Tiga belas

6.2K 377 5
                                    

Fakta bahwa Farel adalah adik kandung Rafa terdengar hingga telinga Nayla. Ia benar-benar kaget. Tak menyangka jika Rafa dan Farel adalah saudara kandung. Nayla menyeruput jus jeruk miliknya. Lalu memikirkan alasan Farel pindah ke Jakarta.
Dari sejak bertemu di toko buku, hingga satu kelas dengannya, Farel terus saja bersikap biasa. Seolah-olah tidak mengenal Nayla.
Hal itu membuat Nayla bimbang. Di satu sisi ia benci dengan Farel yang meninggalkannya karena orang lain. Di sisi lain, Nayla senang melihat Farel, lagi.

Nayla merenung. Memikirkan cara untuk membuat Farel menyesal karena telah meninggalkannya. Tapi, Nayla takut. Takur jika Farel benar-benar telah melupakannya. Nayla takut, semua usaha yang ia lakukan tak berguna. Namun, diam bukanlah pilihan. Alasan kembalinya Farel membuatnya benar-benar ingin menguji pria itu. Tidak mungkin Farel pindah tanpa alasan. Nayla berpikir keras. Lagi-lagi ia berpikiran bahwa Farel pindah karena dirinya. Karena ingin bertemu dirinya.

"Ngelamun apa, sih?" Tanya Hasya, lalu melempar kacang—tepat di jidat Nayla.

Nayla menatap Hasya kesal, lalu mengusap jidatnya.

"Mikirin anak baru di kelas kita, mungkin." Timpal Popy.

"Adiknya Rafa?" tanya Hasya, lagi.

Popy mengangguk.

"Kenapa, Nay. Lo suka sama anak baru?"

"Kagak, lah. Mana mungkin gue suka sama orang gitu aja. Gue bukan tipe cewe yang mudah jatuh cinta pada pandangan pertama." Tegas Nayla, berusaha menyembunyikan perasaannya.

"Bagus dah, soalnya Rafa suka sama lo." Ucap Popy membuat Hasya dan Nayla melongo.

"Huh." alis Nayla naik sebelah.

"Tapi bener, sih, yang Popy bilang. Soalnya Rafa perlahan-lahan berubah. Dia baik gitu sama lo, Nay."

Nayla mencerna perkataan Hasya dengan cermat. Seketika ide muncul. Kini ia tahu bagaimana membalas rasa bencinya. Nayla akan mendekati Rafa, agar Farel merasa cemburu. Nayla harap Farel akan menyesal karena telah meninggalkannya.
Meski harapan untuk kembali tak lagi ada, ia tak peduli. Baginya membalas apa yang telah Farel lakukan padanya adalah suatu hal yang harus dilakukan.

* * *

Pulang sekolah, Nayla menghampiri Rafa. Kehadirannya membuat Farel bingung. Ia tak tahu ada hubungan apa antara Nayla dan kakaknya, Rafa.

"Raf, lo mau gak temenin gue ke toko buku?" tanya Nayla tiba-tiba. Rafa melotot, lalu menatap Adit dan Nico.
Adit dan Nico tersenyum, lalu memberi kode agar Rafa menerimanya.

"Temenin aja, Raf." Usul Adit.

Rafa menatap Farel. Ingin sekali ia pergi dengan Nayla. Tetapi ia bingung bagaimana dengan Farel. Tidak mungkin dia meninggalkan Farel.

"Biar Farel pulang bareng gue." Sambung Adit.

Farel menatap Adit. Kemudian beralih ke Nayla.
"Yaudah, gue pulang sama Adit aja."

Senyum Rafa mengembang saat Farel memutuskan untuk pulang bersama Adit. Akhirnya ia memiliki waktu berdua dengan Nayla. Rafa menjadikan hal tersebut sebagai kesempatan untuk lebih dekat dengan Nayla.

Rafa naik ke atas motor, diikuti Nayla setelahnya. Karena takut, Nayla memegang pundak Rafa. Beberapa saat setelahnya, motor Rafa keluar dari area parkir sekolah.

Farel yang penasaran langsung bertanya pada Adit dan Nico.

"Cewe tadi, siapanya Rafa?"

"Gebetannya."

"Udah lama Rafa suka sama dia?"

"Dari pertama kali Nayla pindah ke sini."

Farel mengagguk paham. Ternyata wanita yang kakaknya suka adalah Nayla. Mantan pacarnya. Suatu hal yang tidak terduga. Namun, Farel sedikit lega karena yang dekat dengan Nayla adalah saudaranya sendiri. Setidaknya Farel percaya pada Rafa. Meski Farel sedikit cemburu akan kedekatan mereka.

Hello Nayla [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang