Aira numpang lewat di mulmed ya guys
Aira datang ke sekolah dengan wajah kusut. Setelah mendapat telepon dari fans kemarin, Aira terus kepikiran.
Bagaimana jika ancaman itu benar?
Bagaimana jika Aira benar-benar harus melepas Juna?
Bagaimana jika orang itu alan membuatnya celaka?
Bagaimana jika Juna diambil darinya?
Bagimana jika... , bagaimana jika terus berputar di pikiran Aira.
Aira masuk ke kelasnya lalu menghempaskan tubuhnya kasar. Fera yang duduk disampingnya menatapnya heran.
"Lo kenapa, Ai? Tumben nggak nyantai," tanya Fera.
"Males gue," Aira menghela napas panjang.
"Ada masalah, ya?"
"Hm."
"Soal Juna?" Fera menebak.
"Bukan sih. Tepatnya, fans Juna."
Aira menceritakan tentang telepon kemarin sedangkan Fera mengangguk-angguk mengerti.
"Lo mau ngelacak orangnya nggak?" Fera menyeringai lebar.
"Nggak deh Fer. Males gue ngurusin orang kayak gitu," Aira mendecak.
"Kalo lo diteror terus gimana? Kalo lo tau kan setidaknya lo biaa nyegah dia gitu," kata Fera mengelak.
"Gini deh Fer. Seandainya si peneror main fisik sama gue, lo boleh lacak dia," kata Aira.
Fera mengangguk mengerti. Aira tidak menanggapi Fera lagi. Dia memilih diam sambil menunggu kedatangan Juna.
Setelah lumayan lama menunggu, Juna tak kunjung datang. Padahal, Juna termasuk siswa rajin di hari Senin.
Sampai bel berbunyi pun Aira tak melihat batang hidung Juna. Kemana perginya anak ini?
Aira mendengus kesal lalu berlari menuju lapangan menyusul teman sekelasnya yang sudah berbaris rapi di lapangan upacara.
Upacara sudah dimulai sejak 15 menut lalu. Namun, pikiran Aira hanya tertuju pada Juna. Bisa-bisanya dia terlambat di hari Senin!
"Lo lagi mikirin gue ya?" sebuah bisikan yang terdengar tepat disamping telinganya membuat Aira merinding.
Aira dengan cepat menoleh kesamping dan mendapati wajah tengil Juna berada di beberapa centi di dekatnya. Aira menoyor kepala cowok itu keras hingga badan Juna mundur beberapa langkah.
"Heh, macan betina! Lo udah nyari masalah sama raja hutan!" Juna berbisik lagi di telinga Aira.
"Ganggu aja lo, tau nggak? Mending lo minggir deh, gue nggak mau dipanggil kedepan gara-gara ngobrol!" gertak Aira.
"Yaudah," kata Juna cuek lalu memundurkan badannya.
Aira terdiam sambil menatap petugas didepan yang sedang mengibarkan bendera Merah Putih.
Aira menurunkan tangannya begitu bendera sudah berkibar sempurna diatas dan petugas sudah kembali ke tempatnya.
"Lo nggak penasaran kenapa gue telat?" lagi-lagi, Aira diganggu oleh manusia setengah alien dibelakangnya.
"Nggak!" jawab Aira ketus.
"Ah, gue yakin lo pasti kepo. Jadi sebenernya tadi, waktu di halte deket pertigaan sana gue ketemu cewek yang lagi nunggu bus. Dia itu pake seragam sekolah kita jadi gue samperin lah, ya. Secara tadi itu udah telat terus dia nunggu sendirian disitu. Kan gue gentleboy," Juna mengulum senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden; ✔
Teen FictionYang Juna tahu, Aira jatuh cinta kepada orang lain. Yang Aira tahu, Juna jatuh cinta kepada orang lain. Namun, sebenarnya adalah mereka saling jatuh cinta dan tidak ada yang berani mengungkapkannya lebih dulu. Juna selalu menjaga Aira. Itu karena d...