Chapter Fifteen

432 60 25
                                    

Betapa nilai seseorang sangat terasa justru ketika dia tiada.
-unknown

***

Daniel berdiri di balkon kamarnya sambil menatap bintang-bintang yang berkelap-kelip di malam yang sunyi. Hembusan angin malam yang sejuk dan dingin menyentuh sekujur tubuhnya. Semakin lama dia di luar, ia mulai merasa kedinginan. Ia mengambil secangkir susu hangat bersama biskuit yang berada di atas meja yang terbuat dari kayu jati. Daniel menyesap pelan minumannya sambil memikirkan Rena, ia membayangkan perempuan kesayangannya itu sedang menemaninya. Daniel melihat bintang yang terlihat paling bersinar diantara bintang-bintang yang lain. "Lo itu kayak bintang itu, Ren," Daniel menghembuskan nafas singkat. "Paling bersinar di hati gue," ujar Daniel seraya mengambil secangkir susu hangat, lalu meminumnya lagi.

"Mikirin Rena lagi ya, Niel?" Ucap seorang perempuan berwajah cantik yang sedang bersender di pintu sambil melihat ke arah Daniel.

Daniel terkejut ketika melihat sosok perempuan itu, yang ternyata adalah kakaknya sendiri. "Di-Dinar?"

Dinar Lydia adalah kakak perempuan Daniel satu-satunya. Sebenarnya dia bukanlah kakak kandung Daniel, melainkan mantan pacar kakak kandung Daniel. Meskipun Dinar bukanlah kakak kandungnya, ia sangat menyayanginya seperti layaknya kakak kandungnya sendiri. Hubungan mereka semakin erat ketika kakak kandung Daniel, Andika Aditama, meninggal karena terkena penyakit pada jantungnya.

Flashback on.

20 Januari 2005.

Dari sebrang jalan, Daniel melihat rumahnya dengan samar-samar penuh dengan orang-orang yang memakai baju yang di dominankan warna hitam, bangku-bangku tersusun rapih di teras dan halaman, terlihat banyak karangan bunga disekitar rumahnya dan bendera kuning terpajang di pagar rumahnya.

Karena masih terlihat samar-samar olehnya, perlahan Daniel menyebrang jalan untuk sampai ke rumahnya.

Kemudian ia berdiri di hadapan karangan bunga yang cukup besar bertuliskan,

Rest In Place

Andhika Aditama

Awalnya Daniel tak percaya, lalu ia membaca karangan bunga yang lainnya. "Turut berduka cita atas meninggalnya Andhika Aditama, telah berpulang ke yang maha kuasa Andhika Aditama, turut berbela sungkawa atas meninggalnya Adhika Aditama..." Berulang-ulang kali ia membacanya, tanpa disadari matanya mulai memerah dan kantung matanya tak kuasa menahan air mata yang cukup banyak. Daniel masih tak percaya dengan hal yang dibacanya, ia berlari ke dalam rumahnya.

Dilihatnya, para keluarga dan kerabat dekat maupun tetangga, bahkan kerabat jauhnya ramai memenuhi rumahnya. Mereka duduk mengelilingi seseorang yang terbaring lemas tak berdaya di atas kasur yang ditutupi sebuah kain bermotif batik berwarna coklat kemerahan sambil membacakan ayat-ayat suci Al-qur'an kepadanya. Wajahnya terlihat pucat pasi dan sekujur tubuhnya terlihat amat kaku. Tidak ada sama sekali pergerakan pada orang itu. Dilihatnya dari sudut ruangan, mamanya Daniel terlihat menangis tersedu-sedu sambil menatap orang itu. Di kanan mamanya ada seorang perempuan cantik yang mengusap-usap punggung mamanya. "Ma, mama, i-ni a-da apa ko-k rame gi-ni?" ucap Daniel dengan suara terbata-bata. Mama Rita menoleh ketika mendengar suara Daniel, tetapi mamanya tak mengatakan apapun. Daniel yang tidak mendapat jawaban dari mamanya itu mengulang perkataannya lagi dengan suara yang lantang. "MAMA JAWAB! INI ADA APA?" Seketika orang-orang menghentikan bacaannya dan melihat ke arah Daniel. Mama Rita masih belum menjawab pertanyaannya. "SIAPA SAJA TOLONG BERITAHU SAYA, INI ADA APA?" Ucap Daniel sekali lagi dengan suara yang semakin keras.

StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang