung Melody makin tidak karuan. Menghabiskan malam di rumah Lidya sukses mengobrak-abrik Melody yang biasanya bisa berdiri di depan ribuan orang dengan tenang, tapi saat di kenalkan ke orang tua kekasihnya, lidahnya mendadak kelu dan keringat dingin langsung bercucuran.

Beruntung wanita paruh baya itu menyambut Melody dengan sangat ramah, bahkan sesekali dia tertawa geli melihat Melody yang sangat kikuk ketika berbicara dengannya, di tambah Lidya yang tetap usil dan selalu melontarkan lelucon ataupun cerita-cerita yang membuat Melody menepuk keningnya berkali-kali dengan agak keras.

"Lah malah bengong, sana cepet mandiiii." Lidya menggerutu sambil meraih selimut yang sudah tertata rapi lalu menyelimuti dirinya dan bergelung dengan nyaman.

"Jangan di berantakin lagi kek, Lids." Keluh Melody, "Baru juga di beresin. Emangnya kamu udah mandi?"

"Udah dong." Melody mengernyit saat melihat seringai jahil muncul di wajah gadis yang masih nyaman di dalam selimut. Dan benar saja, "Eh tapi kalau di suruh mandi lagi gapapa sih, barengan tapinya."

Dengan gesit Melody menarik bantal yang di pakai Lidya lalu memukulkannya tepat ke wajah Lidya yang kini meringis kesakitan.

"Isssh, sakit!" Lidya sibuk mengusap hidungnya yang berdenyut, "Galak banget ya ampun, kan Lidy cuma bercanda."

"Masih pagi tapi bercandaan kamu emang gak pernah pake filter ya."

"Maaf deh maaf." Dengan susah payah Lidya berganti ke posisi duduk, "Ya udah sana mandi gih. Jangan lama-lama tapi, kasian kalau mamah nunggu lama."

"Temenin aja sama kamu, bantuin masak."

"Gak ah, udah mau kelar kok. Aku mau nungguin kamu aja disini." Lidya menunjuk kamar mandi tamu yang terletak di pojok sebelah kiri, "Di dalem ada anduk baru, sama segala rupanya. Tinggal pake aja."

Sambil menghela napas berat, Melody berjalan menuju kamar mandi. Tapi beberapa langkah kemudian, dia terhenti.

"Eh aku gak bawa baju kan, masa pake baju ini lagi." Ujar Melody sambil menarik ujung kaus yang ia kenakan.

"Pake baju aku aja," saran Lidya dengan wajah berbinar, "Bentar ya aku ambilin dulu."

Tanpa perlu menunggu lama Lidya sudah kembali ke kamar sambil membawa beberapa helai baju di tangannya.

StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang