Chapter Sixteen

359 37 24
                                    

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu terdengar dari telinga kanan dan kiri Rena.
"Ya Tuhan, gue lagi cepet-cepet ada aja yang ngeganggu," batin Rena.

"Masuk," ucap Rena seraya merapikan pakaiannya yang tidak jadi ia pakai lalu memasukannya ke dalam lemari.

"Loh, Rena mau kemana?" Tanya Wina kepadanya.

"Loh, bunda sendiri, mau kemana?" Tanya Rena sambil menatap wajah bundanya itu.

"Ditanyain malah nanya balik. MasyaAllah ini bocah, sakarepmu wae lah."

"Hehehe... Rena mau ketemu temen."

"Temen atau teman? Kok dandan cantik banget kayak mau mangkal di pombensin," ledek Wina.

"Bun, temen sama teman perasaan sama aja," ujar Rena sambil menghela napas. "ya Tuhan bunda, sejak kapan Rena mangkal?"

"Sejak kamu galau merana ditinggal sama mantanmu yang mirip sama Pak Tono itu kan?" Pak Tono adalah supir pribadi Rena yang selalu mengantar dan menjemput Rena kemanapun Rena pergi. Panas, hujan, dan badai ia terjang walaupun sangat sulit, demi menjemput Rena.
Ya ampun, lebay.

"Ngga Bun, Rena udah ga mangkal lagi. Udah tobat."

"Alhamdulillah akhirnya kamu di jalan yang benar, Nak," ujar bunda dengan mata yang berbinar binar. "Oiya, siapa nama temennya? Laki-laki bukan? Ganteng gak?"

"Namanya Ken. Ganteng, mirip Lee Min Ho kalau di foto, aslinya mah gatau."

"APA? LEE MIN HO? YAUDAH KUYLAH BUNDA ANTER, BUNDA JUGA MAU KETEMU BERONDONG GANTENG EUY," teriak Wina histeris.

"Gak usah bun, Rena sendiri aja." Tolak Rena.
Ya, dia tidak mau nanti bundanya itu ketika bertemu Ken seperti seorang fan bertemu dengan idolanya. Histeris.

"Gak boleh membantah perkataan orang tua." Lagi-lagi kata-kata itu terucap dari mulut Wina.
Kalau kata-kata itu sudah dilontarkan kepada Rena, ia hanya bisa menurutinya dengan perasaan yang sedikit kesal.

"Ya tapi kan Rena mau ngobrol sama dia, masa bunda ikutan."

"Yaudah bunda anterin aja. Bunda keluarin mobil dulu dari bagasi, kamu tunggu depan ya."

"Garasi bun, bukan bagasi," ucap Rena seraya memasukan dompetnya yang berwarna tosca ke dalam tasnya.

***

"Belok kiri bun, abis itu lurus terus sampe ketemu pertigaan." Ucap Rena sambil menunjuk-nunjukan arah jalannya dengan jari telunjuknya.

Bunda hanya membalasnya dengan anggukan karena ia harus fokus menyetir mobil.

"Kafenya yang mana, Ren?" Tanya Wina.

"Itu yang cat temboknya warna pink muda."

Kemudian, Wina mempercepat laju mobilnya sampai-sampai Rena yang sedang fokus mengetik sesuatu di gadget-nya terkejut.

"Ya Rahman, Ya Rahim, Ya Allah Bun, mau balapan sama Boy anak jalanan?"

"Ngga, mau balapan sama Refa. Boy kan pacar bunda."

"Loh pacar bunda bukannya Zayn Malik?"

"Ngga, itu selingkuhan bunda. Pacar bunda tetep Lee Min Ho, one and only selalu di hati."

"Semerdeka bunda aja deh ya."

Tak terasa ternyata Rena dan bundanya sudah sampai di depan Kafe Gina.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang