Chapter Twelve

362 83 14
                                    

Being deeply loved by someone gives you strength,
while loving someone deeply gives you courage.
-Lao Tzu

***

Ketika mereka mulai masuk ke Jungle Land, tiba-tiba telepon Rena berdering. Rena langsung mencari teleponnya yang berada di tasnya. Lalu ia melihat ke layar teleponnya.

'Bank berjalan is calling you'

Rena pun mengangkat telefonnya.

"..."

"Iya, ini aku udah masuk."

"..."

"Yaudah, aku kan juga sama Daniel ini."

"..."

"Sip."

Lalu Rena mematikan telfonnya dan memasukkannya kedalam tas. Daniel yang tadi melihat Rena menjawab telfon terlihat bingung. "Tadi siapa Ren?" Tanya Daniel.

"Ayah," ujar Rena dengan singkat.

"Kenapa ayah?"

"Gapapa, cuma nanya udah dimana doang."

"Oh," kata Daniel. "Yaudah, sekarang kita mau main apa?" Tanya Daniel kepadanya. Rena menunjuk ke sebuah arena permainan yang bernama disk'o.

Disk'o adalah salah satu arena permainan di Jungle Land. Ketika kita menaiki arena tersebut, kita akan diputar dan diayunkan di atas piring raksasa dengan ketinggian 15 meter. Permainan ini cukup memicu adrenalin.

"Pengen coba yang itu, kayaknya asik," Daniel melihat ke arah permainan yang ditunjuk Rena, ia terlihat cemas karena sejujurnya ia takut dengan hal yang memicu adrenalin.

Rena yang melihat wajah Daniel yang terlihat cemas pun kebingungan. "Lo kenapa Niel? Takut?" Daniel terkejut ketika Rena menanyakannya. "G-ga, gue ga ta-kut," ucapnya dengan terbata-bata.

"Yaudah ayuk kesana!" Ajak Rena sambil menarik tangan Daniel.

***

Daniel dan Rena sudah berada di arena. Mereka duduk bersampingan. Rena terlihat sangat tak sabar untuk memulai permainan tersebut, sedangkan Daniel terlihat sedang berdoa memohon keselamatan kepada Tuhan.

Disk'o mulai bergerak secara perlahan. Kini, keringat Daniel mulai bercucuran. Ia benar-benar takut dengan permainan itu. Rasa cemas dan takut kini mulai bercampur aduk. Hanya itu saja yang bisa ia rasakan.

Tingkat kecepatan permainan tersebut semakin meninggi. Rena pun berteriak sekencang-kencangnya. "AAAAA!"

Tiba-tiba terdengar suara teriakan seorang laki-laki, "YA TUHAN, SELAMATKAN DANIEL! DANIEL BELUM MAU MATI!"

Sontak, Rena menoleh ke arah Daniel. Rena tertawa terbahak-bahak ketika melihat ekspresi Daniel yang sedang ketakutan.

"EH COPOT! EH ANJIR COPOT BIJI GUE!" Suara teriakan Daniel semakin kencang, Rena pun terlihat semakin menertawainya.

Permainan disk'o pun telah usai, Daniel pun sujud syukur karena nyawanya masih ada padanya. Ia berjalan sempoyongan ketika menuruni arena pemainannya.

"Are you okay?" Tanya Rena. Daniel hanya mengangguk, Rena merasa kasihan ketika melihatnya.

Kemudian ia mengajak Daniel untuk duduk. Ia melihat muka Daniel yang semakin pucat. "Niel, lo tunggu sini ya, gue mau beli makanan sama minuman."

"Gak usah, gue aja yang beli," ucap Daniel sambil bangkit dari tempat duduknya. Ia mencari makanan dan minuman untuk Rena dan dirinya.

Setelah mendapatkannya, ia kembali ke tempat Rena menunggu. Lalu ia memberi sebungkus roti cokelat dan air mineral kepada Rena. "Nih," ucap Daniel sambil memberikannya. "Makasih," kata Rena sambil tersenyum manis.

Daniel kembali duduk di samping kanan Rena dan memakan roti yang tadi ia beli.

Tiba-tiba Daniel merasa semakin pusing dan "Huekk!" Daniel pun mengeluarkan kembali semua isi makanan yang ada di dalam tubuhnya.

Rena terkejut ketika melihat Daniel muntah. Ia memijat-mijat belakang leher Daniel. "Huekk!" Daniel kembali mengeluarkan isi makanan di perutnya.

Mukanya semakin pucat dan lemas. Rena sangat tak tega melihat Daniel seperti itu. Lalu ia mengajak Daniel untuk pulang ke rumah. "Pulang aja ya Niel, lo sakit gini," ajak Rena. Tetapi Daniel menolak ajakannya.

"Gue masih mau main sama lo, bentar lagi juga enakan kok," kata Daniel. Rena menatap mata Daniel dalam-dalam, "Niel, gausah dipaksain kan masih bisa lain waktu."

"Gak mau, gue tetep mau main," ucap Daniel dengan tegas. Rena hanya bisa pasrah.

***

Daniel sudah merasa lebih enak dari sebelumnya, ia mengajak Rena kembali bermain lagi. "Ayok main lagi!" Ajak Daniel, Rena membalasnya dengan anggukkan dan senyuman.

"Kali ini, gue yang nentuin kita main apa," ujar Daniel. "Ok gue udah nentuin, kita main itu aja," Daniel menunjuk sebuah arena permainan yaitu haunted house.

Hanted house adalah wahana rumah hantu. Wahana ini menceritakan tentang sebuah keluarga yang mati secara mengenaskan dan hingga saat ini masih tetap menjadi misteri belum terpecahkan.

Sejujurnya, Rena takut dengan segala hal yang berbau makhluk gaib. Tentu saja Daniel mengetahui hal itu. Tetapi mempunyai pikiran nakal karena ia ingin mengerjai Rena.

"Niel, gu-e kan ta-kut sama h-antu. Ki-ta m-ain yan-g la-in aj-a ya," ajak Rena sambil menarik baju Daniel, tetapi ia menolaknya.

Kemudian, Daniel menarik tangan Rena dan masuk ke wahana tersebut. Jantung Rena berdebar-debar, bukan karena ia dirayu seseorang, melainkan ia sangat takut dengan hantu.

Daniel yang melihat raut wajah Rena yang ketakutan pun menertawainya. Rena yang mendengar suara tawa Daniel pun tingkat amarahnya menjadi naik. Tetapi tingkat amarahnya memadam ketika wahana yang ia naiki mulai bergerak. "Gak usah takut Ren, di samping lo ada gue," ucap Daniel dengan lembut sambil mengusap-usap puncak kepala Rena.

Rena terburu-buru menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Bulu kuduknya berdiri ketika ia mulai mendengar suara-suara seram.

Sementara Daniel sangat santai ketika wahananya mulai berjalan perlahan. Ia sangat menikmati wahana tersebut.

Tiba-tiba Rena merasakan ada sesuatu yang berjalan mendekatinya.

To be continue..

»April 9th 2016

StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang