Love You're Matt ? (Part-3)

547 80 11
                                    

Aku berdiri mematung dihadapan rumah seorang yang tak mau aku temui. Mimpi apa aku semalam sehingga sekarang berdiri disini? Ya Tuhan, mengapa aku harus berurusan dengan makhluk seperti dia? Padahal aku tak pernah ingin bertemu orang seperti dia.

Seharusnya aku menyuruh Karen saja untuk mengembalikan dompet sialan ini. Ini semua gara-gara mom, mengapa ia mahir sekali merayu dan membanding-bandinkan orang.

Aku melangkah mundur untuk menjauh dari jangkauan rumah Matt. Mendingan aku melarikan diri sebelum Matt menyadari kedatanganku. Aku membalikkan badan dan bergegas pergi.

"Kok ngga jadi masuk?" Ujar suara yang akhir-akhir ini familier di telingaku. Aku membalikkan badan dan mendapati senyuman lebar Matt dan ia mendekatiku.

Matt menarik tanganku dengan paksa kerumahnya. Aku melepaskan genggamannnya di perkarangan rumah dan mencari benda kesialan di tas kecilku.

"Nih!" Ujarku ketus seraya memberikan dompet-pembawa-sial. Matt mengambil dompetnya dan memeriksa isi dalamnya, "Aman kok, aku ngga ngambil apa-apa!" Ujarku.

"Siapa tahu" jawabnya santai. "Oke ngga ada yang hilang." Aku mengangguk dengan geram, sudah kukatakan dari tadi. Matt membalikkan badannya dan meninggalkanku sendiri.

What? Apa maksudnya ia meninggalkanku seperti patung disini? Mengapa ia begitu? Bahkan ucapam makasih pun tak keluar dari mulutnya. Dasar artis ngga sopan!

"HEI METTHEW ESPINOSA!" Teriakku geram, Matt membalikkan badannya dan mengangkat alisnya, "Tak adakah ucapan terima kasihmu itu?" Sindirku geram.

Matt melangkahkan langkahnya kearahku. Kami berhadapan dengan dekat dan ia mendekatkan wajahnya dengan wajahku sehingga tinggal beberapa senti lagi. Aku menutup mataku takut akan apa yang akan dilakukan Matt. Terasa helaan nafas Matt di sisi telingaku.

"Terima kasih si mata indah Claire!" Ucapnya dengan lembut.

Aku berdiri mematung mendengar ucapan Matt. Jantungku berdebar. Wajahku memanas. Aku gugup sekali entah mengapa.

Yaampun Claire, sadar! "O-oke, jangan sedeket itu juga dong!" Protesku.

Matt tertawa geli melihat kearahku. Aku tak mengerti, ada apa dengannya? Sore-sore kesambet.

"Bilang aja, lo deg degan kan.. mukanya sampe merah gitu."

Aku menggelen cepat, "Enak ja! Geer banget kamu!" Ujarku. Aku menepuk-nepuk lembut wajahku. Apa yang Matt bilang benar ngga ya? Apa cuma bualan belaka untuk mempermalukanku?

Tiba-tiba tawa Matt terhenti lalu ia memegang dadanya, "Aw, jantungku.." ucapnya.

Yaampun, apa jangan-jangan ia punya penyakit jantung. Bisa gawat nih kalo kambuh disini. "Kenapa Matt? Jantung kamu sakit?" Tanyaku

Matt menggeleng pelan, "Bukan, ini jantung aku berdebar kencang setiap ada kamu."

Aku terkejut bukan main mendengar ucapannya. Ralat, bualannya. Ya, teruslah menggombal Matt.

"Apa kau khawatir terhadapku?"

"Tidak sama sekali!" Jawabku cepat.

Matt memainkan matanya yang membuatku muak melihat tampangnya, aku mengakui dia ganteng namun tingkahnya konyol sekali. Matt meraih tanganku secara tiba-tiba "main yuk kerumahku," ajaknya yang tanpa ku jawab sudah ia tarik.

Matt membawaku ke balkon atas rumahnya. Aku menatap takjub pemandangan dihadapanku. Rumah-rumah terlihat kecil dari sini. Dengan angin yang sepai sepoi menerpa rambutku, dengan cepat aku jadi betah berada ditempat ini.

Aku menoleh mencari sosok Matt, Matt terbaring menatap langit yang mulai bewarna merah terang. Matt melihatku dan tersenyum kearahku lalu menepuk sampingnya menyuruh aku untuk terbaring juga disebelahnya, aku menggeleng cepat, tak sudi aku bebaring disampingmu.

Old MAGCON Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang