.
.
Koshien! Hidup Mikami Ayumu bisa jadi plot komik olahraga: pada usia lima tahun, sayonara homerun dari seorang atlet memberinya impian menyilaukan. Pada usia delapan tahun, ia bergabung dengan tim baseball junior. Pada usia dua belas tahun, ia menjadi Clean-up Hitter, ace no.4. Pada usia lima belas tahun, ia bersama tim baseball SMA akan menuju Koshien dan menang. Pada usia delapan belas tahun, belasan tim terkenal berebut merekrutnya jadi atlit professional.
Tapi kisah hidup sempurna itu harus direvisi. Dalam hidup Ayumu saat ini tak ada koshien, tak ada tim professional. Tak ada baseball, malah. Di usia lima belas tahun, setelah direkrut tim baseball SMA di kota besar, suatu peristiwa merusak bahu Ayumu. Hanya keajaiban yang bisa memperbaiki bahunya seperti semula, dan keajaiban itu tak pernah datang.
Yakin tak ada harapan, beasiswa olahraga Ayumu dibatalkan. Adibintang harapan terpaksa pulang kampung, membawa masa depan tanpa impian. .
.
Kabar baiknya, Mikami Ayumu tanpa baseball bukanlah pahlawan tragis.
Ayumu anak yang baik. Dia anak SMA yang ceria, dengan nilai akademis biasa-biasa saja, banyak teman dan disayang guru.
Rambut dan matanya hitam, khas Jepang, tinggi mencapai 175 senti. Dulu kulitnya terbakar dan ototnya cukup bagus, hasil dari latihan demi impian. Setelah impian itu jadi cerita lama, kulit Ayumu lumayan putih, dan badannya kembali jadi remaja biasa. Poni halus jatuh ke wajah, tak lagi cepak atau botak. Ia membaca majalah cowok dan mendengarkan musik yang sedang tren dan nongkrong di depan mini mart bersama para sahabat, membicarakan siswi mana yang paling manis.
Senyum adalah senjata andalannya. Senyum Ayumu sangat manis, ekspresi yang biasanya hanya muncul kala mendengar hal lucu, di mana wajahnya keriput berlipat-lipat dan giginya nyengir, seinci lagi bakal ledak jadi tawa terbahak. Tampak begitu alami di sana, mimik yang membuat siapapun akan berpikir, 'Aah, anak itu tersenyum', lalu ikut tersenyum.
Jika baseball diambil, Ayumu jadi siswa SMA biasa yang ada di mana-mana. Tidak ada yang istimewa. Batu yang keburu pecah karena tekanan, tak sempat jadi permata—itulah Mikami Ayumu.
.
.
"Ayumu-kun!"
Hari Jum'at, jam lima sore. Ayumu mendongak dari artikel musik pop dalam majalah yang sedang dibaca. Tak jauh dari situ, di tengah-tengah kawasan pertokoan kota yang masih ramai, gadis manis berkuncir kuda berderap semantap prajurit. Gantungan bentuk bel di tas sekolah gadis itu bergemerincing.
"Nacchan." Alis Ayumu naik satu, lalu ia nyengir. "Apa kabar?"
Uh-oh, senyum maut pemuda itu tampaknya tak bisa ambil hati si gadis, Koyama Natsuki alias Nacchan. Dengan satu hentakan, Natchan berdiri menjulang di hadapan Ayumu yang sedang nongkrong di depan mini mart. Tangan Natchan dilipat, mukanya sepat. Emosi.
"Apa kabar gundulmu!" Pita dan rok merah seragamnya bergoyang dalam hentakan kemarahan. Dari sudut ini, seharusnya Ayumu bisa dapat selintas 'pemandangan bagus'. Sayang sekali si tomboy Natsuki selalu memakai thighs."Kenapa kau tidak balas e-mailku? Kenapa tidak datang ke tempat janjian? Kenapa kau malah nongkrong di sini?"
"Wah, maaf! Baterai handphoneku mati sebelum sempat membalas."
"Bohong!" hardiknya galak.
"Serius, mau lihat? Mati total."
"Ketika aku jalan kemari, pasti kau matikan dalam saku sweatermu, kan?"
"Tidak, sungguh... Nacchan tidak percaya pa-da-ku~?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TOMO [bxb]
TerrorTomo itu sampah. Tomo cuma toilet bersama. Tomo sudah mampus dua tahun lalu, terpapar merah di sekolah. Bisa bunuh diri, bisa dibunuh, tapi siapa peduli pada ulat di bawah kaki? Mikami Ayumu, kelas dua SMA, mantan atlet harapan. Cedera di bahu s...