Ini bukan pertama kali baginya berciuman dengan wanita asing. Namun, hanya dengan wanita ini ia tidak dapat mengenyahkan ketertarikannya.
Biasanya, ia akan mencoba untuk mengelaknya. Pekerjaan menuntutnya untuk tidak berhubungan khusus dengan satu wanita. Namun, saat ia merasakan tangan yang merengkuhnya berangsur rileks, Jon mulai berani untuk benar-benar menatap matanya. Tatapan yang begitu pilu, seolah wanita itu berusaha menyampaikan sesuatu padanya. Dan saat wanita itu menariknya, maka ia tahu kalau ia sudah terjebak.
Bibirnya terasa lembut dan manis di saat yang bersamaan. Rasanya memabukkan seperti anggur.
Mungkin itu karena anggur yang ia minum tadi.
Ciuman itu berlangsung singkat. Mereka berdua tahu itu adalah batas mereka dan segera menarik diri masing-masing. Meski demikian, mata mereka masih terpaut satu sama lain. Mereka lalu menertawakan kebodohan satu sama lain dengan hidung yang masih saling bersentuhan.
"Yang tadi itu hampir saja," desah Jon, dekat sekali dengan bibirnya.
"Kamu benar," bisik Rose. "Tapi aku tidak keberatan."
Pria itu tersenyum. Kali ini giliran Jon yang meraup bibirnya lebih dulu. Saat Rose akan memutuskannya, Jon justru mendesaknya.
Ia tidak begitu mengerti, namun pria itu tidak menuntutnya apapun. Mereka hanya menikmati apa yang terjadi dan membiarkannya. Rasanya, seperti menonton sebuah pertunjukan opera sabun dengan kucuran air mata, namun kau tidak sanggup melepaskan pandangan pada adegan tersebut.
Maka, Rose tidak melepaskannya sampai orang itu memutuskannya.
"Ini bukan bagian dari layanan kami," kata Jon lirih.
"Aku senang mendengarnya," bisik Rose. "Rasanya manis. Seperti cake coklat yang biasa kumakan."
"Sungguh?"
"Aku suka kue-kue yang manis dan hampir saja melupakan rasanya," jawab Rose jujur.
"Apakah lain kali aku bisa membawakannya untukmu?"
Rose tidak langsung menjawabnya. Entah bagaimana, jantung Jon berdebar lebih kencang. "Aku tidak tinggal di sini. Tapi aku bisa ada di mana pun," jawabnya.
Jon menghela napas. Mengutuk keinginannya sendiri. "Kedengarannya pekerjaan menarik."
Mau tak mau, Rose terkekeh mendengarnya. "Sejujurnya sedikit merepotkan. Sesuatu yang tidak disukai banyak orang, mungkin termasuk dirimu. Resikonya besar."
"Apa yang kamu lakukan di sini?"
"Mendatangi teman lama, mengerjakan sesuatu yang baru. Aku bisa tidak tidur seharian." balas Rose. Kata-katanya menggantung di udara. "Ini seperti anak buah kapal yang ditugaskan mencari harta karun. Dari satu negeri, ke negeri lain."
Jon tak bisa mendesak wanita di hadapannya ini lebih jauh lagi. "Kamu tampak kelelahan."
"Ya," jawab Rose cepat. Ia menyandarkan dahinya ke dahi pria itu lalu memejamkan mata. "Tapi sekarang, hanya ini yang bisa kulakukan. Menurut ke mana pun mereka membawaku pergi lalu kehilangan sesuatu yang tak pernah kumiliki."
Seperti anjing yang dirantai.
Mata birunya terus memperhatikan wanita yang ada di depannya. Kernyitan samar tampak terlihat jelas dalam jarak sedekat itu. Seolah wanita itu tengah merasakan sakit yang ia tahan-tahan sejak lama. Dan ia tahu, wanita itu mencoba untuk menyembunyikannya.
Dalam sekejap, Jon sudah memeluknya. "Pasti rasanya sakit."
Rose tidak langsung menjawab, melainkan merasakan pelukan itu selama beberapa saat. "Ya."
![](https://img.wattpad.com/cover/58801572-288-k628595.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rosalyn : escape
ActionOrang yang paling menyayanginya adalah orang yang telah membelenggu Rose. Di pantulan mata hijau zamrud itu, hanya ada dirinya yang tampak menyedihkan. Dan Rose tahu rasa suka itu berubah menjadi obsesi terhadap dirinya. Sementara, Jack sadar bahwa...