3

332 114 18
                                    

Aira terbangun pagi-pagi sekali. Dia menguap lalu melirik kearah jam.

"Jam 3. Terus gue harus ngapain sekarang?" gumam Aira.

Dia mengambil hp-nya lalu mencoba menghubungi Juna. Siapa tau Juna bisa diganggu.

Sampai dering ke-3 belum ada respon dari Juna. Aira menepuk-nepuk pipimya menghilangkan rasa bosan.

"Heh lo tuh ya! Ngapain sih nelpon gue pagi-pagi buta gini. Nggak ada kerjaan amat sih lo. Sana tidur lagi!"

Aira terkikik mendengar omelan Juna. "Sorry, Jun. Gue nggak bisa tidur."

"Kenapa lo? Amnesia?"

"Enggak lah. Apa sih lo," balas Aira.

"Eh, bukan ya? Berarti lo insomnisa?"

"Heh lo tuh belajar bahasa dari planet apaan sih. Insomnia kali! Apaan insomnisa," dumel Aira.

"Ya, itulah pokoknya. Udah ya, gue mau tidur lagi."

"Temenin gue kali Jun," kata Aira.

"Temenin apa? Gue ke rumah lo sekarang?"

"Emang lo mau?"

"Ya enggaklah bego. Ngapain juga gue pagi-pagi ke rumah lo. Nanti dikira mau maling."

"Dih, yaudah. Sana tidur lagi. Bye," ucap Aira lalu mematikan telponnya.

"Paling bentar lagi itu anak nongol di depan rumah gue sambil bawa perlengkapan mandi plus perlengkapan sekolah," kata Aira sambil terkikik.

Dia bermain hp sambil menunggu Juna datang. Biasanya kerikil akan dilempar ke jendela kamarnya.

Suara motor terdengar pelan. Aira menajamkan pendengarannya.

'Prak'

Aira tersenyum sumringah.

"Kan dia beneran dateng!" seru Aira senang.

Aira membuka jendelanya dan melihat Juna yang sedang melambaikan tangan dengan wajah bantalnya.

Aira segera berlari kebawah. Dia membuka kunci pintu dan pagar lalu menarik Juna agar segera masuk.

"Tanggung jawab lo, Ai. Gue ngantuk banget sekarang," gumam Juna.

Aira menyeringai lalu duduk di sofa.

"Sekarang lo mau ngapain?" tanya Juna sambil menguap.

"Main!" seru Aira semangat.

"Lo aja main sendiri ya, gue mau tidur lagi," Juna mengambil bantal sofa lalu memeluknya.

"Terus lo ngapain kesini? Numpang tidur?" Aira berdecak kesal.

"Bisa jadi," Juna bergumam pelan.

"Ih, Juna! Temenin gue main monopoli!" seru Aira sambil menggoyang-goyangkan badan Juna.

"Ah, males Ai. Lo balik sana ke kamar. Gue temenin dari sini," ujar Juna sambil menggerakkan tangannya pelan.

"Yaudah," kata Aira lalu mengunci pintu dan kembali ke kamarnya.

Dia naik ke kasur dan mencoba untuk memejamkan mata dengan raut wajah kesal.

Dia kesal karena Juna tidak mau menemaninya main. Tapi disisi lain, dia juga bahagia karena Juna rela datang ke rumahnya hanya karena dia tidak bisa tidur.

Tak lama, Aira sudah terlelap dengan senyum kecil di wajahnya.

***

"Woy, Juna cepetan! Lama amat lo mandi kayak cewek!" Aira menggedor-gedor pintu kamar mandi.

"Di kamarmu kan ada kamar mandi," kata Lala yang tiba-tiba muncul.

"Airnya nggak mau keluar ma," adu Aira.

"Yaudah, mandi di kamar mandi Mama aja," kata Lala.

"Disitu kan nggak ada air panas, ma," Aira merajuk.

"Tungguin aja itu si Juna mandi. Mungkin dia baru selesai setengah jam lagi," ujar Lala lalu melangkahkan kakinya ke dapur.

"Yaudah, Aira mandi di kamar mama aja," kata Aira.

"Awas lo Jun!" seru Aira sambil menendang pintu kamar mandi sebelum pergi.

Setelah Juna mendengar pintu kamar tertutup, dia segera keluar dari kamar mandi.

Dia berjalan menuju ke dapur mencari Lala, tujuannya meminta makan.

"Tante, ada makanan nggak?" tanya Juna.

"Itu ada roti bakar dua. Ambil satu aja, jangan dua-duanya dimakan," kata Lala sambil menatap tajam Juna.

"Aelah, tan. Juna nggak rakus kali," kata Juna lalu mengambil satu roti bakar.

"Dulu kamu pernah nambah 3 piring waktu acara ulang tahun Aira," kata Lala sambil mendengus.

Juna hanya menunjukkan cengiran lebarnya.

"DINGIN!"

Suara teriakan Aira menggema. Juna dan Lala saling berpandangan bingung.

"Apasih lo berisik," kata Juna begitu melihat Aira berjalan kearahnya.

"Lo sih mandi kelamaan," sungut Aira.

"Sorry, baby," kata Juna sambil terkekeh.

Sesaat, Aira menyesal telah menyuruh Juna datang ke rumahnya. Penyesalan memang selalu datang diakhir.

Aira duduk disamping Juna lalu memakan roti bakarnya. Selesai makan, mereka berangkat sekolah bersama. Dengan motor yang berbeda tentunya.

Sesampainya di sekolah, mereka berjalan bersama menuju kelas.

"Ai, gue ke kantin ya? Lo mau ikut?" tanya Juna setelah menaruh tasnya.

"Mau ngapain lo? Makan lagi? Dasar perut karet," desis Aira.

"Kagak. Gue mau ngumpul bareng Gio dan Fandi. Ikut?"

"Nggak. Gue mau ngerjain pr aja," balas Aira lalu mengeluarkan buku fisikanya.

"Gue udah. Mau nyalin punya gue?" tanya Juna sambil mengangkat satu alisnya.

"Paling punya lo salah semua," Aira mencibir.

"Udah dipastikan punya gue bener semua," kata Juna.

Aira memicingkan matanya lalu merebut buku Juna. Dia memeriksa 2 soal teratas dan ternyata jawabannya benar.

"Wah, lo pasti nyontek juga nih. Nyontek disiapa lo?" tanya Aira sambil menyalin prnya.

Merasa tidak ada jawaban, Aira mendongak dan mendapati Juna sudah tidak ada di hadapannya.

***

"Hai, guys!" kata Juna sambil tersenyum cerah.

"Pagi-pagi lo udah nyebar sinar lewat gigi," kata Fandi pelan.

"Apa?"

"Bukan apa-apa."

Juna mengaduk minuman yang sudah dipesan oleh Gio untuknya. Setelah dirasanya cukup, dia segera meminumnya sampai tersisa setengah gelas.

"Yo, tadi lo mau ngomong soal apa?" tanya Fandi.

"Kalian inget Nico?" Gio bertanya balik.

"Ingetlah! Baru juga ketemu kemarin," kata Juna.

Gio mengangguk-angguk, "bagus deh kalo inget. Jadi gini. Kan gue bilang dia itu tetangga baru gue, so dia juga mau daftar sekolah. Jadi, gue rekomen sekolah kita dan dia bakal pindah kesini."

***

Menurut kalian ini part terlalu pendek, terlalu panjang atau udah pas?

Hidden; ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang