Luke
Still no reply? :-(Velvet menghela napas, lalu mengaktifkan airplane mode dan mengunci ponselnya. Sudah hampir pukul satu, namun rasanya ia masih sulit memejamkan mata. Maka, diambilnya laptop, lalu ia menulis seperti orang kesetanan.
What do you know about falling in love?
The happiness? The way your lips form a smile almost 24/7?
If so, lucky you
Because I know nothing about it but the pain that wrenches me to the bones
About the blue that covers my soul
And to make it even worse, he's somewhere else
He's not here
And feels like he's not there, not anywhere
Is it just an illusion my mind made up?
Masih tidak dengan membalas pesan Luke, Velvet naik ke tempat tidur dan meringkuk setelah mem-post tulisannya di second account Instagram-nya yang di-private. Ia menerawang lurus ke langit-langit kamarnya.
I'm so sorry, Luke, I need some time to be alone too.
—
March 13th, 2016
Luke kembali menjejakkan kakinya ke Jakarta. Bedanya, ia kini datang tanpa pengamanan. Ia menyamar menjadi orang biasa, membaur dengan penumpang lainnya yang baru saja turun dari pesawat.
Semuanya sudah disiapkan. Kendaraan hingga supir untuk menjemput. Tapi tidak dengan akomodasinya. Karena ia ingin kembali bersama Velvet.
Di mana pun, asalkan dengan gadisnya itu.
Setelah menemui supir yang menjemputnya, Luke langsung masuk ke mobil. Berbekal kertas kecil berisi alamat rumah Velvet hasil pencarian Dave, ia meluncur ke sana.
Isn't this the address she told me the other day? batin Luke saat membaca alamat itu susah payah.
"We've arrived, Sir," kata sang supir dengan bahasa Inggris yang fasih.
Luke menoleh ke rumah yang dimaksud; rumah bercat kuning gading dengan dua lantai yang megah, dengan dua mobil terparkir di garasi. Rumah itu terlihat lengang, mungkin karena masih pukul sepuluh pagi.
Sambil meraih ranselnya, Luke menyuruh supirnya itu untuk meninggalkannya. Tidak lupa Luke meminta kontak untuk dihubungi —barangkali butuh. Lalu ia turun, masuk ke halaman rumah Velvet.
Ia mengetuk pintu, berusaha tidak terlalu keras karena rindunya yang menggebu pada perempuan itu.
Dan saat pintu itu membuka, didapatinya seorang wanita paruh baya yang cantik. Fitur wajahnya mengingatkan Luke pada Velvet, yang langsung ia asumsikan beliau sebagai Ibunya.
"Good morning, Ma'am. My name is Luke Hemmings. Sorry for disturbing you. I'm looking for your daughter," kata Luke tegas, tidak gugup sama sekali.
Mata Ibu Velvet memicing, menatap Luke dari rambut hingga kaki. "I'm sorry you can't meet her anymore."
Bagai petir di siang bolong, Luke kaget bukan main mendengar ultimatum Ibu Velvet. "For what reason, Ma'am?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Middle Row ♪ Hemmings | ✓
Fanfiction❝The spotlight is on me but she's all I see.❞ Highest rank #5 in Fanfiction [23/4/16] [ i put this story in the 'mature' section because it contains harsh words and a violence scene] Copyright © 2016 by bajigur