Chapter 2

598 58 19
                                    

Pualam putih di hadapannya
tertidur kokoh tak bergeming. Seolah tidak mengizinkan siapapun untuk mengambil apa yang tersimpan di dalamnya. Bahkan di antara tanah, rerumputan, dan daun yang berguguran pun, pualam itu yang terlihat paling mencolok dengan warna putihnya yang entah kenapa tidak pudar.

Ah... dia benar-benar merasa rapuh sekarang. Sekiranya, apa yang akan dikatakan Matt jika melihatnya menatap sendu sebuah pualam?

Tidak, dia pasti akan menghiburku, batinnya penuh keyakinan.

Suara ponsel mengintrupsi ketenangannya. Dengan malas, ia terima panggilan itu.

"Biar kutebak, kau pasti hanya berdiam diri di sana semenjak turun dari mobil," sindir suara itu dingin.

"Apa?" jawab Rose tanpa menggubris sindirian itu.

"My Dear Lady, kita ada janji dengan putri kerajaan sebelah kalau kau lupa. Bergegaslah."

"Hm."

Setelah menarik napas dalam, gadis itu menaruh sebuket mawar merah yang selalu dibawanya tiap kali berkunjung kemari.

"Aku tidak tahu apakah Ia Yang Berkuasa mengizinkanmu untuk mendengar ini. Tapi, biar kukatakan lagi; aku meminta maaf atas segala yang terjadi," bisiknya lalu berjalan pelan meninggalkan pualam itu.

Bertepatan saat itu, seorang gadis dengan gaun putih tulang selutut berjalan melewatinya dengan aura murung dan sebuket mawar putih di tangannya.

Mata hitam palsu miliknya melirik sekilas gadis yang baru saja melewatinya itu.

Menyedihkan.

"Jadi, apa yang kukatakan tadi benar?" sapa sebuah suara begitu ia membuka pintu mobil.

"Kau mengangganggu ketenanganku, Jack," balas Rose dingin.

Pemuda itu tersenyum. "Koreksi, aku hanya mengingatkan tadi," katanya sambil menyalakan mesin. "Lain kali, biar kutemani."

Rose mengalihkan pandangannya ke luar jendela. "Tidak perlu."

Jack mendesah pelan lalu menepuk pelan puncak kepala Rose. "Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan. Tapi, jangan terlalu sering dipikirkan."

"Hm."

Dalam kesunyian, keduanya melaju di dalam mobil yang bergerak santai.

Aneh, batin Jack.

Ya, karena Rose tidak terlihat keberatan sedikitpun dengan laju mobil yang cukup pelan itu. Bahkan, dahi Rose tidak menekuk saat mereka mengambil rute memutar. Namun, beberapa saat setelahnya, Rose membuka suara.

"Kenapa lewat jalan ini?"

"Klien memberitahu kalau dia mengundur jam pertemuan Rose. Dia lupa kalau ingin melakukan sesuatu dulu," jawab Jack santai. Ia tertawa kecil saat mendengar gerutuan Rose berikutnya. "Lagipula, apa kau baru sadar kalau kita lewat jalan memutar?"

Kesunyian menjawabnya. Tanpa harus Rose jawab sekalipun, keduanya sadar apa yang baru saja terjadi.

Tawa ringan keluar dari mulut Jack. "Kau melamun. Tidak biasanya ya?" Tidak ada jawaban. "Memikirkan sesuatu?"

Rose memicingkan matanya. "Kau mencoba baik padaku?"

"Jahat sekali jawabanmu," desah Jack tidak percaya. "Apa aku sejahat itu?"

"Kau pernah mencekikku."

Dan jawaban itu membuat Jack terdiam agak lama. "Itu... kesalahan..." katanya. Sialan, kenapa jawabannya jujur sekali sih?

Rosalyn : escapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang