11

203 65 5
                                    

*pemberitahuan: cerita ini mengandung unsur membosankan. Jika anda mudah bosan sebaiknya tidak dilanjutkan. Terimakasih. :v

Semenjak hari dia memutuskan untuk menjauh dari Juna, Aira benar-benar melakukannya.

Di kelas, ketika Juna menyapa dengan senyum manisnya, Aira pura-pura tidak mendengarnya.

Ketika bertemu di kantin, Aira pura-pura tidak melihatnya.

Bahkan ketika Juna datang ke rumahnya sekalipun, Aira pura-pura tertidur.

Juna semakin bingung dengan perubahan Aira. Apa yang membuatnya berubah seperti itu?

Gadis yang biasanya selalu tersenyym jika bersamanya. Gadis yang selalu berhasil membuatnya tertawa keras. Gadis yang selalu memperhatikannya dengan baik, kini sudah hilang.

Juna mendongakkan kepalanya ketika mendengar langkah kaki Aira yang akan memasuki kelas.

Juna merutuk dalam hati. Suara langkah kakinya saja dia hapal. Apa Aira benar-benar penting untuknya?

Juna berhenti berpikir yang aneh-aneh ketika melihat Aira masuk bersama Fera. Dengan Nico dibelakangnya. Apa-apaan itu?

Dia menggeram kesal. Marah. Apa yang terjadi padanya? Kenapa dia harus merasa marah hanya karena melihat Aira berjalan bersama Nico? Diantara mereka juga ada Fera? Kenapa?

Begitu banyak pertanyaan muncul dalam benak Juna. Pertanyaan yang membuatnya makin pusing. Apalagi dengan Nadya disampingnya, tidak berhenti mengoceh tentang novel favoritnya.

"Jun, lo denger gue nggak sih?" Nadya bertanya.

"Ya," Juna menjawab datar.

Ya. Dia harus menanyakan perubahan sikap Aira pada seseorang.

Nico? Tidak. Tidak akan pernah.

Lala? Bukan saran yang baik. Dia biaa saja diusir jika yang membuka pintu adalah Aira.

Lalu? Ah, ya! Fera. Fera tidak terlalu buruk untuk dihadiahi banyak pertanyaan. Baiklah.

Pulang sekolah nanti, Juna akan menanyakan hal itu. Lewat line, tentu saja.

Sekarang, selama di sekolah Aira selalu bersama Fera. Bayangkan jika Juna tiba-tiba muncul di depan mereka lalu bertanya, 'Fer, gue mau nanya dong. Kenapa ya si Aira jadi berubah gitu?'

Oh, tidak. Juna tidak sebodoh itu untuk bertanya langsung. Lama-lama dia bisa gila hanya karena Aira.

"Argh!" Juna memukul meja dengan keras. Membuat Nadya yang duduk disampingnya terlonjak kaget.

"Kenapa?" Nadya bertanya.

Juna menggeleng sebagai jawaban. Dia hanya memikirkan kemungkinan yang tepat kenapa Aira menjauhinya.

1. Aira sudah bosan berteman dengannya.

Tidak. Aira tidak mungkin seperti itu.

2. Aira menyukai Nico.

Bisa jadi. Mungkin dia menjauhi Juna agar Nico tidak cemburu.

3. Aira sedang PMS

Dia tidak seperti itu. Jika hanya pms, tidak mungkin Aira menjauhinya.

3. Aira tidak suka melihat Juna bersama Nadya.

Tidak, tidak. Untuk apa Aira harus merasa tidak suka? Bukankah meteka hanya berteman?

Juna menggelengkan kepalanya lagi. Daripada memikirkan kemungkinan yang tidak jelas, lebih baik dia menunggu jam pulang sekolah. Bertanya kepada sumber terpercaya.

***

Juna mengganti seragamnya dengan kaos hitam dan celana pendek lalu duduk di tepian kasurnya.

Tangannya mulai mengetikkan sesuatu.

Arjuna Erlangga: woy fer

Juna menunggu dengan tidak sabar. Matanya berkali-kali melirik kearah jam. 5 menit.

Nada notifikasi membuatnya cepat-cepat melihat ke hpnya.

Sms dari provider. Sial.

Terdengar lagi notifikasi susulan. Juna melihatnya pelan-pelan. Tidak mau tertipu lagi.

Fera: apa?

Arjuna Erlangga: gue mau nanya

Fera: apa? Cepetan. Nggak usah basa-basi

Arjuna Erlangga: tentang Aira. Lo pasti tau kan, alasan dia menjauh dari gue?

Fera: Aira nggak ada ngejauh kok dari lo. Lo nggak perlu ke-geer-an gitu. Lagian, kalo Aira ngejauh, emang lo peduli?

Arjuna Erlangga: ya pedulilah. Aira kan sahabat gue.

Fera: sayangnya, dia udah jadi sahabat gue sekarang.

***

Hidden; ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang