Bagian XXI: Who Are You Gonna Be Married To?

18.8K 2.4K 2.9K
                                    

"I'm sorry Michael makes us sharing room again," kata Calum sebagai kalimat pertamanya saat memasuki kamar ku.

Aku mengembuskan napas, "that's alright". Aku lalu berjalan ke kamar mandi untuk kembali membersihkan make up ku yang belum selesai.

Untuk kedua kalinya, aku harus mempersiapkan mental untuk tidur di samping Calum lagi.

Calum tiba-tiba saja masuk dan ia sudah membuka bajunya dengan sempurna, hanya meninggalkan bokser yang menempel di tubuhnya. Ia meregangkan tubuh di samping ku dan mencoba untuk mengelap badannya menggunakan handuk kecil yang sudah ia basahi sebelumnya.

Astagfiullahaladzim.

Subhanallah.

Innalillahi.

Allahuakbar Calum.

"What?," Calum membuyarkan lamunan ku yang sambil menatap bayangan tubuhnya lewat cermin di depan kami. Ia tertawa dan lalu berjalan keluar.

Tidur di balkon lah gua malem ini.

Fix.

Tiba-tiba saat aku akan keluar, aku mendengar suara samar desahan.

Astaghfirullah Calum.

Yaudah aku tidur di kamar mandi aja deh malem ini.

Mau ke balkon juga ngelewatin kamunya gaakan kuat kayanya.

Suara desahan itu kini semakin keras terdengar, walaupun tetap saja samar-samar. Kali ini diikuti teriakan perempuan.

Tunggu dulu.

Perempuan?

Aku langsung membuka pintu kamar mandi dan berdiri di ambang pintunya.

Calum disana. Menyandarkan tubuhnya. Terdiam. Dan dia tidak mendesah.

Calum menatap kemana pun untuk ku tebak, juga menangkap suara yang sama dengan apa yang ku dengar. Ia lalu turun dari kasur dan nungging di dekat meja lampu, menempelkan satu telinganya ke tembok pembatas kamar ku dan kamar Michael.

OHIYA MICHAEL.

WAH.

Bener bener.

Btw ini temboknya yang cuma pake triplek apa si Michael yang kekuatan suaranya melebihi kelelawar ya?

Calum lalu tertawa setelah menemukan darimana suara misterius itu datang.

Begitu pun dengan ku yang langsung ikut menempelkan telinga ke tembok di  samping Calum.

Tawa Calum meledak, wajahnya memerah di hadapan ku karena suara dari balik tembok ini. Aku dapat melihatnya bahkan dalam slow motion.

"I got an idea," mata Calum melebar, dan sangat indah dari dekat sini. Calum beranjak dan mengulurkan tangan ku untuk ikut dengannya.

"What is it?," tanya ku sambil menunggu Calum kembali memakai kaos biru dongkernya.

Calum kembali meraih tangan ku dan menarik ku keluar balkon.

Entah apa yang ada di otak lelaki ini, namun sekarang ia sedang mencoba untuk memanjat pagar balkon kamar ku untuk lompat ke balkon kamar Michael.

Jika saja Calum sebenarnya adalah Spiderman, mungkin aku akan langsung setuju saat Calum meminta ku untuk lompat dengan jaminan dia akan ada di seberang untuk menangkap ku, namun tentu saja, walaupun hanya berjarak kurang dari satu meter ke balkon Michael, ketinggian sembilan lantai bukanlah jarak vertikal yang terbilang dekat.

"Oh my god, look at that, look at that guy!," seru Calum sambil tertawa dalam suara yang masih terjaga, "can you see it, Ganis?".

AUSTRALIANS 2 [5SOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang