"Mau apa mereka ke sini?" gumamku
Mereka, kak Keina and the geng.
"Tidak usah merasa mereka kemari untuk kita, nikmati saja hidangan ini dulu" ucapan Kevin membuat aku tersadar akan makanan yang ada di hadapanku ini.
"Yaudahlah ya, enggak usah dipedulikan juga" batinku
Akhirnya, aku pun memakan makanan yang berada di hadapanku ini. Waah! rasanya enak sekali!
"Ekhem"
Aku bersama Kevin melirik asal suara tersebut
"Kenapa? Mau?" tanya Kevin pada Keina and the geng
Bukannya menjawab, tetapi mereka hanya berjalan melewati kami dengan wajah yang tak enak dipandang.
"Aku salah sesuatu kah Vin?" tanyaku pada Kak Kevin.
"Lah? setahuku kamu nggak pernah cari perkara sama mereka. Adanya mereka yang selalu cari perkara sama kamu." jawaban kak Kevin mampu membuatku tenang, hingga mampu membuatku untuk melanjutkan kembali aktivitas makanku.
"Udah, kamu nggak usah mikirin mereka okey? Ada aku yang bakal sebisa mungkin coba lindungin kamu."
Jika orang yang berbicara seperti ini bukan Kak Kevin mungkin aku sudah menjawab omong kosong kepada lawan bicara.
Namun, karena yang berbicara adalah Kak Kevin, aku percaya karena, aku tau Kak Kevin bukan tipikal cowok yang seperti itu.
Aku hanya mengangguk dan mengucapkan terima kasih kepada kak Kevin.
FoL
Apakah kalian pernah ada di situasi canggung bersama sahabat kalian sendiri? Pasti pernah kan? Aku merasakan hal ini kepada Dino. Aku tak tau apakah ia sama denganku merasakan kecanggungan ini atau tidak.
Tapi, sepertinya iya karena, sekarang aku dan Dino saling diam di dalam taksi.
Biasanya, kami selalu bercanda tawa atau bahkan membuat keributan kecil.
Aku membenci situasi ini, rasanya tak nyaman, aku mencoba memikirkan sebuah topik untuk dibicarakan dengan Dino.
"Lo udah ulangan Fisika belum?" tanyaku dan Dino secara bersamaan.
Mampus. Malah barengan.
"Gue belum." jawab aku dan Dino secara bersamaan lagi.
Sial. Ada apa ini?
"Lo daritadi mikirin bahan obrolan buat di obrolin ya?" tanya Dino
"Elah lo juga sama kan?"
"Lo aja kali."
"Ih gausa bohong deh No! gue tau lo banget!"
"Kalo lo tau gue banget, kenapa sama perasaan gue ke lo selama ini lo nggak sadar?"
Perkataan Dino mampu membuatku terdiam kehabisan kata-kata. Aku benar-benar tak tau harus menjawab apa.
"Sebenernya kita mau kemana?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan.
Tanpa melihat wajahku dan hanya menatap layar ponselnya Dino menjawab bahwa kita akan pergi ke toko buku.
"Mau beli apa lo? Rajin amat ke toko buku, biasanya aja mampir ke warnet deh."
Aku mencoba sebisa mungkin membuat suasana menjadi tidak canggung.
"Beli buku Fisika, buat besok gue ada ulangan."
Oh, jadi ternyata opiniku tentang dia juga yang sama sama memikirkan bahan obrolan salah.
Dia bertanya karena dia memang ingin bertanya, karena esoknya ia ulangan Fisika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flowers of Love [ Tamat ]
Teen FictionSemuanya berawal dari toko bunga. Jika aku tak bekerja paruh waktu di sana mungkin aku ataupun dia tak akan saling mengenal, dan yang harus di garis bawahi adalah mungkin aku dan dia tak akan memiliki perasaan yang sama. [ Flowers of Love ] Aku yaki...