10

230 67 4
                                    

Dengerin lagu When You're Gone di part ini yo. (Yang gapunya puter mulmed aja wkwk)

Bangun, sekolah, pulang, makan, tidur,   bangun, sekolah dan pulang. Itulah aktivitas Aira kini.

Semua sama seperti hari sebelumnya. Yang berbeda hanyalah kehadiran Juna disampingnya.

Aira sekarang lebih memilih untuk bersama Fera daripada melihat Juna yang terus menemani Nadya.

Aira dapat menarik kesimpulan dari seluruh perhatian Juna yang terlepas darinya.

Juna suka pada Nadya.

Tidak perlu lagi Aira menanyakan hal ini pada Juna. Rasanya semua sudah jelas. Jadi, Aira memutuskan untuk menjauh perlahan dari Juna.

Aira tidak ingin, usaha Juna mendekati Nadya selama sebulan ini sia-sia karena dirinya.

Dia ingin sekali berlaku egois. Mengklaim bahwa Juna hanya miliknya. Tapi, tentu saja tidak bisa. Dia ingin Juna bahagia.

Perasaan yang baru disadari Aira sejak minggu lalu, saat dia melihat dengan jelas, Juna menggenggam tangan Nadya.

Perasaan yang membuatnya kesal, karena dia baru menyadarinya ketika Juna perlahan menjauh.

Perasaan yang tentu saja membuatnya sedih, karena dia tahu. Juna tidak mungkin bisa didapatkannya.

Aira mengambil gitarnya. Dia membuka pintu balkon dan duduk disana.

Dia menghela napasnya. Juna yang mengajarkan Aira bermain gitar. Sejauh ini, hanya Juna yang selalu bersamanya. Dan kini, dia pergi, meninggalkannya sendiri.

Aira menarik napas panjang.

I always needed time on my own
I never thought I'd need you there when I cry
And the days feel like years when I'm alone
And the bed where you lie
Is made up on your side

Aira memetik senar gitarnya pelan. Memyanyikan lagu ini dengan perasaan yang dalam.

When you walk away I count the steps that you take
Do you see how much I need you right now?

Aira memejamkan matanya. Menghirup udara dalam-dalam.

When you're gone
The pieces of my heart are missing you
When you're gone
The face I came to know is missing too
When you're gone
The words I need to hear to always get me through the day
And make it OK
I miss you

Aira menghentikan petikan gitarnya. Jujur, dia merindukannya. Aira merasa sebagian dari dirinya hilang.

Aira kembali menarik napas panjang. Dia menaruh gitarnya. Memejamkan matanya dan bersandar pada kursi.

Sepertinya, Aira harus mencari cara agar dia bisa menenangkan diri.

***

Pohon tumbuh dengan rindangnya di sepanjang jalan. Daun-daun berwarna oranye banyak terdapat di jalan.

Aira menghirup udaranya. Segar.

Bahkan, aroma dedaunan terkuak jelas. Membuat Aira tidak bisa berhenti menyukai aroma ini.

Disini, tempatnya pertama kali bertemu Juna. Tempat yang berjarak 500 meter dari Sekolah Dasar tempatmya membina ilmu dulu.

Aira tersenyum tipis. Mengingat kejadian saat Aira bertemu Juna.

Aira dengan tubuh mungilnya berlari mengejar kupu-kupu dengan sayap besar yang berwarna biru jernih.

Sampai akhirnya, dia sampai di tempat penuh dengan pepohonan. Hijau terlihat di sepanjang jalan, dan warna oranye yang disebabkan oleh daun kering, memberi warna segar.

Aira bingung ketika kupu-kupu yang dikerjarnya tadi sudah menghilang. Dia mengedarkan pandangannya. Mencoba mencari kupu-kupu cantik itu.

Aira kembali mengernyit, melihat seorang bocah laki-laki yang tampak seumuran dengannya menghampiri.

"Kamu ngapain?" tanya anak itu.

"Ngejar kupu-kupu. Kamu liat? Warnanya biru. Bagus banget," Aira berkata sambil tersenyum.

Anak itu menunjukkan cengiran lebarnya. "Ini?"

Dia mengangkat tangannya. Menunjukkan sayap jernih kupu-kupu yang dijepitnya.

"Ih, kok dijepit sih? Lepasin. Kasian tau," Aira mengerucutkan bibirnya.

Anak itu tertawa lalu melepaskan kupu-kupunya. Kupu-kupu itu terbang sebentar, lalu hinggap di pundak Aira.

"Kupu-kupunya suka sama kamu, tuh."

Aira tersenyum mendengarnya. Lalu, dia tersadar akan sesuatu. "Nama kamu siapa?" Aira mengulurkan tangannya. Menunggu tangan anak itu menggenggam tangannya.

"Aku Arjuna. Bisa dipanggil Juna. Kamu?" Juna membalas uluran tangan Aira.

"Aira," Aira menjawab singkat. Dengan senyum yang menghias wajah cantiknya.

Aira tersenyum lagi. Dia mengingatnya dengan jelas. Wajah Juna saat anak itu masih berumur 8 tahun.

Wajah polos yang lucu, namun tetap tampan, tentu saja. Sekarang sudah berubah menjadi wajah tampan disertai rahang kerasnya.

"Jun, gue kangen lo, sumpah. Gue tau lo suka sama dia. Tapi, apa setidaknya lo nggak bisa meluangkan waktu sedikit aja buat gue?" Aira berbicara sendiri. Mengeluarkan semua perasaan yang kini semakin membuncah.

"Lo selalu sama Nadya. Gue selalu di nomer duakan. Oh, bukan. Sekarang gue udah dilupakan. Benar, kan, Arjuna?" Aira menundukkan kepalanya.

"Gue sedih banget. Tapi apa yang bisa gue lakuin? Sekarang waktu lo cuma buat dia. Buat gue? Sedikitpun nggak ada."

Aira menangis dalam diam. Mengeluarkan air mata tanpa mengeluarkan suara.

Aira berhenti menangis ketika dia merasa sudah lega. Dia menghapus sisa air mata yang belum mengering.

"Lo selalu sama gue selama 6 tahun. Gue udah terbiasa sama lo. Gue udah terbiasa kemana-mana sama lo. Tapi, sekarang gue harus terbiasa juga hidup tanpa lo. Lagipula, lo suka sama Nadya jadi nggak ada lagi harapan buat gue."

Sesudah mengatakan kalimat itu, Aira menghidupkan motornya dan meninggalkan tempat penuh kenangan itu.

Menyisakan kelegaan sekaligus kepedihan dalam dirinya.

***


Hidden; ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang