Chapter 9

32 6 0
                                    

Alarmnya berbunyi tepat pukul lima pagi. Dengan cepat, ia mengenyahkan bunyi memekakkan telinga itu lalu menutup laptopnya sambil menghela napas lelah.

Rose dapat merasakan kepalanya sedikit berputar saat ia berusaha memfokuskan pandangannya. Sudah tiga hari ini ia tidak tidur sama sekali. Ia dapat merasakan sendiri efeknya pada dirinyaーkulitnya jadi semakin pucat, tubuhnya demam, dan kantung matanya menghitam dengan mengerikan.

Indranya juga makin sensitif, namun terlalu berlebihan. Gerakan sedikit saja dari sebuah bayangan atau dedaunan yang ikut terbang bersama angin sudah sangat membuatnya was-was. Ia tak bisa jauh-jauh dari pistol dan pisau lipatnya. Bahkan keduanya tergeletak lemah, tepat di jangkauannya.

Yang paling membuatnya ngeri dengan pikirannya adalah, ia selalu dapat melihat darah di sana. Sampai-sampai membuatnya membatin, sudah seberapa sering ia melihat darah. Darahnya, darah orang lain. Semakin sering ia mengenyahkan bayangan itu, ia semakin sadar bahwa bekas itu memang pernah di sana.

Bekas-bekas korbannya, dosanya, kejahatannya, perlawanannya.

Tak satupun meninggalkan jejak yang indah.

Panggilan yang masuk ke ponselnya sepagi ini membuatnya langsung mendecakkann lidah kesal.

"Ini masih terlalu pagi, Kay," sembur Rose langsung.

"Aku tahu, sayang. Tapi ini mendesak. Mr. Wald diserang dan salah satu pengawal pribadinya mati. Yang jadi masalahmu bukan itu."

Rose dapat merasakan napas Kay tertahan di seberang sana. "Lanjutkan."

"Daylan akan mengekorinya secara resmi hari ini. Maaf, tapi dia yang terbaik," desah Kay lelah.

Rose dapat membayangkan wanita bertubuh semampai itu memijat pelipisnya dengan rambut panjang acak-acakan. "Aku mengerti. Serahkan Airlia padaku."

"Theo akan selesai dengan misinya hari ini. Dia akan langsung bergabung denganmu besok pagi," tambah Kay yang lebih terdengar seperti permintaan maaf.

"Baik."

"Jangan sampai terluka. Ini belum waktumu untuk mendapatkannya," pesan Kay.

"Aku mengerti," jawab Rose pendek lalu mematikan sambungan.

Mereka sudah cukup repot dengan hilangnya Jack selama lima hari ini. Dan sekarang bertambah lagi kerepotannya untuk menjaga Lia sendiri, tanpa partnernya.

Rose hampir-hampir tidak bisa berpikir selama lima hari ini. Bagaimana ia tetap bisa menjaga kewarasannya di hadapan Lia, atau bagaimana ia masih bisa bernapas saat ini. Tanpa Jack, tiap detik rasanya seperti vonis kematian baru baginya. Ia harus memutar otaknya agar Lia tidak mengendus bau busuk di belakangnya.

Dan Lia menjadi senang belakangan ini karena Rose lebih sering tidak hadir dalam makan malamnya. Ia dan Daylan mempunyai banyak tikus untuk dibasmi. Sementara itu, Zoe selalu datang untuk menghabiskan porsi makan malam Rose dengan senang hati.

Sekarang mereka mengambil Daylan. Apa mereka menguji diriku? pikir Rose kesal.

Tidak. Tahan dirimu.

Gadis itu menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Dulu, Jack selalu bilang kalau ia akan jadi mudah emosi kalau kurang tidur. Rose berpikir bahwa pasti inilah saatnya.

Kau sudah bertahan tanpanya selama lima hari. Setidaknya satu hari bukan hal buruk, batinnya menghibur diri.

Kau harus bertahan. Dengan atau tanpa Jack.

Rosalyn : escapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang