RENCANA PERTEMUAN

167 27 1
                                    

ZILYA PUTRI ANADI

"Ohiya, apa yang ingin ayah bicarakan, sepertinya penting?" tanyaku kemudian.

"Malam ini ayah akan memperkenalkanmu dengan calon istri ayah, bagimana? kamu mau kan?" tanya ayah seraya memandangku dengan penuh harap.

DEG!

Hatiku terasa sakit ketika mendengar satu kalimat itu, jujur saja aku tidak mau jika ayah harus menikah lagi. Tapi aku tidak boleh egois, aku tidak boleh hanya mementing kan kebahagiaanku saja, aku juga harus mementingkan kebahagiaan ayah. Dengan terpaksa aku harus menyetujui permintaan ayah untuk bertemu dengan calon istri ayah sekaligus calon ibu tiriku.

"I--iya yah aku mau, malam ini kan? jam berapa?"

Ayah memandang ku dengan pandangan yang sulit ku artikan, "Makasih zil.." ucap ayah lalu memelukku seraya mengelus-elus kepala ku dengan penuh kasih sayang, Aku membalas pelukan ayah.

Ayah melepaskan pelukannya seraya berkata "malam ini jam delapan ya zil" lanjutnya berucap seraya tersenyum padaku. Aku senang melihat ayah tersenyum seperti itu, ayah tampak terlihat bahagia. Semoga wanita pilihan ayah tepat untuknya.

*****

AUTHOR POV

jam menunjukan pukul tujuh malam, Zilya sedang bersiap-siap untuk bertemu dengan calon ibu tirinya. Dia sangat gugup.

Saat ini Zilya sedang menatap diri nya di cermin yang berukuran sedang di dalam kamarnya. Ketika ia sedang bingung memandangi dirinya di cermin, pintu kamarnya terbuka, menampilkan ayahnya yang sudah rapi dengan balutan jas di tubuhnya.

"Anak ayah cantik sekali malam ini.." ucap Juna pada anak semata wayangnya itu, Zilya memang terlihat sangat cantik dengan balutan mini dress berwarna pink yang terlihat sangat indah di tubuh nya.

"aku nggak percaya diri sama penampilan ku yah" balas Zilya dengan wajah masamnya.

Zilya tidak percaya diri dengan menampilannya, namun siapapun yang melihatnya saat ini akan memandanginya tanpa henti. Karena penampilannya saat ini sangat berbeda dari biasanya. Sayangnya, ia tidak pernah menyadari kecantikannya sendiri.

"Tidak nak, kamu harus percaya diri, Lihat lah dirimu" ucap Juna seraya menghampiri Zilya yang masih di posisinya semula, di depan cermin.

"Kau begitu cantik, sama seperti ibumu.." Sambung Juna berucap.

"Terimakasih ayah.." timpal Zilya seraya memeluk ayahnya, tiba-tiba matanya yang indah meneteskan air mata, ia terisak dalam pelukan ayahnya, membuat Juna mengernyit heran anak semata wayangnya menangis tiba-tiba. Juna melepaskan pelukan Zilya lalu menatap nya dengan sendu.

"Lho kok anak ayah malah nangis?" tanyanya, seraya menghapus air mata Zilya.

"zil kangen ibu yah.." jawab Zilya terisak, membuat Juna ikut bersedih melihat anaknya menangis seperti itu.

Tanpa sadar Juna ikut meneteskan air matanya. Lalu dia kembali memeluk anak semata wayangnya itu seraya berkata, "ayah juga merindukannya, sangat rindu. Ayah tau kamu membutuhkan sosok seorang ibu, maka dari itu ayah menikah. Ayah telah menemukan seseorang yang tepat yang bisa menjadi seorang istri dan ibu yang baik, seseorang yang bisa menyayangimu dengan tulus, seseorang yang bisa menjagamu ketika ayah sedang tidak berada di sisimu."

Zilya tertegun mendengar perkataan ayahnya barusan, dia tidak menyangka bahwa selama ini ayahnya mencari sosok seorang istri tidak hanya untuk kebahagiaan dirinya sendiri, tetapi juga untuk kebahagiaannya. Ternyata ayahnya menyadari bahwa Zilya sangat membutuhkan sosok seorang ibu selama ini. Tapi tetap saja,  baginya tak akan ada yang bisa menggantikan ibunya.

"terimakasih ayah.." ucapnya masih terisak.

"Anything  for you.. sudah jangan menangis lagi!" tegas nya. "Ini tidak mencerminkan zilya si anak ayah yang kuat dan selalu periang, Ayo hapus air matamu dan benarkan make up mu itu, kau terlihat seperti zombie." sambung Juna bergurau membuat Zilya terkekeh pelan.

Zilya pun membenarkan make up naturalnya yang sedikit luntur karena menangis, ia hanya memoleskan sedikit bedak, namun tetap terlihat cantik dengan make up nya yang tipis tersebut. begitulah Zilya, selalu terlihat cantik dalam kesederhanaan nya.

*****

Setelah menempuh perjalanan yang cukup menguras waktu, mereka pun tiba di sebuah restoran yang sangat megah. Zilya sendiri takjub melihat restoran itu dari dalam mobil, kemudian dia melirik ayahnya yang duduk di sampingnya dengan tatapan bertanya-tanya.

"Kamu akan tahu nanti, ayo kita keluar." ucap Juna seraya keluar dari mobilnya.

Kenapa ayah akhir-akhir ini selalu bersikap misterius seperti itu? untuk apa pula ayah mengajak ke tempat yang terlihat sangat mahal ini? batin Zilya bingung.

HE'S GONE (EDIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang