Chapter 7

46 8 2
                                    

"Halo, selamat datang."

Lia terkejut mendapati suara laki-laki begitu ia membuka pintu mobil. Orang itu lalu memutar tubuhnya dan memperlihatkan senyum ramahnya. Benar-benar sebuah kejutan baginya karena bisa bertemu Jack lagi.

"Di mana Alice?" katanya setelah memastikan kalau gadis itu tidak ada.

"Yah... dia ada urusan ini-itu," jawab Jack yang membuatnya makin bingung. "Pokoknya, lebih baik kamu tidak tahu apa yang dikerjakannya sekarang. Kita pulang?"

"Ya, tapi, kamu yakin dia baik-baik saja?" tanya Lia cepat.

Diluar dugaan, Jack tertawa, "Dia lebih dari baik-baik saja. Jangan khawatirkan dia karena itu benar-benar percuma meskipun memang dia perlu dikhawatirkan," jawab Jack lalu mulai menjalankan mobil.

"Kamu mengkhawatirkannya?" tanya Lia lagi.

"Dia selalu membuat banyak orang khawatir, kau tahu," balas Jack tenang. "Aku berani bertaruh, kau bahkan juga memikirkannya."

Lia seperti tidak terima dengan apa yang dikatakan Jack. "Aku-"

Aku memikirkannya...

Sungguh mengesalkan karena ia tidak tahu bahaya apa yang sedang mengintai Alice. Bahkan, sekedar tahu apa yang dilakukan Alice pun, ia tidak tahu.

Gadis itu hidup bersamanya, berada di hadapannya setiap hari, makan di meja yang sama dengannya, mengantarnya setiap hari, tapi ia merasa kalau Alice memilki dunianya sendiri. Tempat yang tidak bisa ia lihat atau sentuh seolah-olah Alice memang menutupi tempat itu darinya.

Alice mengetahui banyak soal dirinya sedangkan ia sendiri seperti melihat sebuah lukisan tanpa tahu siapa pelukisnya dan apa maknanya.

"Aku tidak tahu apapun soal dirinya..." kata Lia pelan. "Rasanya aneh sekali ada orang yang bersedia mempertaruhkan nyawanya padahal tidak saling mengenal."

Jack mengetuk-ketuknya kuku jarinya pada setir mobil. "Yah... kami orang-orang yang rasional. Kami bekerja karena kami tahu ada keuntungan. Sesederhana itu," jelasnya. Saat Lia hendak membuka mulutnya, Jack menambahkan. "Meskipun beberapa orang tidak seperti itu."

"Di sisi yang mana kamu dan Alice?" tanya Lia.

Pemuda itu kembali tertawa dan Lia benar-benar tidak mengerti arti dari tawa itu. "Aku? Hm... Aku bukan orang yang begitu membutuhkan uang, tapi aku memerlukannya untuk ini-ituーkau tak perlu tahuーdan aku bertemu dengan banyak orang dengan berbagai sifat dalam pekerjaan ini. Menyenangkan bisa bertemu dengan mereka, termasuk kau," jawabnya. Lia dapat merasakan pipinya panas.

Ia lalu melanjutkan, "Manusia benar-benar makhluk yang rumit. Alice salah satunya. Aku... tidak begitu mengerti dirinya," Jack terdiam sesaat sambil menatap kosong jalanan sebelum menyerngitkan dahi. "Tidak, lebih tepatnya tidak ada yang dapat mengerti Alice sepenuhnya. Dia hanya diam, bertindak semaunya. Tapi setelah ia melakukan segala hal untukmu, kau akan mengerti kenapa ia melakukannya."

Diam beberapa saat sebelum Lia memecah keheningan. "Kamu pernah menyesal karena itu?"

Jack tersenyum kecil. "Ya. Kau bisa bilang... dia ada di pihak kami karena ia menginginkan sesuatu. Mungkin, dia merasa kalau dia bisa melakukan di sini."

Lia berdehem kecil. "Dia lebih baik dari yang kukira."

Kali ini Jack benar-benar tertawa dan membuat pipi Lia merona. "Kau orang yang jujur sekali."

"Daripada itu, aku merasa kalau sebenarnya dia hanya kesepian," balas Lia sambil menatap tas yang dipangkunya. "Matanya itu... kosong. Aku merasa dia tidak menatapku saat matanya tertuju ke arahku. Rasanya, seperti ada orang lain," ungkapnya. "Seperti yang kukatakan sebelumnya, dia seperti boneka. Sejujurnya, aku tidak tahu harus seperti apa jika berhadapannya dengannya."

Rosalyn : escapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang