[BOX]

2.3K 275 25
                                    

[BOX]

.

.

Malam itu,

Malam itu,

Malam itu. Ayumu tidak memimpikan Tomo.

Atau malam itu, mungkin ia memimpikannya.

Akan tetapi Tomo MALAM ITU tertutup dalam kardus berlakban. Kardus yang berlabel 'jangan dibanting', tetapi lebih kuat daripada besi dan baja; seberapapun ia mencoba, tidak akan pernah bisa terbuka. Digaruk, disobek, dikupas, walau tidak dibanting. 

Ayumu merasa sebegini tak berdaya. Padahal Tomo ada di dalam sana, mengerut seperti siput terkena garam. Ayumu ingin bertemu Tomo. Padahal Tomo ada di sana, hidup sekaligus mati di dalam kotak.

Sehingga, pada suatu akhir yang dapat disangka, Ayumu menyerah dan berbaring di lantai berubin, tangannya melingkar memeluk kotak yang bergeming.

.

.

.

.

.

Malam itu, Ayumu begitu lelap.

Ia terus mendekam di kamarnya setelah mencapai rumah pada Minggu siang, pulas selama hampir dua belas jam. Tasnya tumpah ruah di lantai, pakaiannya masih sama dengan Jum'at kemarin. Hanya kaus kaki kiri yang sempat dilepas sebelum kesadarannya tumbang. Dan gelang itu— ojuzu kayu yang baru ia miliki selama satu hari, masih melingkar di pergelangannya.

Pergelangan yang masih menghitam, tetapi sudah tak sakit lagi.

.

Ketika ia bangun, waktu sudah hampir pagi. Tubuhnya begitu segar bugar dan ia tidak bermimpi.

.

.

.

"Ayumu, kenapa tidak mengangkat telepon?"

.

"Oy, ngapain bolos? Pasti ke tempat yang asyik-asyik, kan?"

.

"Kamu melakukan sesuatu pada Natsuki!? Tanggung jawab, Mikami-kun!"

.

Siswa dan siswi berkerubung mengelilingi meja Ayumu. Ada yang penasaran, ada yang kesal tak ditahan, seluruh perhatian tertuju pada Mikami Ayumu yang sempat menghilang tanpa pesan. Bolos tanpa alasan, handphone dimatikan. Raib dari muka bumi. 

Dengan tabah, Ayumu menjawab satu-persatu serangan teman-temannya. Toh, ini sudah diprediksi sebelumnya. Memang ini kerugian jadi pusat atensi; sekali kau tak ada, semua mencari. Pertanyaan, tuduhan, hingga tuntutan ia balas dengan pasrah, sambil sesekali menyungging senyum di wajah—senyum andalan yang tak pernah gagal melembutkan suasana. 

Maaf, handphoneku rusak sejak lusa kemarin. Aku tidak ke tempat asyik-asyik kok, cuma ada urusan keluarga di Nagano. Dan tidak—aku dan Nacchan baik-baik saja. Oh ya, kemana Nacchan? Dia belum menyapaku hari ini.

(Atau membalas satupun tatapanku.)

Siswi-siswi yang mengelilingi Ayumu berwajah makin garang kala menunjuk sosok Natsuki. Gadis itu berjalan keluar kelas dengan sangat lesu— dari pagi sampai jam istirahat ini, segenap jiwa raganya jelas-jelas menghindari Ayumu. Siapapun yang bermata tahu kalau sudah terjadi sesuatu. Para remaja, pria-wanita, teman Ayumu dan Natsuki, semua bersepakat kalau ini soal cinta dan hati. Dan Ayumu penyebabnya.

TOMO [bxb]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang