Enam

9K 587 43
                                    

Pagi-pagi sekali Rafa datang ke sekolah. Ia menuju kelas Nayla sambil membawa sebuket bunga melati.
Setibanya di sana Rafa langsung menaruh buket bunga tersebut di kolong meja Nayla. Untung saja tidak ada orang, jadi tidak ada yang tahu ia menaruh buket bunga tersebut.

Rafa keluar dari kelas Nayla, kemudian ia bergegas menuju kelasnya.
Tiba di sana, hanya ada Agnes yang sibuk mengoles lipstik di bibirnya.

"Dasar cabe-cabean." kata Rafa, pelan. Namun perkataannya itu terdengar jelas di telingan Agnes.

"Lo bilang gue apa?"

"Gue gak bilang apa-apa." jawab Rafa polos.

"Eh, terong busuk. Lo pikir gue budek. Lo barusan ngatain gue cabe-cabean kan?" kesal Agnes.

"Kalau bukan cabe-cabean kenapa marah?" balas Rafa, dengan santai.

"Jelas marah lah, secara enggak langsung lo udah ngehina gue."

"Yaudah gue minta maaf."

"Ogah!" bentak Agnes, lalu pergi ke toilet.

Rafa menghelas nafas panjang, lalu mengeluarkan ponselnya. Tak lama sesuatu menghantan kepalanya.

"Kan gue udah minta maaf kena-" baru saja Rafa ingin marah, tetapi perkataannya tertahan saat melihat Nayla yang berdiri di depan kelasnya.

Rafa tercengang, melihat Nayla melemparnya dengan bunga yang ia beri.

"Lo pikir gue kuntilanak. Ngapain lo ngasih gue bunga melati. Mau ngeledek gue? Cukup ya, Raf. Kenapa sih lo itu nggak bosen-bosennya ngeganggu gue." bentak Nayla.
Rafa terdiam. Ia bangkit dari duduknya dan mengambil bunga yang tadi Nayla lempar.

Rafa berjalan menghampiri Nayla, lalu kembali memberi bunga itu.

"Gue ikhlas kok."

Nayla menepis bunga itu, hinga terjatuh ke lantai.

"Lo itu aneh. Pertama gue pindah ke sini, lo selalu mempermaluin gue. Lo selalu bikin gue naik darah. Sekarang? Lo ngasih gue bunga, dan itu bunga melati. Lo belum puas hah?! Gue minta sama lo untuk enggak ganggu gue lagi. Gue malu Raf, gue risih. Gue benci sama lo Raf. Kalau lo berani untuk ganggu gue lagi, mempermalukan gue lagi, gue pastiin lo nyesel, Raf." tegas Nayla.
Ia benar-benar ingin mengakhiri permusuhan yang tidak jelas ini. Nayla sendiri merasa lelah jika terus-terusan menghadapi Rafa.

"Gue juga gak mau mempermalukan lo, gue juga gak mau ngeganggu lo, buat lo marah, ataupun kesal sama gue. Tapi, wajah lo kalau lagi marah itu imut Nay."

"Lo emang aneh." Nayla pergi begitu saja. Ia merasa akan gila jika terus-menerus berhadapan dengan Rafa.

Selang beberapa detik kepergian Nayla. Nico dan Adit datang. Keduanya sudah berada di depan sejak tadi. Hanya saja mereka tidak enak jika harus merusak percakapan antara Rafa dan Nayla.

"Nayla ngapain ke sini?" tanya Adit spontan.

"Minjam spidol." jawab Rafa, singkat.

"Terus, kenapa ada bunga melati di kelas kita?" tanya Nico, lalu mengambil buket bunga melati yang ada di lantai.

"Oh, itu tadi pagi gue kasih ke Nayla. Dianya gak suka jadi dibalikin." jelas Rafa.

"Terus? Nayla marah sama lo?"

"Ya, gitulah. Dia minta gue untuk gak ganggu dia lagi."

"Lo sih ngga pernah mau dengerin kata kita. Cewe itu dibuat terkesan, bukan-" belum selesai Nico bicara, Rafa pergi langsung mengambil buket bunga tadi. Kemudian Rafa pergi, untuk menemui Nayla. Nico dan Adit secara langsung mengikuti temannya itu.

Rafa masuk ke kelas Nayla. Disana cukup ramai. Tapi Rafa memberanikan diri untuk mendekat ke meja Nayla. Sementara Nico dan Adit berdiam di diri di depan kelas.

"Maaf." kata Rafa, lalu meletakkan buket bunga yang ia pegang ke meja Nayla.

Nayla tampak geram, saat melihat kembali buket bunga tersebut. Diambilnya buket bunga itu lalu dihempaskannya ke lantai. Dengan kesal Nayla menginjak-injak buket bunga tersebut hingga rusak.
Semua yang berada di kelas tampak bingung, melihat Rafa dan Nayla.

"Kalau niat lo ngasih gue bunga untuk minta maaf. Percuma, maaf lo gak bakal gue terima."

"Lo itu keras juga ya. Niat gue baik, lo ma-"

"Udah berapa banyak malu yang harus gue tanggung karena ulah lo! Dan sekarang lo dengan tingkah aneh lo, datang ngasih bunga, dan itu bunga melati dengan alasan, lu minta maaf? Hah... gak semudah itu maafin lo."

Rafa sangat geram melihat kelakuan Nayla tadi. Hatinya merasa hancur, mengingat Nayla menginjak bunga pemberiannya dengan penuh kebencian. Rafa mengangkat tangannya hendak memukul Nayla. Tapi tindakannya itu tertahan oleh Nico.
Nico menahan tangan Rafa dengan cukup keras. Sementara Nayla kaget begitu tahu Rafa ingin memukulnya.

"Raf! Lo gila. Barusan lo mau mukul Nayla." bentak Nico.

Rafa menarik tangannya. Lalu menatap Nayla tajam.

"Beraninya main tangan!" pekik Hasya yang sedari tadi melihat mereka.

Rafa mengepal tangannya kuat. Kebodohan apalagi yang hampir ia lakukan. Rafa merasa benar-benar malu. Bagaimana bisa ia ingin memukul Nayla.
Rafa merasa dirinya aneh, bodoh, memalukan.

* * *

Kejadian tadi pagi sama sekali tak membekas dalam pikiran Nayla. Hanya saja hatinya terasa sesak jika teringat dengan bunga melati.

Ia ingat betul bagaimana dulu Farel menyatakan cinta padanya. Saat itu Farel memetik bunga melati di halaman rumah orang yang tidak di kenal, lalu memberikannya kepada Nayla.
Tampak sederhana. Tapi Nayla ingat betul bagaimana Farel menyatakan perasaannya dulu. Tapi kini, semuanya hanya tinggal kenangan. Farel memutuskan hubungan mereka. Suatu hal yang menyakitkan baginya.

Hello Nayla [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang