11

1.7K 227 34
                                    

Kau dimana ?

Sent.

Ponselku ku lempar ke kasur. Beberapa hari ini Yunhyeong sangat aneh. Dia jarang menghubungiku, jarang menjemputku, jarang makan siang denganku, pokoknya serba jarang. Aku mengerutkan dahi. Aku tidak akan ulangtahun tapi dia sangat aneh. Apa aku salah berbicara ya? Seingatku tidak. Ponselku bergetar.

From: Yoyo

Rumah. Kenapa?

Kakiku langsung melangkah ke supermarket dekat apartemenku. Aku perlu membeli sesuatu untuk mengisi kulkasku. Jarak supermarket itu dari tempat ku sekitar lima belas menit menggunakan bus. Ya, aku cukup menyukai bus. Aku mendorong trolly pink ke arah sayuran Dan buah. Entah kenapa perasaanku tak enak dari tadi. Sambil terus mendorong trolly ini aku melihat ke arah food court supermarket ini. Aku melihat dua wajah sangat familiar. Aku menyipitkan kedua mataku, tunggu? Aku mengecek ponselku lagi Dan mengetik pesan.

Kau dimana?

Aku melihat ke arah dua orang tadi. Mereka tersenyum sangat lepas Dan bercengkrama. Mereka terus mengobrol sampai salah satu dari mereka terlihat ponselnya Dan mengetik sesuatu lalu memasukan ke kantongnya dengan cepat. Ponselku bergetar lagi.

Aku dirumah Joy.

Aku tersenyum simpul. Jadi? Dia berbohong. Dia. Yunhyeong dengan Yooa. Beberapa saat aku memang melihat kejadian barusan. Kau tak ada bedanya dengan Zelo. Teriakku dalam hati. Aku langsung berbalik badan menuju kasir Dan membayar semua itu lalu pergi dari tempat ini. Di dalam bus aku menggiti kukuku kasar. Terimakasih Yunhyeong. Tak terasa air mataku menetes begitu saja. Ya Tuhan ini sakit. Sesampainya aku menelpon sahabatku di America, Louisa.

"Halo babe?"

Aku menahan tangisku namun gagal.

"Joy, u okay? Jangan membuatku panik Dan terbang ke Korea sekarang"

"Aku. Aku. Aku dibodohi lelaki lagi"

"Okay. Kau tenang. Kau harus menjelaskan kepadaku. Tenang. Silahkan menangis jika itu membuatmu lebih baik"

Tangisku pecah malam ini.

"Sudah Joy. Kau mau bercerita?"

"Dia pergi dengan perempuan lain"

"Hah? Kau tak salah lihat?"

Aku menggeleng keras. "Tidak Lou! Aku yakin itu dia!"

"Hahaha perempuan kodratnya memang selalu disakiti ya Joy. Sepertinya tak aku tak kau. Kita selalu disakiti. Kita, perempuan tidak ada yang kebal dengan kata "patah hati" atau "disakiti". Rasanya sangat pahit."

Aku semakin menangis mendengar kata-kata Lou barusan. Itu benar. Kita, perempuan tidak kebal dengan kata "patah hati" dan "disakiti".

"Hmmm. Aku tak bisa memelukmu Joy. Sungguh"

Aku mendengar Lou menangis di ujung telfon.

"Aku sudah memperingatkanmu. Jangan gampang membuka hati namun kau berkilah dia laki-laki baik-baik."

"Lou, please stop"

"I can't Joy. Kau sedang sakit hati. Kau perlu menfilter laki-laki yang hadir di hidupmu"

Ku tutup kedua mataku dengan peluh yang terus mengucur.

"Kita perempuan tak bisa berakting semua baik-baik saja. Kita hanya terlihat baik-baik saja"

Let Me BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang