Delapan Belas

5.7K 291 8
                                    

Bel istirahat berbunyi. Nayla tersenyum begitu waktu yang ia tunggu-tunggu tiba. Ia sudah tidak sabar mendengarkan kata penyesalan dari Farel. Dalam hitungan detik, semua siswa mulai keluar kelas. Tersisa Nayla dan Farel. Nayla membuka tas dan mengambil bekal yang sengaja ia bawa untuk di makan bersama Farel. Dengan senyum sumringah Nayla menghampiri bangku Farel.

"Tumben bekal." gumam Farel saat melihat kotak bekal di tangan Nayla.

"Biar lo punya temen." jawab gadis itu lalu duduk di sebelah Farel. "Oh ya, lo bilang mau ngomong sama gue."

"Gimana hubungan lo sama Rafa?" tanya Farel langsung, membuat Nayla tersenyum.

"Emangnya kenapa? Kok kayanya lo pingin banget tahu soal gue dengan dia?"

"Gue cuma mau mastiin kalau lo dan dia benar-benar saling suka." kata Farel sambil menatap Nayla, "gue berharap lo jadian sama Rafa..., karena gue tahu banget gimana dia suka sama lo." sambung Farel lalu mengalihkan wajahnya.

"Gue seneng saat tahu lo dekat sama Rafa, dia emang pantas sama lo Nay, dia baik dan juga dia berharap besar sama lo. Gue mohon jangan kecewain dia, Nay." kata Farel, membuat Nayla terdiam. Entah kenapa ia merasa yang dikatakan Farel sepenuhnya keluar dengan begitu ikhlas. Farel seperti mendukungnya bersama Rafa.

Nayla tersenyum dan berpikir positif, mungkin saja Farel sedang menutupi rasa cemburunya.

* * *

Dari pagi hingga sekarang Rafa terus melontarkan lelucon-lelucon yang menurutnya lucu, namun tidak dengan Adit dan Nico. Kedua pria itu tahu maksud Rafa melakukan semua itu. Kedua pria itu paham gimana Rafa mencoba menghibur dirinya sendiri.

"Raf, lo nyerah?" tanya Nico yang mulai bising melihat tingkah Rafa.

"Nyerah? Emang gue lagi perang?" jawab Rafa enteng.

"Gue serius Raf. Ini soal Nayla, lo mau nyerah gitu aja?"

Air muka Rafa mendadak berubah begitu mendengar nama Nayla. "gue cuma pelampiasan dia, Nic." kata Rafa pelan.

"Raf, kita gak pernah tahu hati seseorang. Mungkin lo memang jadi bahan pelampiasannya, tapi..., kalau lo terus dekat sama dia, kalau lo bisa buat dia nyaman, bisa aja dia balas perasaan lo." tegas Nico panjang lebar.

"Terus apa lagi yang harus gue lakuin?!" tanya Rafa memanas.

"Nic, kenapa lo bahas lagi sih. Lo gak inget, Rafa gak minat pacaran sama orang yang cuma jadiin dia pelampiasan." sambung Adit yang sedari tadi sibuk bermain game online.

"Tapi apa rasa suka Rafa hilang gitu aja? Nggak kan. Gini Raf, lo cuma perlu memperlakukan wanita dengan baik, ntar juga luluh. Lo pikir gue deketin Popy gak pakai perjuangan. Gue berkali-kali ditolak sama dia, tapi akhirnya dia juga nerima gue." ucap Nico penuh semangat. "Cewe kalau udah lihat ketulusan dari cowo, dijamin nempel." lanjutnya.

"Jadi gue harus ikut permainannya? Gue harus mau jadi pelampiasannya terus? Kalau dia tetap gak nyaman sama gue-"

"Jangan dengerin kata Nico Raf. Keputusan lo untuk ngelupain Nayla itu sudah bagus." sambar Adit.

"Gak, lo harus nyoba sekali lagi. Setidaknya lo benar-benar ungkapin perasaan lo." Nico kembali menyemangati Rafa. Membuat Adit tidak fokus dan berhenti bermain game online.

Hello Nayla [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang