Chapter Nine

471 117 30
                                    

Perasaan yang paling menyedihkan adalah ketika rasa cinta dan rindu hadir tetapi kamu sendiri gak mampu buat mengungkapkannya.
-unknown

***

"Ren, gue mau ngomong sama lo."

Rena yang mendengar ucapan Daniel itu langsung menatap ke arah Daniel, "Hm, ngomong aja," lalu Rena kembali menatap layar hpnya.

Daniel mengulang perkataannya lagi, dan ia menyuruh Rena untuk meletakkan hpnya dan menatap ke arahnya.
Rena meletakkan hpnya diatas meja, lalu ia menatap ke arah Daniel.

Lagi-lagi Daniel mengulang perkataannya lagi dengan suara yang terdengar seperti orang yang sedang gugup.Rena heran dan bingung dengan tingkah laku Daniel, lalu ia menaikkan salah satu alisnya, "Apa?"

Daniel mulai membuka mulutnya lebar, tetapi ketika ia ingin mengeluarkan suaranya, tiba-tiba ada suara seorang laki-laki yang memotong pembicaraan mereka, yaitu seorang pelayan.

Pelayan itu bermaksud untuk mengantarkan pesanan Daniel dan Rena, bukan bermaksud untuk mengganggu pembicaraan mereka berdua.

Setelah pelayan itu pergi, Daniel mulai membuka mulutnya lagi. Daniel mulai mengeluarkan suaranya, ia mulai berbicara dengan terbata-bata seakan akan ada sesuatu yang menghalanginya. Belum selesai ia berbicara, lagi-lagi seseorang memotong pembicaraannya. Kali ini suara tersebut tidak berasal dari pelayan tadi, melainkan berasal dari Nia yang baru saja selesai berbelanja.

"YAAMPUN RENA DANIEL, GUE UDAH NYARIIN LO KEMANA MANA TAUNYA DISINI," potong Nia yang baru datang menghampiri Rena dan Daniel.

"Hehehe, maaf Ni, gue tadi haus, makannya kesini," ucap Rena.

Daniel yang sedaritadi ada di sana hanya bisa mengelus-eluskan dadanya. Sejujurnya ia sangat kesal Nia tiba-tiba datang karena ia batal mengatakan sesuatu ke Rena. Tetapi, berhubung Nia tidak tahu plus ia sahabat Daniel, jadi Daniel memaafkannya.

Nia yang menyadari kalau Daniel seperti itu pun heran dan bertanya-tanya. "Lo kenapa Niel?"

"Ga, gapapa."

Rena menatap ke arah Daniel, "Oiya Niel, tadi mau ngomong apa?" Tanya Rena.

Daniel mengabaikan perkataan Rena. Ia bangkit dari tempat duduknya dan mengajak Rena dan Nia untuk pulang.

***

Terdengar bunyi notifikasi di hp Rena, pertanda ada pesan yang masuk ke akunnya. Ia membuka hpnya, dan sudah tertera notifikasi dari twitter di akun roleplayernya.

Ternyata ia mendapat pesan dari akun Silent_winterl.

Silent_winterl : eh?

Ggyoongie : iya, kenapa?

Silent_winterl : gue boleh minta nomer telfon lo?

Ggyoongie : boleh, tapi buat apa?

Silent_winterl : buat gue hubungin lah.

Ggyoongie : oalah, yaudah nih. 08135677xxxx

Silent_winterl : ok.

Awalnya, Rena ragu-ragu untuk memberikan nomer telfonnya kepada orang yang baru ia kenal. Tetapi, ntah mengapa ia merasa sudah sangat dekat dengan orang itu.

Tak lama, muncul notifikasi baru di hp Rena. Tertera pesan baru di layar hp rena dengan nomer yang tidak dikenal.

08136283xxxx : hai.

"Ini nomer siapa?" batin Rena.

Rena : hai juga. Maaf, ini siapa ya?

08136283xxxx : ini gue. anak rp.

Rena teringat kalau tadi ia baru saja memberi nomer telfonnya ke orang yang belum cukup lama ia kenal.

Rena : oh Silent_winterl?

08136283xxxx : iya. btw, panggil gue, Ken.

"Ken? Oh namanya Ken? Namanya macem kayak nama pacar barbie yang dijual sama abang-abang," batin Rena.

Rena : Ken? Kayak nama pacarnya barbie, haha. gue save pake nama Ken ya.

Rena lalu menyimpan nomernya dengan display name 'Ken'.

Ken : barbienya kan lo.

Rena : hahaha, apaansi jangan ngawur. btw, nama gue Renata, panggil aja Rena, gapake cantik ya, hahaha.

Ken : ok. Salam kenal, Rena.

Rena : salam kenal juga, Ken!

Ken : lanjut chatnya di line aja ya, takut pulsa gue abis.

Rena : okay sip sip.

Setelah kejadian perkenalan itu, mereka tak henti berkomunikasi, bahkan dari pagi hari hingga malam hari. Rena menjadi tidak bisa lepas dengan hpnya, tidakk biasanya ia memegang hp seharian.

Keluarganya sadar dan heran melihat perubahan sifat Rena tersebut, ia lebih suka mengunci dirinya di kamar dan asik bermain dengan hpnya.

"Rena, lu ngapain sih main hp mulu?" ucap Kak Fian.

"Kepo lu ah bang."

"Paling lagi jatuh cinta dia Bang, ya gak Ren?" Tanya bunda.

"Hm, gimana ya?"

"Halah, masih bocah aja lu Ren, sok sokan jatuh cinta," ucap ayah.

"Ish, biarin kenapa sih yah. Jarang-jarang nih aku naksir cowo."

"JADI SELAMA INI KAMU NAKSIR SAMA CEWE, REN? HAH?" Tanya bunda dengan suara nada tinggi.

"YA ENGGAK LAH BUN, YAKALI. RENA MASIH NORMAL, GA KAYAK KAK FIAN!" Teriak Rena.

"EH APA APAAN LU? GUE MASIH NORMAL NYET!"

"MANA BUKTINYA? SAMPE SEKARANG AJA LU MASIH JOMBLO BANG."

"EH! INI 2 ANAK EMANG PADA YA, BERISIK AMAT, GANGGU AYAH LAGI TREATMENT KECANTIKAN AJA!" Teriak ayah yang tak mau kalah dengan suara kedua anaknya. Ia sangat kesal karena kedua anaknya itu sangat mengganggunya.

Rena dan Kak Fian menoleh ke arah ayahnya, "DIEM YAH!" Ucap mereka berdua serentak.

"Eh iya ampun bang, neng." Kata ayah.

Rena dan Kak Fian tetap melanjutkan perdebatannya, sementara Ayah melanjutkan Treatment kecantikan, sedangkan Bunda sedang asik menonton acara gossip di tv.

"DASAR JOMBLO!" Teriak Rena.

"DIEM DEH LO, LO JUGA JOMBLO!"

"LO YANG JOMBLO, GUE NGGAK!"

"GAK, LO YANG JOMBLO!"

"LO JOMBLO!"

"LO!"

"Udah ah Ren, gue capek berantem terus."

"Sama bang, gue juga capek."

"Baikkan ya?"

"Iya baikkan, abangku yang JOMBLO!" Ucap Rena sambil menekankan suaranya ketika berkata jomblo.

Kak Fian kembali kesal karena adiknya malah meledeknya lagi.

"DASAR ADIK DURHAKA! LO YANG JOMBLO!"

"LO!"

"GAK! ELO!"

"ELO POKOKNYA!"

Rena dan Kak Fian tetap melanjutkan adu debatnya. Sementara bunda hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil melihat anaknya yang sedang bertengkar.

"Mimpi apa gue semalem, punya anak kok gini amat," ucap bunda.

To be continue...

» April 5th 2016

StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang