Another girl

3.6K 319 45
                                    

Tangan Kai yang bebas membelai punggung Krystal dan berhenti digundukan kenyal pantat Krystal, meremas bagian itu dengan gemas, membuat paha Krystal bergerak menekan kuat junior Kai yang mulai mengeras.

" You wanna play with me, Klee.." Kai berbisik lembut tepat ditelinga Krystal.

Gadis itu tak menjawab, hanya menggigit bibir bawahnya dengan mata yang tertutup.

Kai bisa melihat wajah polos Krystal dari sedekat ini, membuat pemuda itu menghentikan pergerakan tangan dipantat Krystal.

Ia mengecup lembut mata Krystal yang tengah tertutup rapat, lalu beranjak dari atas tubuh gadis itu.

Krystal membuka matanya saat beban berat tubuh Kai tak lagi menindihnya.

" Apa aku melakukan kesalahan?" Tanya Krystal polos, kini tengah duduk ditepian ranjang menatap Kai yang tengah sibuk dengan ponsel dan chargernya.

Pemuda itu menggeleng pelan, menatap Krystal dan tersenyum tulus.

" Lalu? Kenapa kau tak melanjutkannya?" Krystal masih tak mengerti.

Kai kembali menghampiri Krystal, membungkukan badannya agar keduanya saling berhadapan.

Ia menangkup pipi Krystal, mata mereka bertemu pandang cukup lama.

" Kenapa?" Lagi lagi Krystal bertanya

" Kau ragu? Apa kau tidak sungguh sungguh menyukaiku, Kai?"

Kai menempelkan dahinya ke dahi Krystal menepis jarak diantara keduanya.

" Dengarkan aku Klee, jangan pernah berpikir aku tidak menyukaimu. Aku hanya ingin melakukannya setelah aku berhasil merebutmu dari si pria mandarin sialan itu. Sabarlah." Ucap Kai lembut, Krystal tak menjawab hanya mengeratkan genggamannya pada tangan Kai yang kini menangkup pipinya.

Pemuda itu menarik dirinya perlahan sebelum mengacak pelan rambut Krystal.

" Tidurlah, bukankah besok kita masih sekolah."

Krystal menggeleng.

" Jika mereka mencariku ke Sekolah dan menyeretku pulang bagaimana?"

" Jadi hanya aku yang akan pergi ke sekolah?" Tanya Kai sembari mengangkat sebelah alisnya seraya tersenyum nakal.

" Tentu saja setelah pulang sekolah kau harus mengajariku apa yang dipelajari di sekolah!!!"

" Aku pergi kesekolah dan pulang mengajarimu, atau aku diam dirumah untuk menemanimu seharian?" Tawar Kai, Krystal memutar bola matanya malas.

" Kau pergi ke sekolah dan jika bertemu orang tuaku atau Jessica bersikaplah seolah olah tak tahu apa apa, okay?"

Kai mengangguk sembari tersenyum, belum menjadi istrinya saja princess Jung ini sudah pandai memerintah.

" Mau kemana?" Krystal bangkit hendak menyusul Kai yang melangkah keluar dari kamar.

Pemuda itu berkacak pinggang menatap Krystal sembari menggerakan dagunya mengarah ke tempat tidur, jelas pemuda itu meminta Krystal untuk kembali ke tempat tidurnya.

Tapi princess Jung itu benar benar keras kepala, dan kini bahkan ia malah bergelayut dengan nyamannya dilengan Kai.

" Tidurlah." Pinta Kai sembari mengecup puncak kepala Krystal yang kini tengah bersandar didadanya.

" Aku mau ditemani,"

" Aku takut tidak bisa bertahan lagi seperti tadi."

" Masa bodo!!" Krystal menarik lengan Kai kembali ke kamar.

Gadis itu naik ke ranjang terlebih dahulu, dengan tangan Kai yang masih digenggamnya.

" Klee..."

" Tidurlah, tidak akan terjadi apa apa."

" Tapi Klee..."

" Aku takut, nanti listriknya padam lagi."

" Aku akan menemanimu sampai kau tidur."

" Kau juga harus tidur!!"

" Tidak bisa Klee."

" Aku tidak peduli, jika besok pagi kau hilang, aku marah besar." Krystal membalikan tubuhnya, membelakangi Kai.

Pada akhirnya mau tidak mau Kai mengikuti kemauan Krystal yang kini tengah menggenggam erat sebelah tangannya.

" Dasar keras kepala." gumam Kai sembari menyelimuti tubuh Krystal dan tubuhnya sendiri.

.

.

.

Krystal mempoutkan bibirnya sebal, karena Kai pulang terlambat dan sekarang ia bahkan tengah bersiap siap untuk pergi lagi.

Dan yang paling membuat Krystal sebal, Kai tidak mengijinkan dirinya untuk ikut serta, katanya terlalu pribadi. Apanya yang pribadi? Bilang saja kau akan menemui seorang wanita.

Krystal masih saja mendengus, padahal Kai sudah berkali kali minta maaf padanya.

Jelas saja Krystal sebal jika harus melihat si urakan menyebalkan bernama Kai Kim yang biasanya cuek tiba tiba sibuk dengan satu urusan yang tak Krystal tahu, apa itu.

Akhirnya Krystal memilih mengurung diri di dalam kamar kecil, tak mempedulikan Kai yang terus memintanya keluar.

Dan tak lama ponsel sialan itu kembali berdering, membuat Krystal ingin membantingnya sejauh mungkin.

Kai yang sibuk mengikat tali sepatunya, me-loudspeaker ponselnya dan meletakannya begitu saja dilantai.

" Iya bu, iya aku berangkat." Ujar Kai masih sibuk dengan tali sepatunya.

Cepatlah, tunanganmu itu ingin kau yang menemani memilihkan gaun untuk pertunangan kalian minggu ini.

" Iya ibu, aku mengerti aku akan menemui dia. Sudah ya dah."

Kai menutup ponselnya dan bergegas keluar tanpa berpamitan pada Krystal.

Ya memang tadi Krystal pergi ke kamar kecil saat ibunya menelfon, tapi tidak bisakah Kai sedikit saja menjaga perasaan Krystal dengan tidak bicara sekeras itu atau setidaknya jangan meloudspeaker percakapan dengan sang ibu.

Karena Krystal yang kini berdiri diambang pintu kamar kecil sudah terlanjur mendengar semuanya dan Kai sepertinya sama sekali tak menyadari kehadiran gadis itu, gadis yang kini tengah memandang kearahnya dengan tatapan tak percaya lengkap dengan sesuatu yang sudah remuk didalam sana.

Saat mendengar ibu Kai membicarakan soal pertunangan putranya.

Dan ya, Krystal cukup tahu sekarang alasan dibalik Kai yang bersikap biasa saja ketika mendengar Krystal akan dijodohkan.

Karena mungkin mereka sama.

Mereka sama sama dijodohkan.

Dan sebagai teman yang baik bukankah harus saling membantu.

Atau mungkin ini juga alasan Kai menghentikan keintiman mereka semalam.

Karena ia memang hanya menganggap Krystal sebagai temannya atau masih dianggap musuhnya yang pantas untuk disakiti hatinya seperti ini.

Tanpa permisi, air mata Krystal
Jatuh begitu saja.

" Dasar bodoh!!! Seharusnya aku sadar. Kai Kim itu musuh nomer satu dalam hidupku. Dan sekali musuh akan terus seperti itu."

Krystal tersenyum sinis disela sela tangisannya.

" Dasar Klee bodoh, bodoh, bodoh!" Gumamnya berkali kali sembari terus memukul pelan kepalanya sendiri.

ia terlalu lemah saat ini, tangisnyapun seperti enggan berhenti, Krystal memilih duduk sembari memeluk lututnya dan menenggelamkan wajahnya dalam.

Setidaknya dengan begitu ia bisa sedikit meredam suara tangisannya yang semakin menuntut untuk dikeluarkan.

To be continue

[Kaistal] My Rival, From Childhood!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang