Chapter One

2K 306 164
                                    

Renata Adinda Putri, orang-orang biasa memanggilnya dengan sebutan Rena. Seorang gadis yang pintar, hiperaktif, dan berparas cantik. Kecantikannya ini membuat banyak kaum adam khususnya remaja, menyukai dirinya. Banyak remaja pria yang menyatakan cinta kepadanya, tetapi ia tolak. Berkali-kali ia menolak dengan alasan yang sama. Menurutnya, laki-laki yang menyukainya hanya mencintai wajah cantiknya. Padahal tak sedikit yang berparas tampan dan pintar diantara kaum adam yang menyukainya itu.

Rena mempunyai keluarga yang jauh diatas dari kata sederhana. Agung Widyoseno, ayah dari Rena adalah pemilik sebuah perusahaan batu akik nomer satu di Indonesia. Dwina Artanti, bunda Rena yang merupakan dokter spesialis gigi yang memiliki kerja sampingan sebagai fotografer dan ibu rumah tangga. Alfian Dzaki, kakak Rena satu-satunya yang masih kuliah semester 2 jurusan penerbangan di universitas ternama di Indonesia. Keluarga Rena yang sangat perhatian, pengertian, harmonis, dan overprotective ini membuat Rena menjadi semakin menyayangi keluarganya.

Selain keluarga, Rena juga mempunyai sahabat yang sangat ia sayangi yang bernama Nathania Rizka dan Daniel Aditama. Rena mengenal Nathania sejak duduk di kelas 4 SD. Pada saat itu Nathania atau biasa disebut Nia ini adalah siswi baru pindahan dari Australia. Ia mempunyai wajah yang sangat imut seperti artis-artis korea yang melakukan operasi plastik, tetapi tidak dengan Nia, ia mendapatkan wajah imutnya itu sejak dari ia lahir ke dunia. Nia juga memiliki kulit yang putih, jauh berbeda dengan layaknya orang Indonesia yang memiliki kulit sawo matang. Walaupun begitu, Nia adalah orang asli Indonesia. Ia pindah ke Australia karena pekerjaan ayahnya sebagai karyawan di kantor kedutaan besar Indonesia yang berada di Australia.

Sedangkan Daniel adalah sahabat Rena dari mereka masih sekecil upil.

Eh, bohong deh.

Daniel dan Rena bersahabat dari mereka masih menginjak di taman kanak-kanak. Daniel memiliki paras yang 100% sudah teruji klinis sangat tampan. Mungkin bisa dibayangkan wajahnya adalah percampuran dari Robert Pattinson dengan Adam Levin dan Lee Min Ho. Selain wajahnya yang tampan, ia juga tergolong manusia yang cerdas. Sama seperti Rena. Tetapi, ada tetapi. Ia sering berbuat masalah disekolah. Yah... tak terlalu buruk lah. Paling-paling hanya menjahili anak kelasnya dengan memberikan lem yang sangat lengket di kursi mereka.

Ngomong-ngomong, orang tua mereka berdua sudah saling kenal. Bahkan dari sebelum mereka berdua terlahir ke dunia yang fana ini. Asal punya usul, bunda Rena dan mama Daniel adalah teman baik pada masa mereka SMA. Sahabat karib lebih tepatnya.

***

KRING!

Suara alarm terdengar dari telinga kanan Rena, waktu sudah menunjukan pukul setengah 7 pagi, tetapi Rena baru saja terbangun dari tidurnya yang lelap. Padahal, ia harus berangkat ke sekolah.

"Anjir, udah jam berapa ini. Yah telat dah gue, yah mati lah gue. Mampus gue!" batin Rena.

Tak lama setelah ia terbangun, terdengar suara teriakan wanita dari lantai bawah. Ternyata suara teriakan tersebut berasal dari Wina, yaitu bundanya sendiri.

"Rena bangun cepetan udah jam 7, kamu mau sekolah, gak? atau kamu mau jadi tukang jualan cilor aja?" Kata bunda yang sedang berada di ruang tamu bersama ayah dan kakaknya.

"Gak usah sekolah Ren, jadi tukang batu akik aja," sambung ayah yang sedang asik membaca koran.

"Iya Ren, gak usah sekolah, mending jadi tukang jual kerupuk di jalanan," celetuk Kak Fian.

"Ya ampun, keluarga macam apa ini." Kata Rena sambil mendengus sebal seraya berjalan ke arah kamar mandi dengan langkah gontai.

"Anakku Rena, yang suka ngupil terus upilnya ditempelin ke tembok, cepetan sana mandi, kesian Kak Fian dari tadi udah nungguin kamu."

***

Sesudah Rena bersiap-siap berangkat ke sekolah bersama kakaknya, tak lupa ia berpamitan dan meminta doa kepada kedua orang tuanya agar diberi kemudahan ketika ia belajar.

"Pipi mimi, Rena cantik berangkat dulu, jangan lupa doain Rena ya," ucap Rena kepada kedua orang tuanya.

"MasyaAllah yah, anak kita centil pisan euy," ledek bunda sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kata siapa dia anak kita, orang kita nemuin dia di deket tong sampah," kata ayah sambil cengengesan.

"Oiya," bunda terkekeh sambil menggaruk-garuk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. "bunda lupa."

Rena mendesis kesal, tapi Rena berusaha mengacuhkannya dan langsung menyambar tangan kedua orang tuanya dan berpamitan, dan ia langsung bergegas menuju mobil, karena sedari tadi Kak Fian sudah menunggunya.

"Ya Allah Ya Rabb, gue udah nungguin lo disini setengah jam," Kak Fian mendengus kesal, "Lama amat sih, lo abis ngapain? Boker?"

"Iya gue tadi abis boker berlian kak, jadi lama. I'm so sorry," bujuk Rena. "Maafkan adikmu yang sangat unyu dan cantik jelita kayak Kendall Jenner ini."

"Haha, jijik, lo mah kayak Dijah Yellow bukan Kendall Jenner."

"Ish, jahatnya sama adik sendiri. Udah ah, cuss berangkat, gue udah telat."

Inilah kehidupan keluarga Rena. Mungkin sebagian besar ada orang yang heran dan ada juga yang iri dengan keluarga ini.

Walaupun keluarga ini terlihat seperti keluarga yang aneh, tetapi Rena sangat menyayanginya, terutama bunda yang selalu ada untuknya.

***

Hari ini akan diadakan ulangan matematika di kelas Rena di jam pertama, tetapi Bu Iyam selaku guru matematika belum kunjung datang ke kelas Rena. Karena sudah lewat dari setengah jam, Vito, sang ketua kelas XI-2 melapor ke guru piket. Dan ternyata...

"Yuhu... spada! Dengerin cogan mau ngomong!" Tatapan jijik langsung mengarah kepada Vito. "Hari ini si Buriyam gak ngajar!"

Buriyam adalah panggilan kesayangan anak kelas XI-2 untuk Bu Iyam. Ide nama panggilan Bu Iyam itu muncul ketika Vito, sang ketua kelas sering melihat Bu Iyam sedang memakan bubur ayam yang dijual di depan sekolah.

"Ya Allah, Sujud syukur gua si Buriyam ga masuk. Pokoknya abis ini gua mau puasa 7 hari 7 malem," celetuk Daniel, salah satu sahabat Rena yang sangat membenci Bu Iyam.

"Gaya amat lo. Gak inget pas bulan puasa kemarin belum jam 12 siang udah pucet?" Ledek Vito. Ia terkekeh.

Daniel hanya terdiam, sambil merenung kejadian bulan lalu.

"Serius lo vit? Demi apa? Bohong gue gantung lo Vit!" Teriak Rena.

Vito melihat ke arah Rena, "Sumpah lo telat, sayang. Baru nyadar sekarang ya ampun."

"Apa sih sayang-sayang, najis amit amit cabang tuyul 9 tururan. Jijik."

"Ah jadi malu dipanggil sayang sama si eneng."

Rena mengabaikan balasan Vito dan memutar kedua bola matanya. Sudah biasa Rena mendengar rayuan maut Vito.
Karena Vito terkenal sebagai raja gombal no. 1 di SMA Insan Bangsa. Sudah banyak wanita yang menjadi korban rayuan maut Vito, dari siswi SMA Insan Bangsa sampai guru-guru wanita. Bahkan saja hingga ibu-ibu kantin menjadi sasarannya. Mungkin rayuan maut sudah melekat dengan darah dagingnya.

Siswa dan siswi di kelas XI-2 pun menjadi sangat girang karena batalnya ulangan. Alhasil, mereka merayakan pesta kecil-kecilan di kelasnya untuk merayakan gagalnya ulangan matematika pada pagi hari ini.

StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang