君の背中 (Punggung Milikmu)

4.4K 353 46
                                    

Lidya mengerutkan keningnya saat melihat balasan chat dari Melody. Tidak biasanya gadis itu membalas dengan kalimat singkat-singkat, apalagi tanpa emoji sedikitpun. Merasa belum berbuat dosa apapun pada Melody hari ini, Lidya mencoba untuk tidak terlalu memikirkannya.

Kecapean kali ya, jadi mumet.

Setelah melirik jam dinding yang menunjuk tepat ke angka 8, Lidya langsung menyambar tas sambil menyemprotkan parfum ke badannya.

"Pergi dulu ya Mah, mau jemput calon menantu Mamah."

"Hati-hati Lid!" Balas wanita paruh baya itu sambil melambaikan tangan.

.
.
.

"Kak, tumben diem aja?" Shania bertanya dengan penasaran. Heran sendiri karena Melody terlihat sangat serius di latihan kali ini, memang oshi sejuta umat itu selalu berlatih dengan sungguh-sungguh, tapi biasanya selalu di selingi dengan candaan dengan teman satu timnya.

"Nggak apa-apa kok." Suara Melody agak teredam oleh masker yang dipakainya. "Lagi cape aja."

Shania hanya mengangguk dan tidak mendesaknya lebih jauh, karena Melody pasti akan cerita jika dia memang ingin cerita.

"Pulang sendiri?" Kapten tim J itu mengalihkan topik, "Apa di jemput sekuriti?"

Jawaban yang Shania dapat tidak lebih dari sekedar gumaman, "Di jemput Lidya kayanya."

Shania memiringkan kepalanya dengan bingung. Karena Melody yang ia kenal biasanya akan memberi respon seperti, "Di jemput Lidya dooong. Kamu naik taksi ya? Kasian."

Tapi Melody yang ada di depannya ini terlihat sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. Walaupun terhalang masker, tapi semua orang bisa melihat kalau wajah cantik itu memasang raut yang keras dan sangat serius.

Setelah latihan dibubarkan, Melody langsung membenahi barang-barangnya. Meskipun begitu pikirannya kembali melayang ke perkataan Nadse yang tadi. Kalau Melody mau mengambil kesimpulan sepihak, bisa di bilang Shani ternyata menyukai Lidya. Memikirkannya saja membuat kepala gadis itu terasa pening, belum lagi dia teringat kalau tempo hari Lidya dan Shani sempat menghabiskan waktu bersama walau cuma sebentar.

Dan kalaupun apa yang di bicarakan ketiga orang tadi hanya sekedar gurauan, tetap saja Melody tidak bisa tenang sebelum tau yang sebenarnya.

"Kak Mel~." Terdengar suara yang sangat familiar menyapa, Melody pun berbalik dan mendapati Nabilah mendekat ke arahnya.

"Kenapa dek?"

"Di jemput kak Lidy?"

"Iya nih. Kamu pulang sama siapa?"

"Gatau kak," Nabilah merenggut sambil menjejalkan ponselnya ke dalam tas. "Lagi gak ada yang bisa jemput."

"Mau bareng sama-"

"Bareng aku aja Bil."

Sontak ajakan itu membuat Melody berhenti bicara. Shania yang berada di dekat mereka pun berusaha meredam keberadaannya sebisa mungikin. Nabilah lebih parah lagi, gadis itu membeku dan menoleh dengan ragu ke sumber suara. Terlihatlah Gaby yang berdiri tidak jauh dari mereka, raut wajahnya seolah menatap penuh harap ke arah Nabilah.

Melody menghela napas melihat Nabilah yang dengan sopan menolak ajakan Gaby, ia dan Gaby pun hanya bisa bertukar pandang sambil sesekali melihat Nabilah yang pergi menjauh.

"Gak akan di kejar?" Tanya Melody dengan hati-hati.

Sesaat Gaby terlihat bingung sendiri, lalu gadis itu mengacak rambutnya dengan gemas dan pergi menyusul Nabilah.

StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang