Aku mendengus kesal jika mengingat soal keputusan papaku yang memindahkanku ke Seoul. Ku hitung sudah lima kali aku memohon untuk tidak dipindahkan. Alasan papa terlalu klasik. Tinggal sendiri bukanlah bagian cerita yang baik. Ya, saudaraku rata-rata tinggal di Amerika. Aku tidak kenal siapapun disini, kecuali Kim Sejeong. Gadis yang dua tahun lalu main ke Manhattan untuk liburan. Hanya dia yang ku kenal se antero Seoul.
Aku melihat sibuknya kota Seoul lewat balkon apartement baruku sambil menikmati secangkir teh rasa leci. Melihat layar yang berkedip-kedip aku segeraenghampirinya. Nama seseorang yang memaksaku pindah ke Seoul terpampang pada layar depan. Walaupun beliau sibuk, beliau tidak pernah absen menelponku setiap hari meskipun hanya lima sampai sepuluh menit.
"Halo?"
"Halo pa"
"Bagaimana? Seoul sama saja dengan Manhattankan?"
Aku mendengus, "Tidak sama sekali"
Aku mendengar papa tertawa di ujung sana "Papa tidak mau mendengar keluhanmu. Jangan lupa makan ya. Dan bersihkan apartement. Kau bisa mengajak Sejeong ke situ"
"Ya pa"
"Kau hanya butuh dua tahun disana lalu pindah lagi ke Manhattan. Jadi, jangan mengeluh"
Aku tersenyum kecil, "Hmm"
"Yasudah papa kerja dulu ok? Jaga diri. Love you"
"Love you"
Sambungan kami terputus. Aku membeli beberapa novel John Green siang tadi. Saat aku membuka bungkus novel handphoneku berbunyi, "Sejeong K".
"Halo?"
"Ya Sejeong?"
"Apa kau mau jalan-jalan?"
"Uhm"
"Hanya ke sekolah kok. Melihat Hanbin latihan. Kalau kau mau ku jemput?"
"Boleh. Tidak sampai malamkan?"
"Kau bawa seragam dan beberapa saja. Kita besuk berangkat bersama"
"Ya sudah"
"Ku jemput setengah jam lagi ya?"
"Ok"
Aku langsung berkemas dengan membawa alat mandi, baju tidur dan seragam. Tidak lupa aku membawa satu novel. Siapa tahu aku tidak bisa tidur nanti. Aku menelpon supir pribadiku untuk tidak menjemputku besok karena aku ke rumah Sejeong.
Tepat setengah jam kemudian Sejeong sudah menungguku di luar. Aku bergegas turun ke lantai bawah.
"Hai" Sejeong menyapaku lalu aku masuk begitu saja. Ku taruh ransel abu-abuku di belakang.
"Kau menginap berapa hari?" Tanya Sejeong sambil mulai mengemudikan mobilnya.
"Cukup untuk semalam" Jawabku melihat jalanan Seoul yang padat.
"Kenapa tidak beberapa malam?" Sejeong sedikit cemberut.
Aku tertawa ringan, "Ya, tidak apa-apa"
"Hari ini tim basket kita melawan tim basket dari Colombus High School"
"Colombus?" Tanyaku tidak percaya. Tunggu? Aku pernah mendengar nama itu dari seseorang.
"Kenapa Joy? Kau punya kenalan di Colombus?" Tanya Sejeong.
"Tidak" Jawabku tidak yakin. Tanganku sudah dingin sekarang. Oke aku semacam terjebak di labirin.
"Oh ya" Kata Sejeong. Beberapa saat kemudian kami sampai di parkiran sekolah. Aku digandeng Sejeong menuju lapangan basket. Penglihatanku mencari sosoknya yang menghilang selama beberapa tahun terakhir. Dengar-dengar dia pindah di Korea dan bersekolah di Colombus. Taehyung memberitahuku setelah dia mengetahui aku akan di pindahkan ke Seoul oleh papaku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be
RandomYunhyeong, kapten basket Seoul International High School yang tidak begitu tertarik dengan wanita. Namun, saat ada murid baru yang bernama Joy semua berubah. Joy yang mempunyai sifat dingin dan misterius membuat Yunhyeong terus mengejarnya.