"Desy, aku mau ngomong sama kamu" kata Alwi dari monitor pengintauan kami.
"Mau ngomong apa, Wi?" tanya Desy santai sambil meminum minumannya.
"Aku mau putus sama kamu! Aku gak bisa lanjutin hubungan ini. Kamu udah selingkuh sama Andry anak fakultas kedokteran, kan?" tuduh Alwi
"Enggak! Aku gak selingkuh sama dia!"bantah Desy
"Aku punya buktinya!"
"Kalau kamu gak percaya, sih. Gak masalah! Kamu mau putus, kan? Yaudah! Kita putus mulai sekarang!" kemudian Desy pergi meninggalkan Alwi di cafe sendirian. Gue dan Vanno segera menghampiri Alwi. Sebelum gue sampai di tempat Alwi, gue berpapasan dengan Desy. Dia tersenyum ke gue. Tapi gue lihat tatapan sedih, kecewa, lega, dan kehilangan. Gue juga sempat melihat air matanya jatuh sebelum dia benar-benar pergi.
Segitu cintanya, kah, dia pada Alwi?
"Gimana perasaan lo sekarang, Bro?" tanya Vanno saat kami baru sampai di tempat Alwi
"Gue udah lega sekarang. Thank's ya, bro! Thank's juga ya, Sal!"
"Never mind!" balas gue
"Ok, kita anggap kasus ini.."
"SELESAI!"
"Gue Vanno!"
"Gue Salsha pamit undur diri dulu!"
"Cut!"
***
Sepulangnya gue dari lokasi momen putus Alwi-Desy, gue langsung tepar di tempat tidur. Hari ini adalah hari yang panjang. Gimana nggak? -Mantan- gebetan gue baru putus. Dan lebih parahnya, yang diputusin itu teman dekat gue! Walaupun bukan gue sih, yang salah, tapi secara tidak langsung kan, gue ambil andil dalam momen putusnyaWant you stay 'till the A.M
All my favorite conversation
Always made in A.M
Yeah, yeahNada dering handphone gue menjerit minta dijawab. Gue pun menjawab panggilan tersebut tanpa melihat si pemanggil.
"Hallo! Dengan Salsha disini"
"Hahahaa... Lo kayak tante-tante yang haus belaian tau nggak?" Suaranya sih, nggak asing lagi. Gue lihat kontaknya
Alwi
Mau apa nih orang?
"Pertama, gue bukan tante-tante. Dan kedua, gue nggak kehausan belaian"
"Masa?"
"Bodo!" Balas gue
Terdengar suara tertawa diseberang sana "tertawalah sesuka hati mu selagi lo bisa tertawa!""Lo do'ain gue cepat mati ya, Sal?"
"Gue nggak bilang gitu, ya!"
"Oh, iya! Gue jadi lupa, kan, gegara lo! Gue cuma mau ngajak lo jalan-jalan aja. Mau nggak?"
Jalan-jalan ya? Sama Alwi? Setelah momen putusnya? Batin gue
"Gue cuma mau menghibur diri aja sih, Sal." Kata Alwi seakan-akan ia tau apa yang ada di pikiran gue
"Ya, gimana ya, Al. Gue lagi banyak tugas kuliah, nih. Sorry, ya!" Tolak gue secara halus
"Oh, ya udah kalau gitu. Nggak apa-apa kok. Sorry, ya, Gue ganggu lo"
"Ehh! Nggak gitu maks-"
"Iya, Sal. Iya! Gue ngerti kok! Oh, iya, I think, I gotta go! Bye, Sal! See ya!"
"Ye-"
Tut
Sambungannya terputus sebelum gue selesai ngomong
"Ah! See ya!" Lanjut gue setelah sambungan terputus.
Hufftt...
Alwi Hanafiah.
Cowok yang -menurut gue- tercoolkas di angkatan gue semasa SMA dulu. Gue kenal dia waktu MOS di hari terakhir dimana hari itu pembagian kelas.
Flashback on
"Sepuluh empat, Muhammad Igar, Kevin Prayoga, Rusdi, Rara Aprilia, Abbiy Rafni, dan Nurul Al-Anisa" seorang pria paruh baya tengah berkoar-koar di tengah lapangan mengumumkan pembagian kelas bagi siswa baru.
Nama gue belum disebutkan. Bete gue! Ini udah sepuluh empat. Udah delapan kelas, tapi gue belum dipanggil. Dari sepuluh sebelas sampai sepuluh empat.
"Nama gue udah di panggil, Sal. Gue maju dulu ya! Semangat nunggu namanya dipanggil!" Ujar Rara seraya berdiri dari duduknya
"Iya. Sayang, kita nggak sekelas lagi. Good luck, di kelas barunya!"
"Okay!"
Tinggal gue seorang diri seperti jones yang tak laku dan haus akan belaian sambil duduk gelisah. Tapi bukan geli-geli basah ya!
"Sepuluh satu"
Wah, udah sepuluh satu aja. Kelas gue pasti ini, mah!
"Alif Multahul Risna, Alief Ryan Isye, Noverina Dwi Nawang Sari, Tiffanny Salshabilla Stylinson, Zuli Herdianto..."
Nama gue!
Akhirnya, setelah penantian yang panjang, nama gue di panggil juga! Gue langsung angkat kaki menuju ke lapangan. Njiirrr... Teman SeDe gue rata-rata. Ada satu, dua, tiga, tujuh! Ada tujuh teman SeDe gue. Karena efek malu-malu anjing, gue memilih diam, daripada dianggap SKSD.
Selesai pembacaan pembagian kelas tadi, gue balik lagi sama Rara. Kita mau kekantin. Oh iya, kantin di SMA gue ada empat. Disetiap sudut sekolah ada kantin. Canggih kan, sekolah gue?
Saat gue mau balik kelas, nggak sengaja mata indah gue menangkap sesosok makhluk yang gantengnya nggak manusiawi yang memakai topi merah dan seragam putih-biru. Awalnya gue rada nggak percaya, gue pun menoleh ke Rara.
"Ra!"
"Hmm"
"Aaron Carpenter pindah sekolah ya?" Tanya gue
"HA?!" Rara aja shock. Apalagi gue. Rara kalau lagi shock jelek deh!
"Mukanya nggak usah di jelekin juga, Ra!"
"Eh" dengan secepat kilat, muka Salsha berubah seperti semula "tadi lo ngomong apa? Aaron Carpenter pindah sekolah?" Gue mengangguk sebagai jawaban
"Iya, barusan lewat tadi di depan kita. Tuh, orangnya. Yang pakai topi merah" tunjuk gue.
"Oh" balas Rara sambil lanjut jalan.
Oh?
OH?!
HANYA OH??!!!
oh.
¢¢¢¢¢¢¢¢¢¢¢¢¢¢¢¢€€€€€€€€€
-pxx
KAMU SEDANG MEMBACA
Yeah!
Random"Ok, guys, kasus ini kita anggap SELESAI" "Cut!" "Good job, Salsha!" "Thank you, mas! Aku balik dulu ya, mas?" "Iya, hati-hati di jalan ya!" "Ok!"