We're kissing.
Bibirku memanggutnya pelan, aku berusaha menahan diri agar tidak melakukannya dengan kasar. Paru-paruku berteriak meminta pergantian oksigen, tapi aku tak mau melepaskannya.
Aku takut Edelweiss menyesal dan hal ini tak akan terjadi lagi. Aku takut kehilangan Edelweiss sebelum aku memilikinya. Pelukanku semakin erat merengkuh Edelweiss.
Tak lama, Edelweiss melepaskan bibirku. Aku memerhatikan wajahnya dengan seksama.
Bibirnya yang terbiasa pucat kini memerah. Juntaian rambut coklatnya sedikit menutupi wajahnya, membuatku tanganganku gatal untuk menyelipkannya di belakang telinganya. And her brown eyes, oh how I love those mesmerizing eyes.
She's looks so fragile yet breath-takingly beautiful in that fragility.
Aku mendekapnya sehingga kepala Edelweiss bersandar pada dadaku. Membelai rambutnya yang panjang bergelombang dan hanya menikmati saat ini sepenuhnya.
"I'm sorry if I make you feel that way. I didn't mean to," aku meminta maaf pada Edelweiss, sepertinya tindakan dan caraku berbicara sudah membuatnya tersinggung.
"It's okay."
Aku melepas pelukanku, "Close your eyes," perintahku pada Edelweiss.
Kerutan pada dahinya muncul dan membuatnya terlihat menggemaskan, "What? Why?"
"Oh! For the love of God! Just close them!" aku tertawa.
Edelweiss menutup matanya, "Alright, sir. Chill out," ucapnya dengan senyuman manis.
Aku mengeluarkan kotak dari saku dalam trench coat hitamku, aku membuka kotak itu dan mengambil isimya sebelum memasukkan kembali kotak itu.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Edelweiss penasaran.
Aku mencium bibirnya sekilas, "Now I can kiss you to shut you up."
"Nice try."
"Shut up," aku terkekeh sambil membuka kaitan kalung dan memakaikannya pada leher Edelweiss.
Edelweiss menarik napas panjang, "Harry, aku serius. Apa yang kau lakukan?"
Bibirku mengecup kelopak mata Edelweiss, "Kau bisa membuka matamu sekarang."
Tatapan Edelweiss langsung jatuh pada lehernya, mata membulat seperti anak anjing yang lucu, "Bukankah ini kalung pilihanku untuk Anne? Why do yo--" kemudian Edelweiss memandangku dengan tidak percaya.
"Jadi kau tak benar-benar berpikir kalau itu jelek?" tanyanya dengan mata berbinar.
Aku hanya tersemyum dan mengangguk.
Kedua tangan Edelweiss menutup mulutnya, "I can't believe this. Thank you so much," ucapnya sebelum melompat untuk memelukku.
"Wait, but it's so expensive. How much did it cost? Harry you shouldn't buy this necklace, I'm nothing," ucap Edelweiss dengan panik sambil melihat permata kecil yang tergantung sebagai bandul.
"No, Edelweiss. You're something for me," terangku padanya, "Aku ingin kau memilikinya."
"Tapi--"
Aku memotongnya, "Sudahlah, jangan kau pikirkan. Yang terpenting bagiku adalah kau senang sekarang," aku menampilkan senyuman maut-yang-membuat-seluruh-wanita-bertekuk-lutut.
Edelweiss menyembunyikan wajahnya di balik telapak tangannya, "Gosh, this is crazy."
"And to make this whole thing official," aku bertumpu pada satu lututku, "Edelweiss," tuturku dengan dramatis.
"Harry, bangun. Banyak orang yang memperhatikan kita," bisiknya panik.
Aku menahan untuk tidak tertawa dan memegang kedua tangan Edelweiss, "My darling," aku mengedipkan mataku untuk menggodanya.
"Would you sacrifice youself to be stuck with me, listening to my wonderfully funny jokes, poking my dimples, and making me happy just by being happy yourself?"
Shit, that's sounds shitty.
"Please?" tambahku sambil menyelami lautan coklat di iris Edelweiss.
Edelweiss mengangguk cepat tanpa berkata-kata. Air mata yang sudah menepi di pelupuk matanya nampaknya sudah tak dapat dibendung.
Aku masih berlutut bingung, bertanya-tanya mengapa dia terlihat seperti ingin menangis, "Are you okay?" tanyaku ragu.
Edelweiss tertawa kecil dan setetes air mata turun melintasi pipinya, "Stand up, you dork. I can't believe I fall for you."
Aku berdiri dan langsung memeluknya erat. Di belakang, aku mendengar berbagai macam tanggapan dari orang-orang yang memperhatikan kami.
But I don't care. Edelweiss is in my arms and that's what's matter to me.
--------
A/N
MAU PUNYA PACAR KAYAK HARRY
aku lagi tifus nih gwsin dong :(
HIDUP GUA BERANTAKAN BANGET RASANYA HUEHUEHUEHUEHEUESU MO GARUK TEMBOK
oh iya belom sempet bales comment maaf yaa aku baca kok tapi heheh ucul aneedd
Love, Karen xo
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Edelweiss // h. styles [A.U] {DISCONTINUED}
FanfictionEdelweiss should've blossomed on a high mountain, not stuck in the valley of sorrow. Rated PG-13 Creative Commons (CC) April 2016 by plot-twister