part 5

118 13 2
                                    

Minggu depan itu udah Middle Test di SMP Helden. Biasannya abis mid test anak-anak itu pergi ke sebuah mall.

Pagi itu Kael baru sampai di sekolah. Tiba-tiba sosok Ray muncul di belakang Kael.

"El, tunggu." Ray menghampiri Kael yang tepat berada di depannya. Menarik tangan Kael dan Kael pun berhenti berjalan.

"Eh Ray, kenapa ?"

"Kan minggu depan UTS, abis UTS mau nonton bareng gua gak?" Kael pun terdian sejenak.

"Em.. Berdua doang?" Kael paling gabisa berduaan sama cowo. Apalagi nonton bareng, pasti dia canggung.

"Ia. Emang kenapa kalo berdua ?" Kael terdiam lagi.

"Ohh, kamu ga biasa jalan sama cowo ya? Apa lagi berdua. Pasti kamu bakalan canggung kan ?"

"Iaaa." Wajah Kael pun memerah.

"Yaudah deh, gini aja, aku ajak Hadrian , kamu ajak Gitta. Gimana ? Aku tetep pengen jalan sama kamu,El."

"Leh ugha tuh, tar aku tanyain ke Gitta dulu ya."

"Sip deh. Kalo udah fix kamu bilang ke aku ya. Yaudah deh aku ke kelas dulu ya. Bhay El !" Ray mengacak-ngacak rambut Kael dan langsung pergi. Wajah Kael pun makin memerah karena tersipu malu.

Kael berjalan menuju Kelasnnya yang ada di lantai tiga itu melalui tangga. Setibanya di kelas, Kael menaruh tasnya itu di sebelah kursi Gitta lalu duduk. Gitta belum datang ke sekolah.

Beberapa menit kemudian Gitta pun sampai di kelas.

"Gitt, buruan sinii , gua mo curhat !" Kael langsung berdiri dan menghampiri Gitta.

"Jah, bilang buruan ke sini tapi lu yang nyaperin. Lol. Emang ada apaan sih ? Baru ge gua nyampe." Gitta menaruh tasnnya di sebelah kursi Kael, kemudian duduk.

"Nih yak, tadi pagi kan gua masih di hall, trs Ray tiba-tiba manggil gua. Dia ngajakin gua nonton berdua abis UTS. Tapi kan gua diem bentar tuh. Terus katanya dia mau ngajakin Hadrian , dia nyuruh gua ngajakin lu. Lu mau ikut gak ?" Kata Kael dengan sangat antusias.

"Hem..." Gitta hanya berdengung.

"Buruan jawabbb .." Kael pun penasaran dengan jawaban Gitta.

"Sabar lah , gua kan lagi mikir. Abis UTS ya. Oke deh gua ikut."

"Yess. Oiya, Hadrian gimana ?"

"Gua udah baikan kok sama dia."

"Oke dehh."

Bel masuk kelas belum berbunyi. Masih ada sisa waktu 15 menit bagi para siswa untuk melakukan sesuatu. Seperti Dash. Dash tanpa sengaja mendengar percakapan langsung antara Kael dan Ray. Mendengar percakapan tersebut, Dash memang sangat kesal karena dia masih menyimpan rasa dengan Kael.

"No, masa tadi dibawah gua gasengaja denger kalo Ray ngajak Kael nonton abis UTS."

"Terus, apa masalahnnya sama lu ?" Jawab Bruno.

"Ya masalah lah. Gua kan mau ajak nonton dia."

"Dash, cinta itu sebuah persaingan. Kalo lo telat meskipun cuma sedetik, ya artinya lo telat dan itu fatal. Lo tau sendii kan, Kael itu banyak yang suka ? Apa lagi seorang Ray suka sama Kael. Artinya saingan lo berat. Dan lo harus coba bertahan. Kalo bisa maju, bertindak, janganmau kalah sama Ray. Lo harus pertahanin Kael kalo lu beneran sayang sama dia." Dengan panjang lebar Bruno ngejelasin ke sahabatnnya itu.

"Gua udah coba tahan, gua udah coba maju. Tapi hasihnnya apa ? Dia ga hargain gua. Dia cuma liat fisik seseorang aja. Gua cuma dijadiin pelampiasan, No. Sakit tau ga." Dengan nada kecewa Dash mengeluarkan unek-uneknnya.

Lovë PozděTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang