Zilya tiba di parkiran dengan napas yang terengah-engah akibat berlari dari kelasnya yang terletak di lantai tiga, ia menggerutu kesal karena Tiana meninggalkannya begitu saja, Zilya sendiri tidak mengerti bagaimana bisa ia kehilangan jejak Tiana begitu saja. Kemudian Zilya mengedarkan pandangannya untuk mencari dimana letak mobil Tiana berada. Ya, Tiana memang sudah membawa mobil ke sekolah, tentu saja mendapatkan mobil bagi Tiana sangatlah mudah, karena Tiana adalah anak dari salah satu pengusaha sukses. Sedangkan Zilya, ayahnya hanya pengusaha kecil, tidak seperti ayah Tiana yang mempunyai perusahaan besar dan sudah memiliki cabang dimana-mana.
Ketika zilya sedang mencari-cari keberadaan mobil Tiana, handphonenya berbunyi menandakan ada panggilan masuk, ketika melihat layar handphonenya terpampang nama Tiana, tanpa pikir panjang Zilya segera mengangkatnya.
"hallo ti, lo dimana?"
"...."
"Lo bilang dong kalau nungguin gue di depan gerbang, jadi gue gausah susah-susah nyari lo ke parkiran!" ucap Zilya kesal karena sampai berlari-lari menuju parkiran, sedangkan Tiana menunggunya di depan gerbang sekolah.
"...."
"Iya deh berhubung gue baik jadi lo gue maafin, yaudah tunggu, gue kesitu sekarang."
"...."
"Iya bawel!"
"...."
"Iya ini gue lariiii !!!" Zilya pun memutuskan sambungan telepon dari Tiana, dan kembali berlari menuju gerbang sekolah dimana Tiana berada.
Sesampai nya di area gerbang sekolah, Zilya mengedarkan pandangannya ke sekitar untuk mencari dimana keberadaan mobil Tiana.
Saat dia menemukan mobil Tiana yang sedang terpakir di depan gerbang sekolah, tanpa pikir panjang Zilya langsung menghampiri mobil Tiana, lalu masuk ke dalam mobil. ia mendapatkan Tiana yang sedang mendengarkan musik dengan volume full di radio yang sedang memutarkan lagu kesukaan mereka.
Zilya pun ikut menyanyi dan menggerak-gerakan tubuh nya seperti yang dilakukan oleh Tiana. Ketika lagu itu berakhir Tiana mematikan radio nya dan melihat Zilya yang berada di sampingnya masih saja bernyanyi dengan kencang, padahal radio sudah Tiana matikan. Tiana hanya memandang aneh Zilya yang sudah seperti orang gila.
"Nobody..nobody..!! Nobady can drag me down!!!" Zilya masih saja bernyanyi membuat Tiana terkekeh geli melihat tingkah sahabatnya tersebut.
"lo ngapain sih zil masih nyanyi-nyanyi kaya gitu? Lagu nya udah selesai kali, radio nya juga udah gue matiin tuh." jelas Tiana seraya tertawa.
"Eh udah selesai ya lagu nya? Kok gue ga sadar sih?" tanya nya pada Tiana seraya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.
"Dari tadi! Lo terlalu kebawa suasana sih zil." sahut Tiana seraya menjalankan mobilnya.
*****
ZILYA PUTRI ANADI
Setelah sampai di rumah aku langsung menaiki tangga menuju kamarku yang terletak di lantai dua. Setibanya di depan pintu kamar, aku di kagetkan oleh seseorang yang menepuk pundakku, aku membalikan badan ku perlahan untuk melihat siapa seseorang tersebut.
Ternyata itu ayah, mengagetkan saja.. Akibat ulah ayah barusan, aku hampir saja mengatakan hal yang tidak pantas kepadanya.
"Astagaa ayah.. bikin kaget aja, aku kira set..." ucapku menggantung, aku tidak melanjutkan perkataanku barusan, hampir saja aku Keceplosan mengatakan 'setan' bisa-bisa aku di coret dari kartu keluarga oleh ayah. Jangan sampai itu terjadi!
"Emang kamu kira apa? Set apa? Kok ga di lanjutin ngomongnya?" Tanya Ayah membuatku membuat ku kebingungan harus menjawab apa.
"Ehhh.. anu.. Eehh itu set.." jawabku gelapan, aku tidak tahu harus menjawab pertanyaan ayah bagaimana.
"Yasudah lupakan saja, ada sesuatu yang mau ayah bicarakan dengan kamu, setelah kamu ganti baju temui ayah di bawah." hfft... untung saja ayah tidak menanyakan lebih lanjut perkataanku yang menggantung itu.
Tapi, apa yang akan ayah bicarakan pada ku? membuat penasaran saja.
"Emang nya apa yang mau ayah bicarakan?" akhirnya aku memberanikan diriku untuk bertanya, tidak biasanya ayah mengajak ku berbicara dengan wajah seserius ini.
"Lebih baik kamu mengganti bajumu dulu, setelah itu temui ayah di bawah, kamu akan tahu apa yang akan ayah bicarakan." jawab ayah seraya tersenyum misterius kepadaku. Lalu ia menepuk pundakku pelan seraya pergi meninggalkan aku yang masih terdiam, aku benar-benar penasaran dengan apa yang akan ayah bicarakan padaku nanti.
Setelah itu akupun masuk ke dalam kamar dan mengganti pakaian seragam dengan baju santai khas rumahan.
Setelah selesai mengganti pakaian aku pun langsung keluar dari kamar, menuruni tangga seraya berlari-lari kecil, membuatku terlihat seperti anak kecil, padahal usia ku kini sudah menginjak enam belas tahun, sudah tidak pantas lagi berperilaku seperti itu, namun entah mengapa aku selalu melakukan hal itu ketika di dalam rumah ck,ck,ck kekanakan memang.
Ketika sampai di ruang tamu, aku melihat ayah sedang duduk di sofa dengan secangkir kopi di genggamannya, aku pun menghampirinya seraya berlari-lari kecil.
"Astaga Zil kamu bukan anak kecil lagi, tidak usah berlari-lari seperti itu, tidak mencerminkan usiamu saat ini." tegas ayah padaku seraya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkahku yang seperti anak kecil. ya, aku akui itu.
"iya sih yah, tapi ya mau gimana lagi udah kebiasaan sih lari-lari kaya gini." jawabku seraya menggaruk tengkukku yang sama sekali tidak gatal.
"Ohiya, apa yang ingin ayah bicarakan, sepertinya penting?" tanyaku kemudian.
*********
Heyoooo! Ketemu lagi kita haha, hayo penasaran ga apa yang mau di omongin ayah nya zilya? Tunggu part selanjutnya aja ya :)
Jangan lupa komentar, ditunggu kritik dan saran nya ya? dan jangan lupa vote juga. See ya soon! :)
KAMU SEDANG MEMBACA
HE'S GONE (EDIT)
RomanceZILYA PUTRI ANADI : saat itu, gue akan lebih ikhlas menjalani semua nya. Karena gue harus menerima bahwa kenyataan itu gabisa berubah.. ( ~unforgettable ) FALDIANSYAH MAHENDRA ALFARIZ: Bisakah waktu yang sedikit itu gue manfaatkan untuk memberi art...