5

15.9K 2.2K 1.1K
                                    

Setelah melewati argumen panjang dengan Calum, Ashton, Michael, Dave, dan kru konser yang lain, akhirnya Luke diizinkan untuk pergi ke Jakarta bersama Velvet. Hanya saja, Dave memberinya satu syarat: esok pagi pukul 9, ia harus sudah kembali ke hotel tempat mereka menginap.

Syarat itu jelas saja disetujui Luke yang terlampau bersemangat mengenai trip semalamnya ini. Beda dengan Velvet yang sejak tadi hanya mengangguk, lalu menggoyang-goyangkan kaki dengan cemas karena dalam beberapa menit, ia akan 'menculik' si frontman.

Ia sungguh tidak bisa percaya. Kini, kursi penumpang di sampingnya, diduduki oleh Luke Hemmings. Susah payah Velvet meredam emosinya agar tidak membuat idolanya itu takut —bahkan ilfeel. Ia berkali-kali berusaha menenangkan diri, bertindak seolah-olah Luke hanya orang biasa.

"You have to be back by nine," cibir Luke, mengulang ucapan salah satu krunya. "Now I feel like Cinderella."

Velvet tertawa, berusaha fokus pada jalan tol yang damn, sulitnya minta ampun dengan suara Luke yang menggema di mobilnya. "We have, like, ten hours left, though. It's supposed to be enough."

"So," kata Luke sambil menurunkan sandaran joknya untuk rebahan. "What's your plan?"

"Plan?" Velvet mendelik pada Luke. "Even my brain can't function properly right now. Where do you wanna go?"

"Do you have, like, a favorite place in Jakarta? The place you'd love to spend time at."

Velvet memutar otak. Masa iya gue harus bilang Mall Kelapa Gading? Lagipula jam segini emang masih buka?

Setelah lama berpikir, Velvet menemukan satu tempat yang memenuhi ciri-ciri yang Luke minta. "I kinda have one," ujarnya. "But I'm not sure if you gonna like it."

Luke terkekeh pelan. "I'll follow you everywhere, though."

"Anjing."

Di jalanan ibu kota yang lengang, melaju sebuah Honda Jazz hitam, memecah keheningan dini hari. Tidak terlalu sepi memang. Jakarta never sleeps, remember?

Mobil itu mengarah pada tempat yang diinginkan Luke. Padahal laki-laki itu kini sedang terlelap sambil memeluk erat bantal Spongebob milik Velvet. Jangan tanya mengapa, ia tentu saja kelelahan.

Oh, dan bantal Spongebob itu, Velvet akan menyimpannya di lemari kaca rumahnya, tidak akan pernah ia pinjamkan lagi pada orang yang menumpang mobilnya.

Velvet menepikan mobilnya di pinggir jalan, tidak jauh dari lokasi tujuannya.

"Luke," panggil Velvet sambil menepuk-nepuk pipi Luke. "Lukey."

Luke menggumam, sedikit-sedikit membuka kelopak matanya. "Hmmm?"

"We've arrived."

Luke mengucek matanya, lalu meraih hoodie-nya di jok belakang mobil Velvet. "Where are we?"

"Taman Suropati."

"What?"

"Hhhh dasar bule," rutuk Velvet. "It's a city garden."

"I see." Luke membuka pintunya. "Let's go."

"You really wanna go there? People will recognize you, you know."

Luke menggeleng. "They won't. It's kinda dim right there."

"Put your hoodie on, Luke." Velvet meraih dompetnya di dashboard, lalu mengikat rambutnya asal. "I'm gonna buy some food."

"This tastes goowdh," ujar Luke dengan mulut penuh. "What's the name again?"

Velvet terbatuk, lalu meneguk aquanya. Doyan juga ini bule sama makanan pinggir jalan. "It's called nasi goreng gila."

"So it's nasi goreng?"

Velvet mengangguk. "But it's crazy. 'Gila' means crazy."

"So this nasi goreng is crazy?" tanya Luke penasaran. "I don't understand."

"Maybe because it has lots of toppings on it. Indonesians name everything weirdly, though."

Luke mengangguk, lalu sibuk melahap nasi goreng gilanya. Taman Suropati seakan baru 'buka' lewat tengah malam. Banyak pemuda-pemudi yang sama seperti mereka; duduk di bawah pohon, bercengkrama.

Anjeng, gue ngebawa personel 5SOS ke Taman Suropati, batin Velvet.

"Do you really love this place, Vellie?"

Velvet meletakkan sendoknya di piring, meletakkannya di samping kirinya. Lalu ia mengangguk. "My favorite after all the places I've been to. I almost do all my writings here."

Mata biru Luke membulat. "You're a writer?"

Velvet mengangguk, lalu menggeleng. "Yes..., no. I am a contributor for some magazines, writing articles and short stories. It can't be classified as a writer, can it?"

"I don't know," ujar Luke. "But writers are the people who write, so maybe I can consider you as one."

Perempuan itu terkekeh. Keduanya kini diam. Makanan Velvet sudah habis sedari tadi. Maka, ia mempersilakan Luke menyelesaikan miliknya.

"Where's your mineral water, Vellie?" tanya Luke seusai menelan suapan terakhir nasi goreng gilanya.

Velvet memberikannya pada Luke. "Where's yours? The teh botol I bought you?"

"Oh, that tea. It's too bitter for me," ujar Luke sambil meneguk botol aqua Velvet.

Velvet mengibaskan tangan, menertawai Luke, lalu menghabiskan sisa teh botolnya. Yaelah tong, gini aja dibilang pait.

"I don't wanna say goodbye to another night
and watch you walk away
I don't wanna let it burn in the city lights
and make the same mistakes."

Velvet menoleh, mendapati Luke sedang menatap lurus-lurus ke langit malam Jakarta. Laki-laki itu bergumam, bersenandung kecil entah untuk dinikmati sendiri atau ditujukan pada perempuan yang baru dikenalnya siang tadi itu.

"I don't wanna waste it, don't wanna waste it
I don't wanna waste it, don't wanna waste it
I don't wanna waste it, don't wanna waste the night."

Velvet berusaha menutup telinganya dengan kedua tangan. "Stop it, Luke. Are you tryna make me go nuts?"

"You're cute when you're being in this fangirl kinda way," kekeh Luke.

Velvet menggeleng keras. "Fuck, no."

"How many times do I have to tell you to stop swearing, Vellie? It's bad. I don't want you to be bad."

"Apaansi lu jing," desis Velvet. "It's getting late at night, Luke. You need to get some rest."

Luke bangkit dari duduknya. "Let's go home."

"Home?" Kening Velvet berkerut. "Whose home?"

"Yours, of course."

Velvet sontak ikut bangun pula. "Ya ga bisalah! Ditempeleng nyokap gue yang ada."

"Meaning?"

"You can't sleep in my house. My mom will find out real quick."

Luke memainkan lip ring-nya sembari berpikir. "Okay, where's the nearest hotel?"

"I think I know one."

"Good," ujar Luke sambil menggandeng tangan Velvet. "Can you please book a room for the two of us?"

waw mo ngapain si lu luke

mau enaena ya

parbet dah

mending ama gue aja:--)

Middle Row ♪ Hemmings | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang