Sorry for typo(s)
Mereka pulang dari danau pukul 3 sore. Juna berada di rumah Aira sampai jam 5 lalu dia pergi ke lapangan untuk bermain basket bersama teman-temannya.
"Aira, mama mau pergi dulu. Kamu jangan keluar ya. Jagain rumah," kata Lala dari luar kamar Aira.
"Iya," Aira menjawab singkat.
Tak berapa lama, Aira mendengar suara mobil menjauh dari rumahnya.
"Asik, gue bebas sekarang!" Aira berseru sambil meloncat-loncat diatas kasurnya.
Aira berlari ke home theater-nya lau duduk dengan santai. Tangannya bergerak untuk mencari film kartun kesukannya, Frozen.
"Nah, ini dia!" Aira berteriak lalu ketika filmnya diputar, Aira tidak bersuara sama sekali.
'Klik'
"WOY ANJIR!" Aira kembali berteriak. Kali ini lebih keras. Dengan cepat Aira mengambil hpnya lalu berlari keluar dari home theater dengan bantuan cahaya hp.
"Isi acara mati listrik segala lagi. Kampret amat," Aira mendesis.
Aira berjalan keluar rumahnya dan duduk di teras. Dia memutar lagu, menunggu lampu menyala.
Namun, yang dia dapatkan bukanlah lampu menyala namun baterai hp nya habis.
"Sial! Double sial!" Aira memaki lalu berdiri.
Dia bersenandung kecil sambil menggoyangkan kedua kakinya. Gelap membuatnya sedikit takut. Siapa coba yang nggak takut ditinggal sendirian, terus mati listrik? Walaupun bukan malem jumat kan tetep aja...
"Hihihihihihi."
Suara tawa yang pelan itu membuat Aira menajamkan pendengarannya.
"Hihihihihihi."
Suara itu semakin pelan membuat Aira bergidik. Menurut sebuah situs yang dia baca, kalau suaranya pelan itu artinya 'dia' ada didekat kita.
"Jangan ganggu gue masih mau hidup!" Aira berteriak. Badannya bergetar karena mulai takut.
"Hihihihihihi."
Aira semakin bergetar ketika suara itu terdengar semakin pelan.
'Bug'
Aira menoleh kesamping kanannya dengan cepat.
Dia melihat sesuatu dengan pakaian putih panjang dan rambut hitam yang kusut menutupi wajahnya.
"Ee anjir lo setan! Lo jatuhin vas bunga mama gue ya!" Aira berteriak sambil menunjuk-nunjuk sang setan.
Setan itu mendekat membuat Aira melangkah mundur.
Aira mengernyitkan dahinya melihat cara berjalan setan itu agak aneh.
Tunggu..
Setannya, bisa jalan?
"Setan palsu lo ya?" Aira kembali menunjuk sang setan.
Walaupun Aira tahu bahwa setannya aneh, Aira tetap saja takut.
"AAAAAA," Aira berlari menghindar dari setan yang semakin dekat.
'Tep'
Aira merinding merasakan tangan dingin yang memegang tangannya.
Dia menoleh kebelakang dan melihatt tangan pucat hantu itu memegangnya.
"BAA."
"AAAA!"
'Plak'
"Kampret lo! Tau nggak sih gue takut setengah mati! Ternyata lo yang ngerjain gue! Mending lo akting jadi penjahat daripada setan, bego!"
"Sukses gue ngerjain lo, Ai. Hahahaha," Juna tertawa sambil memegang pipimya yang kena tampar Aira tadi.
"Bercanda lo itu nggak lucu tau! Ih, kampret!"
"Tapi muka lo lucu banget sumpah! Gue pingin ngakak," Juna tertawa tanpa menunjukkan wajah bersalahnya.
"Idupin lampu rumah gue sekarang! Gue ngambek sama lo! Titik." ujar Aira dengan wajah kesal lalu berlari masuk ke rumahnya walau masih dalam keadaan gelap.
Juna buru-buru menyalakan listrik rumah Aira dan mengerjarnya.
Sampai di depan kamar Aira, Juna menhetuk pintu dengan cepat.
"Woy buka Ai. Sok ngambek aja lo," ujar Juna.
"Berisik! Pergi lo sana dari rumah gue!"
"Gue bawa brownies nih! Masih mau ngusir gue?"
"Yaudah sini bawa brownies-nya! Terus lo keluar!"
"Sini deh lo keluar dulu. Kita makan bareng brownies-nya di ruang tamu, yuk. Sebelum gue bawa balik nih brownies-nya," kata Juna.
'Cklek'
"Yaudah ayo," Aira membuka pintu dengan wajah ditekuk.
Aira berjalan mendahului Juna. Juna berlari pelan mensejajarkan langkahnya dengan Aira.
"Udah dong jangan ngambek lagi. Ini muka lo udah kayak bebek tau. Serius," kata Juna sambil menarik-narik pipi Aira.
"Walaupun kayak bebek juga tetep ada yang suka," Aira memeletkan lidahnya.
"Emang siapa yang suka lo?" kata Juna lalu menghempaskan tubuhnya ke sofa.
"Em.. Ada deh."
"Bilang aja nggak ada!" Juna tertawa lalu melempar bantal ke Aira.
"Emangnya lo ada yang mau?" Aira menatap Juna meremehkan.
"Lo," jawab Juna sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Lo terlalu percaya diri, Jun!" Aira melempar balik bantal ke Juna.
'Kring'
Dering telepon membuat Aira dan Juna menghentikan tawa mereka.
"Hp siapa tuh yang bunyi?" tanya Aira.
'Kring'
"Telpon rumah lo, bego!" Juna menoyor kepala Aira lalu
"Oiya!" Aira berseru lalu segera berlari mengangkat telepon.
"Halo?"
"Hi."
"Siapa nih?"
"Lo gaperlu tau."
"Ngapain lo nelpon ke rumah gue?"
"Gue cuma mau bilang jauhin Juna. Kalo nggak, lo bakal terima akibatnya."
"Apaan lo bisanya ngancem doang. Denger, ya! Gue nggak takut sama lo dan gue nggak akan jauhin Juna apapum yang terjadi!"
Aira membantinng telepon dengan kesal. Wajahnya memerah menahan marah. Juna melihatnya dengan tatapan bingung.
"Kenapa? Siapa yang nelpon?" tanya Juna lalu duduk disamping Aira.
"Fans fanatik lo kayaknya."
"Emang dia bilang apa?"
"Yagitulah. Dia suruh gue jauhin lo. Dia kira gue mau apa? Juara karate dilawan," Aira mendengus sebal.
"Cie yang gamau jauhin gue. Cie," Juna tertawa geli.
"Kan gue sayang lo Jun," kata Aira. Bibirnya membentuk senyuman lebar.
Tangan Juna bergerak untuk memeluk Aira.
"Tenang aja. Gue juga sayang sama lo."
***
Halo, sori apdetnya lama :v sebenarnya bukan karena banyak tugas, ulangan atau apapun itu yg berhubungan sama pelajara. Cuma males ngelanjutin aja, gatau kenapa. Nggak profesional banget ya. Hehe. Dan, sori juga kalo chapter ini lebih pendek dari sebelumnya.
Ps: voment tetap dibutuhkan wahahaha
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden; ✔
Teen FictionYang Juna tahu, Aira jatuh cinta kepada orang lain. Yang Aira tahu, Juna jatuh cinta kepada orang lain. Namun, sebenarnya adalah mereka saling jatuh cinta dan tidak ada yang berani mengungkapkannya lebih dulu. Juna selalu menjaga Aira. Itu karena d...