Segitiga Maut

120 8 0
                                    

KALEB

(4 Tahun kemudian)

"So, what are we going to do after graduation?, tanya sahabatku selama di Jerman, Marshall.

Aku mengangkat kedua bahuku, entahlah.

Apakah aku harus pulang?

Teringat olehku wajah itu, wajah yang selalu tertawa disaat aku sedih, wajah yang selalu kuat disaat aku lemah, dan wajah yang selalu ada disaat aku membutuhkannya. Krystal.

Apa kabar kamu, adik kecil?
Sehatkah di sana?

Seketika hatiku tersayat, sakit sekali. Mencoba melupakannya untuk fokus pada kuliah tidak menghasilkan apa-apa. Aku selalu berakhir berada dalam pikiranku yang sedang membayanginya di bawah redup bulan. Betapa aku merindukanmu.

"Dude, are you okay?", tanya Marshall membuyarkan lamunanku. Sebagian diriku berterima kasih kepadanya karena telah menghentikan sayatan di dalam hatiku. Namun sebagian lainnya masih merindukan dirinya.

"Aku tidak apa-apa. Ayo kita pergi dari sini.", ucapku seraya berdiri dari kursi kayu di pinggir taman universitasku itu.

Aku dan Marshall berjalan menuju arah parkiran untuk pergi dari kampus, menuju indekos kami. Perjalanan kami menuju mobil Marshall dihabiskan dalam diam hingga seseorang terjatuh karena tertabrak olehku.

"Oh, sorry-sorry. You okay?", tanyaku berusaha membantunya berdiri. Seorang gadis.

Oh, Tuhan. Dosakah aku?

Gadis itu berdiri dan membersihkan debu dari belakang celana panjangnya. Ia lalu menatapku.

Apa ini hanya aku atau memang waktu sedang berhenti?

Kulihat gadis itu memiliki kaki yang jenjang dengan mata yang sangat bersinar, berwarna kuning kebiruan. Entahlah. Kombinasi warna yang aneh. Bulu matanya lentik dan ada sentuhan seni di dalamnya. Aku dapat merasakan hal itu.

Kurasa ini hanya aku. Aku tersadar dan waktu kini berjalan seperti biasa.

Aku meminta maaf lagi kepadanya dan bukannya marah, ia malah tersenyum, "Tidak apa-apa. Aku yang teledor karena tidak melihat jalan dengan benar."

Suara itu lembut sekali. Kutebak nada suaranya adalah E. Aku merasa ada yang mengganjal hati ini. Sebuah perasaan lain.

"Annie.", gadis itu memberikan tangan kanannya serta namanya kepadaku.

"Kaleb.", kataku datar tapi jujur, perasaanku kinilah yang tengah naik turun seperti roller coaster.

Aku melupakan Marshall yang berdiri mematung di belakangku tanpa berkata satu kata pun. Dan akhirnya, pertemuanku dengan gadis bernama Annie usai sudah. Marshall menarikku untuk segera pergi dari tempat itu. Setidaknya, ini baru pertemuan pertama kami.

Adik kecil, aku menemukan seseorang yang memiliki mata sama denganmu.

"Apa-apaan kau, bocah ingusan?", tembak Marshall langsung kepadaku saat kami telah berada di dalam mobilnya.

Aku tidak mengerti apa maksudnya.

"Hah? Maksudmu?", tanyaku benar-benar tidak mengerti.

Marshall mendengus dan memutar bola matanya, "Maksudku adalah.. Halo! Apakah seorang Kaleb memang berubah menjadi kepiting rebus saat sedang jatuh cinta dengan seorang gadis?".

Kepiting rebus? Jatuh cinta? Gadis?

"Apa maksudmu? Langsung saja!", tanyaku mulai geram karena penasaran.

"Astaga! Kuakui IP mu paling tinggi dan kamu sangat disegani oleh semua orang di universitas ini. Tapi, kurasa gaya gravitasimu mulai berkurang saat jatuh cinta, ya!", ujar Marshall sambil cengengesan.

Aku masih tidak mengerti.

"Oh, Tuhan! Sungguh? Kau masih tidak mengerti?! Baiklah. Jadi, tadi saat gadis yang menabrakmu itu mengajakmu kenalan, wajahmu merah. SEPERTI KEPITING REBUS. Mengerikan!", sambungnya meledekku.

"Yang benar saja!", aku tak terima. Aku memang merasa ada perasaan yang ganjil, namun tidak mungkin sampai seperti kepiting rebus. Marshall hanya melebih-lebihkan.

Tapi ia benar tentang satu hal, aku jatuh cinta pada gadis itu.

----

Margaretha Annie Lee.

Nama itu terpampang jelas di blognya. Iya, aku mengerahkan segala kemampuan "stalking"-ku untuk mencari semua data tentang Annie, gadis yang kugila-gilai sejak pagi tadi.

Annie adalah seorang mahasiswi di universitas dan semester yang sama denganku, hanya saja ia ada di fakultas seni. Ia berusia 22 tahun, hobi melukis, mempunyai blogspot dengan 27.509 pengunjung, dua bersaudara, keturunan China-Batak, dan orang Indonesia, sama seperti aku.

Apakah sebuah kebetulan atau sebuah takdir? Aku tidak tahu!

Namun malam itu aku mendapatkan nomor teleponnya dari blogspot miliknya.

Tak ragu, aku mengirimkan pesan.

Guten Abend, hübsches Mädchen.

- K
tr:(Selamat sore, wanita cantik)

Aku tidak mengerti kenapa ia dapat mengubahku menjadi sesosok yang begitu pandai menuturkan kata-kata indah untuk wanita.

Oh, Tuhan! Tolong jangan bunuh aku.

Sesaat kemudian, ponselku berbunyi. Ia membalas pesanku.

Halo, Kaleb. Ich weiß, dass du es bist.

tr: (Halo, Kaleb. Aku tahu ini kamu.)

Ia mengenal huruf K yang kukirimkan tadi sebagai Kaleb. Sebagai diriku. Ia mengenalku. Jantungku serasa tak dapat berhenti berdebar. Adrenalinku berpacu ketika membalas pesannya lagi dengan kecepatan kilat.

Tolong, Tuhan! Aku masih ingin hidup.

-----

"Woah! Congratulations, bro! You've really made it.", kata Marshall menyalamiku dan menubrukkan pundaknya ke pundakku. Sebagai salam saudara, katanya.

Aku mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Kami telah lulus dari universitas. Aku meraih gelar nilai IP tertinggi, walau menurutku tak terlalu berarti. Dan satu hal lagi, Annie menjadi pacarku. Itu yang lebih berarti.

Sekian bulan telah terhitung sejak awal kami bertemu. Ia yang tertabrak olehku. Annie. Dan kini ia ada dalam pelukanku.

"Darling, congratulations!", katanya lembut yang setelah itu langsung mengecup pipiku.

Aku merangkul pinggangnya dan mengecupnya kembali, "Same to you, sweetheart."

Kini aku benar-benar menemukan kebahagiaan, tanpa batasan dan alasan. Cinta yang benar-benar nyata dan dapat kuraih.

Maafkan aku, Krystal. Aku benar-benar terjebak dalam segitiga maut. Aku, kamu, dan Annie.

ExodusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang