Ini bercerita mengenai gadis periang, gadis yang selalu tersenyum dalam kesedihan nya. Dia adalah gadis yang kuat, gadis yang pantang menyerah, gadis cantik dalam kesederhanaan nya. Dia adalah Zilya Putri Anadi.
Zilya tinggal berdua bersama ayahnya. ya, hanya berdua. Ibunya meninggal ketika dia berusia tujuh tahun karena penyakit jantung yang di deritanya. Walaupun begitu, Zilya kecil selalu menjalani harinya dengan keceriaan dan senyuman yang selalu ia tunjukan kepada orang-orang di sekitarnya. Begitupun saat sekarang, walaupun dalam hati terdalamnya dia merasa sangat rapuh. Namun tidak ada yang mengetahuinya, semua itu hanyalah topeng yang dia gunakan untuk menutupi kesedihan nya.
Zilya beruntung masih memiliki ayah yang sangat menyayanginya dengan tulus, yang telah membesarkanya sendirian, yang akan memasakannya ketika dia lapar, pun yang akan menjaga dan merawatnya sepanjang hari ketika dia sakit. Ayah yang selalu siap siaga untuknya. Dia adalah Juna Anadi, ayah Zilya.
Kini Zilya duduk di bangku SMA kelas dua, dia tumbuh menjadi gadis cantik yang kuat dan periang. Selain ayahnya, Zilya juga memiliki sahabat yang selalu bersamanya sejak kecil, ia adalah Tiana Lusia Permadi. Zilya dan Tiana sudah bersahabat sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar. mereka berdua selalu satu sekolah, walaupun terkadang berada di kelas yang berbeda. Tapi kali ini mereka beruntung karena bisa satu kelas kembali.
Akhir-akhir ini Zilya sering banyak berdiam diri, itu karena dia harus menerima kenyataan bahwa ayahnya akan segera menikah lagi, entah dengan siapa Zilya sendiri pun masih belum mengetahuinya. Juna tidak pernah memperkenalkan calon istri ayahnya, Zilya hanya tahu bahwa ayahnya akan menikah dengan teman bisnisnya. Namun Zilya sendiri tidak bisa menolak keputusan ayahnya untuk menikah, karena dia pun menyadari bahwa ayahnya membutuhkan sosok pendamping untuk menyempurnakan hari-harinya.
Ketika Zilya sedang terhanyut dalam lamunanya, ia dikejutkan dengan teriakan Tiana yang cukup keras tepat di telinganya.
"Astaga ti.. Lo gila apa?" gerutu Zilya kesal.
Tiana mencibir, kemudian ia menjitak kepala Zilya, membuatnya meringis kesakitan.
"lo tuh apa-apansih, udah bikin telinga gue sakit terus sekarang pake bikin kepala gue sakit pula, FIX LO GILA!" rutuk Zilya membuat Tiana naik darah.
"Bener-bener lo ya zil, Setelah apa yang lo lakuin ke gue bisa-bisa nya lo ngatain gue gila?!" ucap Tiana tak kalah kesal, Zilya hanya mengerutkan keningnya tak mengerti, tidak paham dengan apa yang sedang dibicarakan oleh sahabatnya itu.
"Lo tau ga gimana malu nya gue waktu gue ngomong sendiri di koridor tadi? gue kira lo ada di samping gue, ehh pas gue liat kanan kiri gue ternyata lo gaada! malu gue zil maluuuu... apalagi banyak orang di koridor yang merhatiin gue ngomong sendirian dan mungkin mereka sekarang nganggep gue gila, ini semua gara-gara lo!" ucap Tiana menggebu-gebu dalam satu tarikan napas.
Zilya tercengang mendengar ucapan Tiana barusan, dia tidak habis pikir bagaimana bisa Tiana berbicara dengan menggebu-gebu hanya dengan satu tarikan nafas seperti itu. Zilya menggeleng tidak percaya seraya berkata, lo bener-bener gila ti. tentu saja dia mengucapkan nya dalam hati, karena jika tidak Tiana akan mengomelinya lagi seperti barusan, dan Zilya tidak mau hal itu terjadi.
Zilya mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan kelasnya, kelas sudah sepi, teman-teman satu kelasnya sudah pulang. kini hanya ada dirinya dan Tiana di dalam kelas.
"Astaga ti ini udah waktu nya jam pulang ya?!" Tanya Zilya seraya menepuk jidat Tiana, membuatnya meringis kesal.
"Kok lo malah nepuk jidat gue sih? Yang ada lo nepuk jidat lo sendiri bukan nya malah nepuk jidat gue! dan asal lo tau ya jam terakhir udah selesai dari sebelum masehi!" sahut Tiana kesal.
Zilya tertawa melihat tingkah geram sahabatnya itu karena ulahnya barusan, "Apaansih ti gausah ngaco deh, yakali sebelum masehi." timpalnya kemudian.
"Yaudah sih bodo amat, mau sebelum masehi kek! sesudah masehi kek! atau sesudah lebaran kingkong juga gue mah ga peduli, intinya gue mau pulang, kalau lo mau nginep disini ya terserah lo deh, bye!" balas Tiana bangkit dari duduknya seraya berjalan keluar kelas meninggalkan Zilya yang masih terduduk di bangkunya.
"Ehh ti tungguin gue dong, pulang bareng." ucap Zilya seraya memasukan buku-buku nya yang masih berserakan di meja ke dalam tasnya dengan buru-buru, lalu berlari ke luar kelas untuk menyusul Tiana yang sudah terlebih dahulu meninggalkan kelas secepat kilat.
*******
Heyooo! Terimakasih buat yang sudah mau baca cerita absurd aku ini haha, maklumin aja ya, soalnya masih pemula lol.
Jangan lupa kasih komentar berupa kritikan atau saran nya ya, dan jangan lupa vote. See ya! :)
KAMU SEDANG MEMBACA
HE'S GONE (EDIT)
RomanceZILYA PUTRI ANADI : saat itu, gue akan lebih ikhlas menjalani semua nya. Karena gue harus menerima bahwa kenyataan itu gabisa berubah.. ( ~unforgettable ) FALDIANSYAH MAHENDRA ALFARIZ: Bisakah waktu yang sedikit itu gue manfaatkan untuk memberi art...