Pertemuan

146 28 0
                                    

ZILYA PUTRI ANADI

Ketika aku mulai memasuki restoran mewah ini, aku dibuat heran oleh beberapa pegawai restoran yang menyambutku dan ayah, seolah kami adalah tamu yang sangat spesial disini, hal itu membuatku bingung sekaligus tersanjung. Tidak hanya itu, mereka bahkan menunduk hormat kepada ayah yang sedang berjalan di sebelahku, begitupun padaku, aku sungguh tidak mengerti mengapa mereka bersikap seperti itu, menurutku ini berlebihan, karena kami hanya tamu biasa.

Tiba-tiba salah satu pramusaji datang menghampiri kami.

"Selamat malam pak juna, selamat malam non" ucapnya seraya menunduk hormat.

"Maaf pak saya disini mewakilkan pak setyo, beliau juga minta maaf dengan segala hormat karena tidak bisa menyambut kehadiran bapak, ada suatu hal penting yang harus beliau urus." sambungnya berucap.

Kenapa dia bersikap seperti itu kepada ayah? Memangnyanya ayah siapa? Kenapa diperlakukan spesial ini? Seperti bos besar saja. Batinku terkekeh geli.

"ah tidak apa-apa kok, tidak usah repot-repot menyambut saya." balas ayah seraya tersenyum kepada pramusaji itu.

"Mari pak saya antar, bu lisa sudah menunggu." Ucapnya.

Aku dan ayah mengikuti pramusaji itu hingga kami sampai di salah satu ruangan yang ada di restoran ini. Seperti nya itu adalah ruangan VVIP yang ada di restoran ini. Pramusaji itu mempersilahkan kami masuk, ayah mengangguk pelang, aku pun mengikuti ayah masuk ke dalam.

Ruangan itu terlihat sangat bagus dan besar, dengan desain gaya eropa yang sangat berkelas, aku benar-benar takjub melihat ruangan ini. Kemudian pandanganku beralih pada seseorang yang sedang duduk dengan anggun di depan meja yang sudah dipenuhi dengan berbagai macam makanan mewah tentunya. Damn! batinku kagum. Aku mengalihkan kembali pandanganku pada wanita anggun itu, ia tersenyum padaku, aku terpana melihatnya.

Dia wanita itu, wanita yang akan ayah nikahi sekaligus wanita yang akan menjadi ibu tiri ku, wanita itu terlihat anggun dengan menggunakan long dress berwarna hitam yang membuat nya tampak elegan. Dia sungguh cantik dan anggun. Batinku kagum.

"Lis perkenalkan ini zilya anak saya" aku tersentak dari lamunanku ketika ayah mulai memperkenalkanku pada wanita itu.

"Hello, senang bisa bertemu dengan kamu, nama saya lisa." katanya seraya mengulurkan tangannya dan tersenyum hangat padaku.

Aku merasa sangat canggung sekarang, aku tidak tahu harus memperkenalkan diriku bagaimana padanya.

"hello tante lisa, sa-saya zilya" balasku kikuk seraya menjabat tangannya yang terulur.

"Nama yang cantik, seperti orang nya." ucapnya kemudian masih dengan senyuman yang terukir di bibirnya.

"Terimakasih tante lisa" kataku seraya membalas senyumannya.

Setelah memperkenalkan diri aku pun duduk, disamping ayah dengan canggung.

"Ekhemm" tiba-tiba ayah berdehem membuatku menautkan kedua alisku bingung.

"Emm sebenarnya ada yang ingin ayah dan tante lisa sampaikan sama kamu zil" ucapnya membuatku penasaran.

"Apa itu?" tanyaku.

"Nanti saja mas, lebih baik kita makan dulu, Setelah makan baru kita omongin." timpal tante lisa.

"Yasudah kalau begitu mari kita makan dulu." ucap ayah, kami bertiga pun memakan makanan yang telah di sediakan, sesekali diikuti obrolan-obrolan kecil Ayah yang membuat kami tertawa mendengarnya.

Setalah kami bertiga selesai makan, ayah pun melanjutkan perkataannya yang sempat tertunda.

Ayah berdehem, "Jadi gini zil, ayah dan tante lisa akan melangsungkan pernikahan kami berdua minggu depan, bagaimana menurut kamu?" ucapnya.

Aku cukup terkejut mendengarnya, karena menurutku itu terlalu cepat. Tapi mau bagaimana lagi, aku tidak bisa menolaknya, sepertinya aku juga mulai menyukai tante Lisa.

"bagaimana baiknya aja yah" ucapku seraya tersenyum, ayah dan tante Lisa saling pandang seraya tersenyum bahagia, aku senang melihat ayah bahagia seperti itu.

"Ohiya zil, ada yang ayah ingin kita sampaikan lagi sama kamu." ucap ayah mulai membuat ku penasaran untuk kesekian kali nya.

"apa itu? jangan membuatku selalu penasaran" rutukku kesal, ayah selalu membuatku penasaran seharian ini. Menyebalkan sekali.

"Sebenar nya restoran ini milik ayah dan tante lisa."

Apa? Yang benar saja! Restoran mewah ini milik ayah? Bagaimana bisa? Lelucon ayah lucu sekali. ck..ck..

"Bukannya ayah cuma usaha kecil-kecilan ya?" Tanyaku, aku tidak bermaksud menyinggung ayah, aku hanya ingin memastikan bahwa yang aku dengar barusan bukan lelucon seperti yang kupikirkan.

"Ya memang awalnya begitu, usaha yang ayah jalani hanya kecil-kecilan saja, tetapi hal kecil itu lama-lama menjadi besar, ingat lho zil jangan meremehkan hal kecil apapun"

perkataan ayah itu memang benar, hal besar berawal dari hal kecil. Tapi aku masih tidak percaya bahwa usaha yang ayah jalani akan menjadi sebesar ini, benar-benar di luar dugaan.

"dan ayah juga sudah memiliki beberapa cabang di luar kota" sambungnya berucap.

Apa ayah bilang? Beberapa cabang di luar kota?

"I can't believe..." hanya itu yang terucap dari bibir ku.

"ayah juga masih tidak percaya, tapi ini lah kenyataannya" sahut Ayah seraya tersenyum simpul.

"Tapi kenapa ayah baru mengatakan ini sekarang?" tanya ku kesal.

"Karena ayah rasa ini adalah waktu yang tepat untuk memberitahumu" jelasnya seraya tersenyum, aku hanya mengangguk-angguk mengerti. Entahlah, Aku hanya masih tidak percaya jika usaha kecil-kecilan yang ayah jalani kini menjadi usaha yang cukup besar, terlebih dengan memiliki beberapa cabang di luar kota, pembicaraan ini terasa seperti mimpi.

Ketika sedang berbincang-bincang bersama bersama ayah dan tante lisa mengenai usaha ayah tersebut, tiba-tiba handphoneku berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Aku melihat layar ponselku untuk melihat siapa yang meneleponku, ternyata Tiana. Aku pun langsung meminta ijin kepada ayah dan tante Lisa untuk mengangkat telepon dari Tiana.

"Halo ti? Ada apa?" tanyaku.

"Gue ada di depan rumah lo nih, jalan yuk? gue bete" ucapnya.

"Gue lagi ga dirumah nih ti, sorry ya.."

"Serius lo? Bilang dong kalau lagi ga di rumah, jadi gue gausah repot-repot ke rumah lo!" rutuk Tiana kesal.

"Mana gue tau lo mau datang ke rumah, lagian emang si reno kemana sih? Biasa nya juga lo jalan bareng dia mulu" timpalku. Reno adalah pacar Tiana, dan dia adalah salah satu troublemaker di sekolah, aku tidak menyukainya.

"Gue lagi males jalan sama reno, emang lo lagi dimana sih? Biar gue jemput habis itu kita ke club, gimana?" ucap Tiana membuatku jengah.

club? aku tidak pernah menyukai tempat seperti itu.

"Lo gausah jemput gue, gue ada pertemuan penting, awas aja kalau malam ini lo pergi ke club, be a good girl! gue tutup ya, dahh.." jawabku, kemudian aku memutuskan sambungan telepon dengan sepihak.

************

Terimakasih buat yang udah baca cerita ini dari awal, Terimakasih juga yang udah vomment. See you ! :)

HE'S GONE (EDIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang