Revin, DiRa, or RaFa

17 3 0
                                    


"Sal, nama panjang Rara saha' etah?" Celetuk Vanno yang sedari tadi diam menguatak atik laptopnya.

"Rara Aprilia Ray. Kenapa?"

"Rara Aprilia Ray? What in your head the same thing with mine?" Kalau inggris nih bocah udah bener, berarti lagi serius nih!
Pun Vanno menyodorkan laptopnya ke gue.

Rara Aprilia Ray
@RaRay

"kasih saran dong ke gimana carany mutusin racap gue yang ga mau putus?"

WHAT?

Rara minta saran ke Vanno buat putusin pacarnya.

Emang dia punya pacar? Batin gue bingung.

Pun gue langsung mengambil benda persegi panjang yang selalu gue bawa.

Tut... Tut... Tut...

"Hallo!"

"Hallo! Ra, ini Salsha"

"Iya gue tau. Ada apa?"

"Soal mention buat si kucluk Vanno. Itu nyata? Nggak mitos, 'kan?" Tanya gue langsung. Terdengar suara kekehan diseberang sana.

Shit!

"Jangan bilang..."

"Iya. Itu nyata, kok. Kenapa, sih, terkejut amat lo gue punya racap. Jones ya? Eh, tapi, 'kan lo udah ada si Vanno"  oceh Rara

"Shit! Dammit! Fuck!" Refleks mulut gue bagus ya?

"Heh! Mulut lo! Suka banget, sih, mengumpat! Hilangin tuh kebiasaan buruk!" Ceramah Rara

"Iya, iya. Sorry, deh! Kalau gitu, mau nggak gue bantuin?"

"Maksud lo jadi klien lo gitu? Maaf aja ya, gue mah ogah ikut-ikutan kayak begituan. Ntar tenaran gue lagi"

"Yehh, ini bocah. Yaudin lah kalau gitu. Gue tutup ya telfonnya. Bye!"

"Bye"!"

Tut

Pun sambungan terputus.

"Sial!" Umpat gue

"Gimana?" Tanya Vanno

"Beneran dia"

"So?"

"What?"

"Besok gue mau main kerumah Rara.  Lo mau ikut?"

"'Main' bertiga dengan lo berdua kayak nya seru, deh! Apalagi si Rara-"

Pletak!!

"Sakit, Tiffanny Salshabilla Stylinson!"
"Fuck!"
"Shit!"
"Holly shit!"

Pletak!!

"Mulut lo, Vanno! Lagian lo lebay banget sih! Itu pelan, Vanno! Nggak usah lebay, deh!" Amuk gue

"Pelan pala lo segitiga?! Itu sakit, Salsha!!! Lo nggak peka banget sih?"

"Lebay amat dah lo! Pelan juga"

"Serah lo dah! Serah lo! Gue pulang aja!"

"Gitu aja ngambek. Lagian otak lo ga pernah jauh-jauh dari dada sama paha! Mau gue ruqiyah lo?"

"Bodo! Gue pulang!"

Dih, dia ngambekkan? Se bodo teuing mah! Besok juga udah baik.

"Yaudah. Tiati!"

"Hmm"

Pun Vanno memghilang dari balik pintu. Gue lagi nggak ada kerjaan. Mending gue kerumah Rara.

###

"Assalamu'alaikum, Rara!"

Tok! Tok! Tok!

"Wa'alaikumsalam!"

Ceklek

"Loh, Sal? Ngapain?"

"Minta sumbangan"

"Maaf, pengemis dilarang masuk"

Rara menutup pintunya lagi.

Sial.

"Rara!" dia cuma nyengir. Memang nih bocah!

"Silahlan masuk, nona! Anda ingin minum apa, nona muda?"

"Rara! Gue lagi serius!" Desisku marah

"Lo kenapa sih? Daritadi meledak mu? Lagi datang matahari?"

"Gegara tuh si kucluk Vanno!"

"Lo berdua itu cocok. Co.. Cokk!! Sama sama kepala batu. Kalau dia nya lagi ngambek, terus lo minta maaf, dia nya tetap ngambek, giliran lo yang ngambek. Terus keadaan terbalik" "udah, jadian aja kenapa, sih? Terus kasih PJ ke gue. The end"

"Eh, cerita dong ke gue tentang si 'doi'. Siapa sih?" Tanya gue mengalihkan pembicaraan

"Ohhh... Mau bahas itu toh!"
Rara itu mudah dialihkan pemikirannya. Gue pusing kalau harus bahas si kucluk Vanno itu. Sejak beranjak dari apartement gue tadi, dia belum kasih kabar ke gue.

Kok kelihatannya gue haus belaian banget ya?

"Lo kenal Faudzan Al-Hakim? Anak fakultas hukum?" Tanya Rara

"Yang kurus-kurus putih itu, 'kan?" Tanya gue balik

"Iya!"

"Jangan bilang ka-"

"Yep!" Omongan gue terputus

Damn!

It is WHAT it is ?!!

WHAT THE HELL GOING ON??!!! 

Holly shit!

"Oh" balas gue singkat

"Gue tau, dalam kepala batu lo ini" sial! Kepala gue di toyor oleh jari telunjuk Rara "Semua isi Ragunan ada disini"

"Nah, itu tau"

"Ok, jadi, sebenarnya gue PDKT duluan sama Risdi. Lo tau, 'kan? Kalau gue mantanya Kevin dan Risdi itu temannya Kevin?"

"Hmm"

"Nah, si Risdi yang kelewatan setia kawan, nggak mau nyakitin hati Kevin. Jadi selama dua bulan narik ulur hati gue terus. Gue lelah, letih, lesu, dan kelaparan. Ok, lupakan yang terakhir! Si Risdi itu perhatian banget sama perasaannya Kevin. Jadi, gue suruh aja mereka jadian. Akhirnya, setelah dua bulan, gue nyerah. Gue bilang sama Risdi, gue nyerah. Gue capek."

"Nggak beberapa lama kemudian, datang lah Fauzdan yang ngedekitin gue. Selesai!"

"Gue harus gimana?"

"Nggak tau"

"Jadi, lo mau putus sama Faudzan?"

"Iya. Tapi dianya nggak mau"

"Bicarain ini baik-baik sama dia. Kasih alasan yang masuk akal. Tanya juga ke Faudzan kenapa dia nggak mau putus. Kalau hasil akhirnya, itu ditangan lo berdua"

################################################

Segini dulu ok? Mood nulis lagi jongkok

Thx

.pxx

Yeah!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang