KUROKAMI SHIRO

3.3K 439 94
                                    

.

.

Kamelia si mawar musim dingin, kuntum merah seperti kepala yang menggelinding. Kamelia berarti cinta, tapi apa maknanya kala ia jatuh ke tanah? Oh Tomo, apa artinya perjuangan ini jika kau tak ada lagi? (Ochitsubaki, 2013, anonym]

.

.

.

.

Tersebutlah seorang pemuda bernama Kurahashi Tomo, korban mutilasi sadis di SMA Nisshin dua tahun yang lalu. Saat kejadian itu terjadi, usia Kurahashi Tomo sudah delapan belas tahun, tapi baru mencapai kelas satu karena sempat tak naik kelas dua kali. Keluarganya hanya terdiri dari satu ibu yang mati oleh sakit kronis seminggu sebelum puteranya tewas. Kehidupan sekolahnya sendiri di SMA Nisshin tidak bisa dibilang indah, mengingat ia adalah korban penggecetan dalam kelasnya, kelas 1-3.

Kematiannya mengerikan. Mayatnya ditemukan tak utuh lagi, dicincang dan disebar ke berbagai bagian sekolah. Pelakunya tidak bisa ditemukan karena kurangnya bukti, terlepas dari beberapa nama yang sempat jadi tersangka.

Selain kasusnya yang tak biasa, yang membuat kematian Kurahashi Tomo layak dikenang adalah apa yang terjadi setelahnya: awalnya semua itu bermula dari tulisan tanpa nama pengarang di blog internet. Suatu esai melankolis berbahasa romantis, ditulis seorang 'teman' untuk mengenang korban, dirilis dengan judul [Ochitsubaki]. 

Hanya terdiri dari beberapa halaman, tapi seluruh kepedihan dan kesedihan korban terkepang jadi jalinan kisah yang tragis. Minimnya identitas penulis memberi dua kemungkinan: mungkin korban dan pengarang sungguh saling mengenal, mungkin juga esai ini hanya prosa indah yang mengemas pesan anti-bullying, tak ada yang tahu.

Esai tanpa nama pengarang itu menjalar dan menancapkan akar di seluruh medan dunia maya, membuahkan yang bisa meletupkan bom media massa: sesuatu yang terdiri dari sensasi, ironi, dan fakta bahwa dalam tubuh SMA terdapat borok bernama penggecetan yang begitu parah pada Kurahashi Tomo.

Apa yang terjadi setelah itupun sama nestapanya. Ditekan sedemikian rupa oleh masyarakat, nyata dan maya, satu guru homeroom dan tiga puluh sembilan teman sekelas Kurahashi Tomo—

.

.

"—semuanya mengaku melakukan pembunuhan. Empat puluh orang sekaligus. "

Pssh

Desah-desah napas manusia mengisi dalam ruang kelas berdebu.

"Menarik sekali, kan? Kasus mutiliasi ditambah kasus bullying yang ditutup dengan kelainan mental penghuni kelas 1-3, tak heran sekolah ini hancur. Kematian Kurahashi Tomo pun menjadi legenda urban."Lentik lilin bergoyang di bawah wajah Yuka, menerangi senyum yang tampak tak mencapai mata. Di tengah kegelapan seperti ini, apapun yang diterpa sinar berubah jadi ganjil. "Empat puluh pengakuan yang dilakukan empat puluh tersangka."

Saat ini, delapan anggota Escher Club ditambah Koyama Natsuki tengah duduk melingkar di suatu ruang kelas, satu nyala lilin untuk tiap orang.

Ruang kelas itu menyedihkan; jendela-jendelanya ditutup papan, bangkai kursi dan meja tak beraturan. Ada sedikit sisa-sisa kehidupan kelas yang menyenangkan, bisa dilihat dari kotak kapur yang masih berisi dan buku-buku yang terhampar tanpa majikan, tapi jelas kalau sekolah ini sudah menanggung terlalu banyak peristiwa untuk menaungi para siswa.

"Tentu saja, penyelidikan polisi sudah membuktikan bahwa tidak ada satupun dari empat puluh pengakuan itu yang benar. Walau ada beberapa yang dipertimbangkan, tapi tidak ada yang benar-benar didakwa." Hiroshi, admin dari forum misteri Escher Club, ikut berbicara. "Ada yang bilang kalau mereka semua sengaja melakukan pengakuan palsu karena tak tahan dengan tekanan setelah kematian Kurahashi. Yah, kalian tahu, kan? Hujatan yang benar-benar parah, akibat bocornya penyiksan yang mereka lakukan pada Kurahashi Tomo."

TOMO [bxb]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang