Dua Puluh Tiga

5.8K 292 13
                                    

Ada yang nunggu cerita ini? Hehe maap baru update🙏 maap juga kalau update kali ini gak memuaskan. diusahakan chapter selanjutnya gak akan lama🙏
.
.
.
.

Langkah Rafa terhenti begitu Nayla keluar dari kamar inap Farel. Dilihatnya Nayla menunduk, dan sesekali menyeka air mata. Tanpa ragu Rafa melangkah dan mendekat.

"Lo kenapa?"

Sontak Nayla mengangkat wajahnya, menatap Rafa yang terlihat cemas.

"Kenapa lo nangis?" tanya Rafa lagi.

"Lo benar Raf, Farel kangen sama gue." gumam Nayla pahit.

"Terus kenapa lo nangis?" Rafa semakin bingung.

Bukannya menjawab Nayla justru mendekat dan memeluk Rafa erat. Rafa tersentak, dan ragu untuk membalas pelukan. Perlahan bajunya basah. Isak terdengar. Dengan berat Rafa mengangkat tangannya dan mengelus lembut kepala Nayla.

"Gue gak bisa lupain dia, Raf." pelukan semakin erat.

Rafa tersenyum samar. Ada yang melonjak dalam hatinya.

"Nay...,"

"Gue mau dia kembali...," Nayla melepas pelukan dan menatap Rafa penuh harap. "Lo bisa kan bantu gue? Lo mau kan bantu gue? Raf, gue mohon sama lo, bantu gue sama Farel."

"Gue usahain Nay. Pasti." jawab Rafa dengan senyum yang dipaksa.

* * *

Kabar baik datang menghampiri keluarga Rafa. Suatu hal diluar dugaan benar-benar terjadi. Rafa mendapat kabar bahwa Puna siap mendonorkan ginjal untuk Farel, saudaranya. Diana dan Pras sangat senang hingga tak bisa berkata-kata. Tidak mau mengulur waktu, Diana dan dokter yang menangani Farel langsung mengatur jadwal operasi.

Jadwal pun ditetapkan. Farel sungguh tidak sabar menunggu hari tersebut. Berbeda dengan Puna yang cemas akan datangnya hari tersebut. Di satu sisi ia ikhlas. Di sisi lain ia takut. Namun bagaimana pun waktu terus berputar. Hari yang dinantikan tiba. Semua orang datang ke rumah sakit, terkecuali Nayla. Gadis itu memutuskan untuk tetap di rumah.

Waktu terus berputar. Tidak tahu berapa kali jarum panjang melewati angka dua belas. Tiba-tiba saja operasi dinyatakan selesai dan berjalan dengan lancar. Diana yang sangat menunggu hari ini langsung menangis haru. Tanpa ragu ia memeluk Rafa, dan meminta maaf beberapa kali. Seketika hati Rafa bergetar. Bertahun-tahun ia hidup tanpa ibunya. Pelukan hangat yang lama hilang kini mulai terasa.

"Terima kasih." Diana mempererat pelukan, membuat Rafa tak tega dan membalas pelukan ibunya.

Detik itu juga, amarah yang tertanam di hati Rafa terhapus. Amarah yang ia pendam bertahun-tahun hilang dalam hitungan detik. Semenjak hari itu semuanya mulai membaik.
Tidak hanya meminta maaf kepada Rafa, Diana juga meminta maaf kepada Pras, mantan suaminya. Begitu Farel sudah benar-benar pulih, dan kembali ke rumah, rasa hangat akan keluarga mereka mulai terasa. Tapi ada yang berbeda perihal status Pras dan Diana yang kini bukan lagi sepasang suami istri. Keadaan tersebut menarik perhatian Farel dan Rafa. Di dalam kamar, Rafa mulai membicarakan hal-hal gila yang tidak mungkin dilakukan.

"Gimana kalau kita suruh mamah dan papah nikah lagi." usul Rafa.

"Gak mungkin."

"Kenapa? Dari dulu sampai sekarang, cinta papah gak pernah pudar."

"Iya, tapi cinta mamah sudah lama lenyap. Lagi pula, sebentar lagi gue balik."

"Maksud lo balik?"

"Balik ke kota lama, kota tempat gue tinggal dulu. Lo tahu kan mamah datang ke sini cuma untuk manfaatin papah supaya mau donorin ginjal ke gue."

Hello Nayla [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang